Manusia dan Hakikatnya

Manusia diciptakan Tuhan dalam keadaan sempurna. Manusia tentu tidak dapat disamakan dengan hewan. Hal ini karena manusia diberikan beberapa potensi yang tidak dimiliki oleh hewan, seperti potensi akal. Terdapat beberapa pandangan mengenai hakikat kehidupan manusia. Pertama terdapat pandangan psikoanalitik. Pandangan ini meyakini bahwa pada hakikatnya manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Hal ini disebabkan karena kekuatan psikologis yang terdapat di dalam diri manusia mengatur dan mengontrol tingkah laku manusia. Manusia tidak memegang kendali atau tidak menentukan atas nasibnya, tetapi tingkah laku seseorang diarahkan untuk memuaskan biologis dan kebutuhannya.

Kedua terdapat pandangan humanisitik. Para humanis berpendapat bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan dari dirinya yang berguna untuk mengarahkan dirinya menuju yang positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Hal ini membuat manusia berubah dan berkembang menjadi lebih baik. Para humanis juga mengatakan bahwa manusia memiliki tanggung jawab sosial dan keinginan untuk mendapatkan sesuatu. Dalam hal ini, maka manusia dianggap sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Ketiga adalah pandangan behavioristik. Pandangan ini menganggap manusia sebagai makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor dari luar dirinya. Lingkungan merupakan faktor dominan untuk mengikat suatu individu. Hubungan ini diatur oleh teori conditioning atau teori pembiasaan dan keteladanan. Para penganut aliran ini juga meyakini bahwa baik dan buruk adalah pengaruh lingkungan.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa manusia pada dasarnya memiliki tenaga dari dalam untuk menggerakkan hidupnya; dalam diri manusia terdapat fungsi yang bersifat rasional untuk bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu; pada hakikatnya, manusia membawa dirinya ke proses ‘menjadi’ dan terus berkembang; manusia mampu mengarahkan dirinya ke dalam hal positif, mampu mengatur dan mengendalikan dirinya, dan juga mampu menentukan nasibnya sendiri; lingkungan merupakan penentu tingkah laku manusia yang merupakan kemampuan untuk dipelajari.

Jadi, sekarang kita dapat mengetahui bahwa hakikat manusia tergantung dari pandangan yang dipercayai. Namun, apalah arti pandangan jika masih sering membeda-bedakan. Bagaimana pun manusia tetaplah harus saling. Saling membantu, saling berbagi, saling mengasihi.