Manajemen Emosi di Masa Pandemi Covid-19 Varian Baru

meditasi
Pada awal tahun 2020, indonesia telah digemparkan dengan salah satu virus yang sedang menyerang dunia yaitu covid-19. Corona virus diseases 19 atau lebih dikenal dengan istilah covid-19 adalah suatu penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain bisa melalui kontak langsung ataupun udara. Virus ini menginfeksi seseorang membutuhkan waktu 1 - 14 hari hingga timbulnya gejala klinis. Sebelumnya pada akhir desember 2019 virus ini ditemukan di wuhan, tiongkok. Hingga pada akhirnya terdapat 65 negara yang sudah terjangkit oleh virus ini.

Sebelumnya penyebaran virus ini belum diketahui apakah dapat menyebar dari manusia satu ke manusia lainnya. Namun jumlah kasus virus satu ini terus bertambah dengan seiringnya waktu. Selain itu, terdapat 15 tenaga kesehatan yang terpapar oleh virus ini yang berasal dari salah satu pasien. Pasien yang terkena virus ini biasa terdiagnosa mulai dari gejala umum seperti demam, batuk kering (ada juga yang berdahak), dan sesak nafas. Untuk menegakkan diagnosa virus corona maka dilakukan swab tenggorokan dan saluran pernafasan. Jika lendir di tenggorokan dan saluran pernafasan terdeteksi virus ini maka untuk penatalaksanaannya adalah dengan isolasi guna mencegah penyebaran virus lebih luas.

Mengingat virus ini menyerang manusia sebagai inangnya maka pemerintah melakukan beberapa kebijakan seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB), karantina wilayah, dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Dengan beberapa kebijakan itu banyak sekali sektor-sektor yang mengalami kesulitan sehingga menyebabkan beberapa gangguan emosi di masyarakat karena kasus covid-19. Belum lagi seiring perkembangan waktu virus corona memiliki varian baru yang semakin membuat masyarakat hidup dalam keadaan abnormal.

Karena seriusnya dampak emosi atau kejiwaan yang di timbulkan oleh covid-19, ada beberapa pihak yang ingin berkontribusi dalam menangani gangguan kejiwaan dimasyarakat. Pihak-pihak yang dimaksud antara lain yaitu di dalam penelitian Handayani menyarankan pendampingan yang berupa konseling melalui layanan online secara gratis agar terjangkau oleh masyarakat. Selanjutnya penelitian Aisyah Roziika dan lainnya menyarankan agar mesyarakat menerapkan teknik terapi stress dengan cara Emotional Freedom Technique (EFT) dimana nanti pasien akan diberikan totok, ketukan atau tekanan pada titik-titik meridian tubuh guna untuk memperlancar sistem energi tubuh yang tersumbat. Ada juga penelitian dari Hesti yang menyarankan masyarakat melakukan terapi mandiri dengan cara menjaga pola tidur, makan makanan sehat, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, dan tidak mudah terpengaruh dengan berita hoax diluar sana. Dari beberapa penelitian diatas ditambahkan oleh Agus Riyadi dan lainnya sebagai pelengkap menangani gangguan kejiwaan diatas, peran keluarga sebagai lingkungan yang terdekat juga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan jiwa di masa pandemi sekarang ini.

Manusia memiliki perasaan positif dan negatif. Jika seseorang sedang merasakan rasa cemas, takut, khawatir, bingung, tertekan itu merupakan hal yang wajar. Namun jika perasaan negatif seperti itu tidak di kelola dengan baik maka akan menimbulkan gangguan kejiwaan yang lebih buruk. Oleh karena itu diperlukan manajemen emosi secara bijak untuk menghadapi kesulitan dan tantangan kehidupan di masa pandemi seperti ini meskipun kita merasa kurang nyaman dan leluasa. Jika kita mampu mengelola emosi kita dengan baik maka tidak akan mempengaruhi kesehatan kejiwaan serta tidak ada masalah-masalah lainnya.