Mahasiswa Produktif; Membagi Waktu Kuliah dan Organisasi

Kehidupan mahasiswa tidak hanya terbatas pada kegiatan akademis di dalam kelas, melainkan juga melibatkan berbagai kegiatan organisasi. Mulai dari kepengurusan himpunan mahasiswa, berpatisipasi dalam komunitas sosial, hingga terlibat dalam organisasi kemahasiswaan, partisipasi dalam beragam kegiatan tersebut dapat memberikan pengalaman berharga di luar ruang kelas.

Kemampuan non akademik umumnya dikenal sebagai soft skill menjadi salah satu
faktor yang berperan dalam kesuksesan mahasiswa di dunia kerja. Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa dapat mencapai keberhasilan baik di ranah akademik maupun non akademik. Dalam konteks ini, mahasiswa dihadapkan pada tuntutan untuk mengatur waktu antara tugas kuliah dan tanggung jawab organisasi. Banyak mahasiswa enggan terlibat dalam kegiatan organisasi dengan alasan bahwa beban tugas kuliah yang cukup besar dapat mengakibatkan keterbatasan waktu, namun berbeda dengan Najla Hanani yang memiliki aktivitas padat di luar kuliah.

Najla adalah mahasiswa semester 5 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sedari
SMP ia telah aktif mengikuti organisasi OSIS serta PRAMUKA, kemudian dilanjutkan hingga SMA. Kecintaannya terhadap PRAMUKA tidak membuat ia lantas berhenti begitu saja, namun tetap dilanjutkan pada saat kuliah. Pengalaman organisasi OSIS pun kini tetap ia lanjutkan, pada saat kuliah mengikuti HIMA. Diperiode kedua jabatannya sebagai HIMA, Najla dia manati sebagai wakil ketua HIMA. Lalu bagaimana cara Najla mengatur waktu kuliah di tengah aktivitas organisasi yang padat?

Pertanyaan tersebut menjadi menarik ketika saya tanyakan, najla menjelaskan “Cara
aku membagi waktu untuk mengerjakan tugas yaitu dengan mengerjakan tugas secara pertahap. Tapi kalo aku lagi cape dan waktu senggangnya buat istirahat, aku bakalan ngerjain tugasnya mepet deadline. Hal ini ga bisa dipungkiri, tugas yang mepet deadline ngerjainnya akan jadi cepat.” Rabu (8/11/23).

Najla mengalami banyak kesulitan ketika ia menjadi wakil ketua HIMA, salah satu
kesulitan yang ia hadapi yaitu merangkul semua anggotanya. Kesulitan merangkul anggotanya ini disebabkan banyak anggota perempuan, ia merasa jika anggota perempuan cenderung mudah baper pada hal-hal tertentu. Selain itu, ia juga mengatakan sulitnya kordinasi dengan ketua. Tidak bisa dipungkiri bahwa komunikasi yang baik akan membuat sesuatu menjadi mudah untuk dilakukan, namun saat terjadi miskomunikasi yang akhirnya menjadi buruk saat mengerjakan sesuatu dan dipandang jelek untuk anggota. Di balik kesulitan yang ia hadapi, najla tetap berusaha menjadi orang yang tidak mudah goyah dengan perinsip yang telah dia pegang.

Banyak manfaat yang di dapat setelah mengikuti organisasi, manfaat pertama yaitu
relasi walau ini menjadi alasan yang terdengar klasik namun tidak dapat disangkal bahwa banyaknya relasi yang didapatkan setelah mengikuti organisasi. Pengalaman yang luas serta terbukanya pemikiran, menjadi manfaat lain yang didapat setelah mengikuti organisasi. Selanjutnya, najla merasa semakin peka terhadap hal-hal kecil di sekitarnya. Terakhir alasan formal yang di dapat setelah mengikuti organisasi yaitu memperbaiki CV.

Sempat terfikirkan pada saat demisioner HIMA nanti, ia akan melanjutkan
PRAMUKA, sebab mengikuti organisasi tersebut harus sampai lulus baru bisa keluar. Najla mengatakan “Kalau nanti benar-benar berhenti organisasi, aku pengen lebih ambisius lagi di kuliah dan mementingkan lomba-lomba yang bisa di ikuti”.

Saat tulisan ini dimuat, pada kenyatannya Najla tidak berhenti berorganisasi. Ia tetep
melanjutkan dengan mendaftar sebagai ketua DPM FKIP Universitas Tidar. Harapan untuk istirahat dari organisasi nyatanya hanya harapan, karena ia tetap melanjutkan organisasinya.