Linguistik Bandingan Historis: Dasar Perbandingan Bahasa

Istilah linguistik bandingan merupakan terjemahan dari istilah dalam bahasa Inggris yaitu comparative linguistics. Menurut Krisanjaya (2019: 1) historis dalam konteks kajian linguistik bandingan mengandung arti bahwa kajian itu berorientasi dan berfokus pada dimensi kesejarahan yang memiliki pertalian dengan masa lampau.

Teori Hockett-Ascher merupakan teori yang dapat diterima dan mampu menjelaskan pertumbuhan bahasa manusia secara menyeluruh sebagai suatu sistem komunikasi. Teori Hockett-Ascher menghubungkan data-data arkeologis, fosil, dan data-data geologis yang telah diselidiki para ahli untuk menjelaskan pertumbuhan bahasa manusia itu sejak awal mula perkembangan. Bahasa sesungguhnya diperkirakan muncul sekitar 100.000-40.000 tahun yang lalu. Untuk menjelaskan pertumbuhan bahasa maka pada abad XIX telah dikembangkan metode-metode untuk menelusuri sejarah pertumbuhan bahasa. Metode yang dapat diterima pada abad XIX disebut metode klasik.

Dalam melakukan perbadingan bahasa juga dilakukan berbagai pendekatan. Menurut Prihadi (2006: 2) pendekatan yang dapat dilakukan yaitu pendekatan sinkronis, diakronis, dan pankronis. Pendekatan sinkronis adalah pendekatan yang dilakukan apabila orang melakukan perbandingan bahasa pada suatu tingkat perkembangan tertentu tanpa mempermasalahkan urutan waktu. Pendekatan diakronis berbanding terbalik dengan pendekatan sinkronis. Pendekatan diakronis membandingkan bahasa berdasarkan perbadaan waktu. Sedangkan pendekatan pankronis merupakan pendekatan gabungan antara pendekatan sinkronis dan diakronis. Pada mulanya pendekatan pankronis menggunakannya pendektan sinkronis kemudian baru menggunkaan pendekatan diakronis.

Bahasa manusia memiliki ciri-ciri kesemestaan tertentu. Kesemestaan bahasa itu mencakup: (1) kesamaan dalam bentuk dan makna, bahasa memiliki bentuk tertentu yang dikaitkan dengan maknanya yang khas untuk memudahkan referensi; (2) setiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional terkecil yaitu fonem dan morfem; dan (3) setiap bahasa di dunia memiliki kelas-kelas tertentu yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, kata ganti orang, dan kata bilangan.

Linguistik bandingan historis hanya mempergunakan kesamaan bentuk dan makna sebagai pantulan dari sejarah warisan yang sama. Bahasa-bahasa kerabat yang berasal dari bahasa proto yang sama selalu akan memperlihatkan kesamaan fonetik, fonologis, morfologis, dan sintaksis.

Linguistik Bandingan Historis juga melandaskan bentuk-bentuk kata yang sama antara pelbagai bahasa dengan makna yang sama, diperkuat lagi dengan kesamaan-kesamaan unsur tata bahasa, misalnya bahasa-bahasa tersebut harus diturunkan dari suatu bahasa proto yang sama. Relasi gramatikal yang dapat menunjang hipotesis relasi historis tersebut misalnya:

Inggris: good better best; drink drank drunk

Jerman: gut besser beste; trinken trank trunken

Bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan yang sama atau berasal dari suatu bahasa proto yang sama, serta kemudian berkembang jadi bahasa-bahasa baru, termasuk dalam satu keluarga bahasa (language family). Kemiripan bentuk makna dapat terjadi karena tiga faktor, yaitu: (1) warisan langsung (inheritance); (2) kebetulan (by chance); dan (3) pinjaman (borrowing).

Asumsi mengenai kata-kata kerabat yang berasal dari sebuah bahasa proto didasarkan pada beberapa kenyataan yaitu: (1) kosa kata dari suatu kelompok bahasa tertentu secara relatif memperlihatkan kesamaan yang besar bila dibandingkan dengan kelompok-kelompok lainnya; (2) perubahan fonetis dalam sejarah bahasa-bahasa tertentu memperlihatkan pula sifat yang teratur; dan (3) bahasa kerabat banyak terdapat kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.

Korespondensi yang teratur antar bahasa dapat dijelaskan sebagai akibat perubahan bunyi yang teratur antara bahasa-bahasa kerabat. Korespondensi yang teratur antar segmen sebagai akibat perubahan fonetis yang teratur dapat muncul dalam situasi yang berbeda-beda: (1) antara bentuk-bentuk beruntun (suksesif) dari kata yang sama dalam satu bahasa; (2) antara kata-kata yang terkorespondensi dalam bahasa-bahasa kerabat, sebagai warisan langsung; dan (3) kontak areal, yaitu sebagai akibat pinjaman dari suatu bahasa donor oleh sebuah bahasa akseptor.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menjelaskan pertumbuhan bahasa menggunakan metode klasik. Pendekatan yang dapat dilakukan yaitu pendekatan sinkronis, diakronis, dan pankronis. Aspek bahasa yang dijadikan perbandingan bahasa adalah bentuk dan makna. Kaidah mengenai kekerabatan antar bahasa dapat dirumuskan menggunakan kesamaan bentuk yang memperlihatkan kesamaan semantik.

Disarikan dari buku “Linguistik Bandingan Historis” karya Gorys Keraf, hal 32-39.

Daftar Pustaka

Keraf, Gorys. (1991). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.

Krisanjaya. (2019). Linguistik Bandingan Historis. Universitas Terbuka.

Prihadi. (2006). Linguistik Historis Komparatif. Universitas Negeri Yogyakarta.