**Lebih Dekat dengan Kata Hubung Beragam Makna**

Lebih Dekat dengan Kata Hubung Beragam Makna
image
Sumber: www.e-sbmptn.com

Manusia umumnya dianugerahi empat keterampilan berbahasa yang saling berkaitan, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan tersebut menjadi alat komunikasi dalam menyampaikan gagasan maupun pesan secara lisan atau tulisan. Untuk menghindari kesalahpahaman persepsi dalam berkomunikasi tentunya perlu memperhatikan aturan, kaidah atau pola – pola tertentu yang biasa dikenal dengan tata bahasa (Novita, 2018).

Saat berbicara soal tata bahasa maka akan sedikit banyak menyinggung mengenai kata tugas. Sebenarnya apa itu kata tugas? Kata tugas adalah kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan hampir semua katanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain (Alwi et al., 2003). Ada beberapa klasifikasi dari kata tugas. Salah satunya adalah konjungsi yang bertugas untuk menghubungkan dua satuan bahasa: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi menjadi bagian dari kata tugas karena hanya memiliki makna gramatikal dan tidak memiliki makna leksikal.

Peran penting konjungsi begitu nampak saat kita sedang berbicara dan/atau menulis sebuah kalimat maupun wacana. Lalu, kata apa sajakah yang termasuk dalam konjungsi? Alwi et al. (2003) mengungkapkan ada empat kelompok konjungsi jika dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat. Kelompok tersebut yaitu konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi antarkalimat.

Konjungsi koordinatif adalah kata penghubung dua unsur atau lebih yang setara yang membentuk kalimat majemuk setara. Ada beberapa bentuk konjungtor koordinatif menurut Alwi, et al. (2003:297), yaitu, dan (penanda hubungan penambahan), serta (hubungan pendampingan), atau (hubungan pemilihan), tetapi (hubungan perlawanan), melainkan (hubungan perlawanan), padahal (hubungan pertentangan), dan sedangkan (hubungan pertentangan).

Selanjutnya ada konjungsi korelatif yang menghubungkan dua kata atau frasa, atau klausa yang memiliki satu sintaksis yang sama. Konjungtor korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan (Ayu et al,.2014:3). Bentuk konjungsi ini di antaranya: baik… maupun…; tidak hanya…, tetapi juga…; bukan hanya…, melainkan juga…; demikian… sehingga…; sedemikian rupa… sehingga…; apa(kah)… atau…; entah… entah; dan jangankan…, pun….

Kemudian konjungsi subordinatif, menghubungkan dua klausa atau lebih yang tidak memiliki status sintaksis yang sama dan membentuk kalimat majemuk bertingkat. Ada tiga belas kelompok konjungsi subordinatif, yaitu konjungsi subordinatif waktu, subordinatif syarat, subordinatif pengandaian, subordinatif tujuan, subordinatif konsesif, subordinatif pembandingan, subordinatif sebab, subordinatif hasil, subordinatif alat, subordinatif cara, subordinatif komplementasi, koordinatif atributif dan subordinatif perbandingan (Alwi et al., 2003:299-300). Adapun contoh dari masing - masing kelompok konjungsi subordinatif tersebut secara berurutan yaitu sejak; andaikan; agar; biarpun; seakan - akan; karena; sehingga; dengan; tanpa; bahwa; yang; sama…dengan, dan lain sebagainya.

Terakhir, ada konjungsi antarkalimat. Sama seperti namanya, konjungsi ini menghubungkan dua kalimat yang masing - masing merupakan kalimat sendiri - sendiri. Penulisan konjungsi ini diawali dengan huruf kapital karena berada di awal kalimat. Konjungsi ini di antaranya: biarpun demikan/begitu; sekalipun demikian/begitu; walaupun demikian/begitu; meskipun demikian/begitu; sungguhpun demikian/begitu; kemudian; sesudah itu; setelah itu; selanjutnya; tambahan pula; lagi pula; selain itu; sebaliknya; sesungguhnya; bahwasanya; malah(an); bahkan; (akan) tetapi; namun; kecuali itu; dengan demikian; oleh karena itu; oleh sebab itu, dan sebelum itu.

Dari pemaparan tersebut, tentunya kita mengetahui bahwa kata pnghubung atau konjungsi memiliki beragam jenis dan contoh dengan makna serta fungsi masing – masing. Pemahaman akan konjungsi akan berdampak pada hasil tulisan atau ucapan yang lebih baik. Hal ini akan meminimalisir kesalahpahaman penafsiran saat berkomunikasi secara lisan maupun tulisan.

----

REFERENSI

Alwi, H et al. (2017). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Novita, S et al. (2018). Penggunaan Konjungtor dalam Teks Eksposisi Siswa Kelas X MAN 1 Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Sarjana Teshis, STKIP PGRI Sumatera Barat.

Soraya Ayu, et al. (2014). Penggunaan Konjungtor pada Kumpulan Cerpen Milana Karya Bernard Batubara dan Pembelajarannya. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) , 2 - 3.