Langkah Letih Lukis Harmoni Langit Puncak

Sejak kecil saya memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi mengenai puncak gunung. Akan tetapi, untuk berada di ketinggian sana bukanlah hal yang mudah bagi saya. Hari itu, ketika saya duduk di bangku kelas XI saya mengikuti salah satu ekstrakurikuler yang ada di sekolah, yaitu Pasukan Khusus Baris Berbaris dan Pengibar Bendera atau yang biasa kami sebut dengan “Paskubara”. Saat itu, saya dan teman-teman Paskubara kelas XI mengadakan acara pengukuhan sebagai simbol penerimaan anggota baru Paskubara bagi kelas X yang bertempat di puncak Gunung Andong. Saya sebagai panitia acara tersebut merasa bersemangat karena mendaki gunung adalah pengalaman baru bagi saya.

Acara berlangsung selama dua hari tepat pada hari Jumat dan Sabtu. Pada hari Jumat acara dilaksanakan di lingkungan sekolah dengan rangkaian acara penyampaian materi seputar kepemimpinan. Kemudian, pendakian Gunung Andong sebagai acara inti dilaksanakan pada Jumat malam. Tepat pukul 01.00 WIB kami bersiap-siap dan langsung berangkat menggunakan truk. Truk yang kami sewa ternyata tidak cukup untuk dinaiki dengan posisi duduk sejumlah 43 orang. Dengan terpaksa kami semua harus berdiri selama perjalanan yang ditempuh kurang lebih 1 jam. Berdesakan dan berdiri selama perjalanan itu bukan menjadi masalah bagi kami, bahkan kami tetap bersemangat dan bernyanyi bersama sepanjang jalan hingga dinginnya angin malam kala itu tak terasa karena diselimuti oleh canda ria teman-teman.

Sekitar pukul 02.00 WIB kami tiba di basecamp. Setelah itu, kami mempersiapkan diri masing-masing sambil menunggu registrasi selesai. Dinginnya angin gunung yang mulai terasa membuat saya semakin bersemangat. Sekitar pukul 02.15 WIB kami memulai pendakian. Dari basecamp hingga pintu gerbang masuk Gunung Andong kami berjalan melewati rumah warga dan sawah-sawah dengan menggenggam senter masing-masing. Kami terus berjalan beriringan sambil bernyanyi bersama. Kemudian, perjalanan menuju pos 1 diawali dengan menaiki anak tangga satu persatu dengan pencahayaan yang hanya mengandalkan senter. Tidak terasa kami sudah sampai di Pos 1 Watu Pocong, kami memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu. Di saat itu, saya sudah merasa sangat lelah karena ini merupakan pendakian pertama saya. Setelah istirahat 2 menit, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Tiba-tiba langkah saya terhenti, badan saya terasa lemas dan nafas terengah-engah. Atas dukungan danu semangat dari teman-teman, saya memutuskan untuk tetap bertahan. Beberapa teman saya berjalan di belakang saya untuk menjaga saya agar tidak terjadi apa-apa. Saya merasa tidak enak kepada mereka karena saya terlalu manja dan cepat menyerah.

Pada awalnya, saya merasa takut karena suasana gelap serta cerita-cerita mistis yang ada di gunung. Akan tetapi, ketakutan itu lenyap begitu saja karena pikiran terfokus pada kondisi tubuh yang semakin lemas. Saya tetap berusaha berjalan perlahan-lahan. Akhirnya, sampai juga kami di Pos 2 Watu Gambir. Walaupun sudah tertinggal rombongan teman-teman yang di depan, kami tetap memutuskan untuk istirahat sebentar sambil mengatur nafas. Saya merasa lebih termotivasi untuk tetap melanjutkan perjalanan ketika melihat pemandangan lampu-lampu yang indah. Di tengah perjalanan menuju pos 3 kami menjumpai pos mata air, di situ kami mampir sebentar untuk membersihkan tangan yang sudah kotor terkena tanah. Sesampainya di Pos 3 Gambar Wayang, kami bertemu teman-teman lain yang sedang beristirahat juga. Kembali berjalan menuju pos berikutnya dengan medan jalan yang landai menurut saya lebih baik dibandingkan dengan medan jalan sebelumnya yang cukup terjal.

Tidak terasa kami telah sampai di Puncak Makam, di sana teman-teman yang lain sudah berkumpul semua. Waktu sudah menunjukkan pukul 04.30 WIB, kami memutuskan untuk salat subuh terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke puncak. Saat itu saya sedang tidak salat. Di saat menunggu teman-teman lain yang sedang salat tiba-tiba saya tertidur karena sudah merasa lelah sekali. Tak lama dari itu saya pun terbangun, pandangan mata langsung tertuju pada keindahan matahari terbit dengan corak warna kuning kemerahannya itu. Tanpa sadar senyuman tipis pun ikut terbit perlahan dan air mata jatuh tanpa sengaja. Rasa lelah kini telah terbayar dengan melihat keindahan alam tersebut. Kemudian, kami semua melanjutkan berjalan dan tibalah kami di Puncak Andong 1726 MDPL. Kembali ke tujuan utama kami untuk melakukan pengukuhan kepada adik-adik anggota Paskubara baru. Kegiatan pun terlaksana dengan khidmat dan lancar. Kami melanjutkan untuk mengabadikan momen dengan berfoto bersama. Setelah itu, kami duduk bersama menikmati keindahan alam dari ketinggian diwarnai dengan canda ria dan tawa bahagia.

Pada saat itu, saya merasa sangat bangga pada diri saya yang berhasil sampai di puncak walaupun banyak rintangan yang harus dilalui. Sejak saat itu, saya menjadi paham arti dari kata “Perjuangan”. Tidak ada perjuangan yang sia-sia, semua perjuangan akan terbayar jika kita bersungguh-sungguh. Saya tidak lupa mengucap syukur kepada Tuhan karena bisa melihat panorama alam yang sangat memukau serta bisa merasakan kehangatan teman-teman yang saling mendukung.

1 Like