Langkah kecil gaadis desa

Ayahku hebat, dia seorang petani yang kuat dan Tangguh sedangkan ibuku juga tidak kalah hebat, dia bekerja untuk membantu rumah tangga yang tidak pernah mengenal kata Lelah dan selalu tersenyum ketika pulang ke rumah. Tepat ketika umurku 10 tahun, perempuan kecil yang lucu dan menggemaskan lahir ke dunia. Namanya puspa. Singkat cerita, ketika aku sudah masuk dunia SMA tepatnya di kelas 10, aku keluar dari zona nyamanku dan seperti menjadi aku yang bukan aku. Setiap hari aku harus berpura-pura menjadi seperti orang lain. Aku mulai berubah menjadi diri ku sendiri ketika aku sudah mulai masuk organisasi PMR, disitu aku mulai merasakan bahwa diriku kembali. Kelas 11 samapai kelas 12 aku sudah mulai bisa membaur dengan yang lainnya. Jujur, kelas 12 adalah masa-masa krusial yang mungkin ketika dipikir lagi, hal itu bisa mematikan masa depan dan mental ku. Sebenarnya, sejak SMP bapak dan ibu sudah tau aku mau melanjutkan SMA kemana. Tapi mereka selalu menghalang-halangi ku untuk melanjutkan ke sekolah yang aku mau yaitu ke SMK Kesehatan. Sebenarnya ketika di pikir-pikir lagi ada benarnya kenapa mereka tidak mengizinkan ku untuk lanjut ke SMK Kesehatan. Dan yaa, aku menerima itu dengan lapang dada dan mulai melupakan sekolah itu untuk menuruti kemauan bapak dan ibu agar anaknya masuk di SMA Negeri.

3 tahun di jalani dan akhirnya lulus. Tapi tidak berhenti sampai di situ, aku berusaha untuk melanjutkan mimpiku tapi tetap dengan restu orang tua. Aku kembali berusaha meyakinkan bapak dan ibu untuk masuk ke kampus dan jurusan impianku. Jarak sekitar 3 bulan dari lulus SMA, di selang waktu itu aku berusaha dan akhirnya bapak dan ibu merestui langkahku walaupun aku tau sebenarnya mereka masih berat untuk melepas anak nya melanjutkan Pendidikan ke luar provinsi. Di sela aku mencoba mendaftar di beberapa kampus yang masih dalam lingkup satu provinsi, ibuku masih berusaha untuk mencoba membujuk agar aku melanjutkan Pendidikan di kotaku sendiri. Tapi jujur, ketika itu aku mulai patah semnagat karena bisa dibilang setiap hari ibuku selalu mengulang ucapan yang sama. Saran dari ibuku aku melanjutkan di UIN dan di kampus itu sama sekali tidak ada jurusan yang aku mau dan yang ada diriku. Kenapa aku beusaha menolak atas kampus pilihan ibuku ?, ya karna aku tau ketika aku melakukan dan menjalani hal yang bukan kemauan ku sendiri aku tidak akan ikhlas dan melakukan hal itu karena terpaksa dan ketika itu dilakukan selama bertahun-tahun akan menyakiti diriku sendiri dan mental ku pun sudah tidak aman lagi. Satu hari aku juga berusaha untuk mendaftar ke salah satu kampus swasta, alhamdulillah aku lolos dan respon bapak ibu juga alhamdulillah baik. Mereka turut senang dan mengapresiasi atas ke berhasilanku masuk kampus tersebut.

Sudah mulai masuk perkuliahan, masalah baru di mulai. Sebenarnya ini bukan masalah yang serius, ini hanya masalah home sick. Awal mencoba dan beradaptasi di kota orang dan pertama kali jauh dari orang tua rasanya beratt sekali. Aku yang dari kecil sampai SMA kehidupanku dibantu oleh bapak dan ibu dan sejak berada di kost mencoba apapun dilakukan sendiri dan tanpa bantuan siapapun, ternyata berat. Tapi seru, karna menemukan orang-orang baru dari berbagai daerah dan dengan sifat yang berbeda juga. Di 19 tahun ini, aku baru menyadari bahwa memahami sifat setiap manusia adalah bab terpanjang dalam hidup.

Di 19 tahun ini, ternyata sudah banyak hal yang di lalui yang harus benar-benar banyak bersyukur karna masih di beri kekuatan dan kesabaran untuk tetap berdiri di kaki sendiri dan masih di kuatkan atas dunia yang sedikit bercanda ini. Kata orang, mengeluh atas dunia itu wajar tapi tidak boleh terus menerus karna ketika kita mengeluh atas dunia kita dan kita berhenti, dunia akan tetap berputar.