Kuliner Setahun Sekali di Barat Pulau Jawa

Bulan Ramadhan kerap kali menjadi momen spesial munculnya berbagai makanan khas daerah. Seperti namanya, makanan khas daerah memiliki cita rasa khas daerah masing-masing, selain itu makanan khas daerah merupakan makanan yang biasa dikonsumsi dan cocok dengan lidah masyarakat daerah tersebut. Biasanya saat sore hari di bulan Ramadhan, banyak masyarakat yang menjual takjil khas daerahnya masing-masing. Masyarakat Indonesia mengartikan takjil sebagai makanan atau minuman untuk menjadi santapan awal buka puasa (Nafisah, 2021). Berbagai makanan dan minuman yang menjadi langganan bagi para pemburu takjil biasanya seperti gorengan dan es buah. Namun Provinsi Banten memiliki dua makanan favorit yang hanya muncul dan jarang ditemui jika bukan di bulan Ramadhan, yaitu kue cuer atau cucuer dan ketan bintul. Untuk mengetahui lebih lanjut, mari simak pembahasan seru ini.

Menjadi provinsi paling ujung barat di Pulau Jawa, lengkap dengan segala sejarah dan budayanya, Provinsi Banten memiliki berbagai tradisi dan kebudayaan yang terkenal di masyarakat Indonesia. Dimulai dari sukunya yang terkenal, suku Baduy yang terletak di Kabupaten Lebak menjadi sorotan utama, bergeser sedikit ke kebudayaan khasnya yaitu debus atau aksi pertunjukan kesenian bela diri yang memamerkan ‘manusia kebal’ yang terpandang dari Banten.

Lalu beralih ke sektor makanan yaitu sate bandeng, berbeda dengan olahan bandeng lain yang terkenal dengan durinya yang melimpah, sate bandeng disajikan dengan duri yang telah dihilangkan, lalu dibumbui dan memiliki ciri khas yaitu ditusuk dengan bambu kemudian dibakar. Makanan khas Provinsi Banten selanjutnya yaitu rabeg sebagai makanan kesukaan Sultan Maulana Hasanuddin. Rabeg ialah makanan olahan daging kambing yang rendah akan kolesterol karena tidak menggunakan santan dalam pengolahannya. Perpaduan lezat antara bumbu masakan Timur Tengah dengan Banten menyebar sepulang Sultan Maulana dari ibadah hajinya yang mana saat itu Ia singgah di suatu kota bernama Rabigh di tepi Laut Merah dan mencicipi masakan olahan daging kambing khas daerah tersebut, tak bisa melupakan kelezatan makanan itu lantas Ia memerintahkan juru masak istana untuk membuatkan makanan seperti yang Ia cicipi di sana. Meski pun tidak sama persis, namun Sultan tetap menyukainya.

Kurang pas rasanya jika hanya membahas tentang makanan beratnya saja. Seperti yang disebutkan di awal artikel ini, Provinsi Banten memiliki jajanan khas yang hanya ada saat bulan Ramadhan, yaitu cucuer atau kue cuer dan juga ketan bintul. Dua jajanan tersebut menjadi spesial karena sulit untuk ditemukan di lain waktu selain bulan Ramadhan. Cucuer atau kue cuer diwujudkan dengan bentuk lembaran tipis hijau yang menarik mata. Berbahan dasar tepung beras yang diberikan warna hijau alami dari perasan daun suji. Rasanya akan hambar jika dimakan begitu saja, maka hadirlah parutan kelapa yang sudah digarami menawarkan rasa gurih sebagai pelengkap kue cuer. Cucuer atau kue cuer yang memiliki tekstur lembut ini sudah menjadi makanan khas sejak masa kesultanan Banten, bahkan masyarakat Banten juga percaya jika memakannya menggambarkan penghormatan terhadap raja-raja terdahulu di Banten.

Satu lagi jajanan khas Banten yang langka ditemui kecuali di bulan suci Ramadhan yaitu ketan bintul. Kudapan tradisional khas Banten ini memiliki tekstur yang lembut juga pulen, dan memiliki rasa yang gurih. Ketan bintul merupakan makanan olahan yang terbuat dari ketan putih yang dipotong-potong kemudian dipadukan dengan kelapa parut yang telah disangrai juga dengan berbagai rempah-rempahnya yang khas. Berbahan utama ketan dan santan ini biasanya juga disajikan dengan daging empal. Daun pisang yang membungkusnya menjadi ciri khas dari ketan bintul. Sama seperti cucuer atau kue cuer, ketan bintul juga sudah dikenal sejak zaman kesultanan Banten, bahkan raja pun menjadikannya hidangan favorit untuk mengawali buka puasa. Kedua makanan khas Banten tersebut sangat mudah untuk dijumpai saat berkunjung ke Pasar Lama di Kota Serang.

Sumber:
Awaliyah, R. (2021, April). The Phenomenon of Sharing Takjil in the Month of Ramadan in Indonesia: Study of Ma’anil Hadith. In Gunung Djati Conference Series (Vol. 4, pp. 493-506).
Zulvianur, M. R. (2018). Perancangan Informasi Makanan Khas Banten saat Ramadhan Melalui Media Buku (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia).Screenshot (178)