Kuliah Perawat? Siapa Takut!

Sejujurnya kuliah perawat bukanlah keinginanku. Sedari SD aku menyukai pelajaran bahasa inggris karena ayahku yang sering melihat film hollywood. Lalu saat SMA aku mengikuti ekstrakulikuler ECC (English Conversation Club). Dari sini aku berfikir untuk masuk kuliah di jurusan bahasa atau hubungan internasional. Walaupun itu tidak sesuai dengan jurusanku waktu SMA yaitu IPA. Karena waktu itu aku ingin bekerja yang berkaitan dengan luar negeri, entah menjadi duta besar atau menjadi menteri luar negeri.

Hingga akhirnya aku bercerita kepada orang tuaku dan meminta pendapat ke mereka, mereka menanyakan untuk prospek kerja jurusan yang aku pilih tersebut. Aku berfikir untuk mengambil jurusan bahasa karena bisa menjadi tour guide, namun karena saat itu sedang pucaknya pandemi covid-19, orang tuaku tidak setuju. Awalnya Ibuku menyarankan untuk masuk perawat, namun aku menolaknya. Kemudian aku dikenalkan oleh temannya ayahku yang bekerja di Solocom. Dan menyarankan untuk kursus di sana selama 1 tahun kemudian bisa langsung bekerja. Akhirnya aku sudah menyetujui hal tersebut.

Di kemudian hari, Ibuku kembali mengutarakan keinginannya yang ingin melihat aku memakai seragam perawat. Dan akhirnya aku menuruti keinginan beliau. Bagaimana dengan solocom? Aku tidak jadi kursus disana karena ibukku tidak setuju. Lalu aku mencari informasi di internet terkait pendaftaran di Poltekkes Surakarta yang kebetulan waktu itu sudah mendekati penutupan pendaftaran. Kemudian aku mengikuti tes pertama yaitu menggunakan jalur raport, aku sudah membayar biaya pendaftaran juga mengiimkan segala berkas yang diperlukan, namun sayangnya aku tidak lolos seleksi tersebut. Aku kembali mengikuti seleksi disana jalur ujian tulis. Namun sayangnya aku gagal lagi. Sedih tentu saja, tapi aku tau jurusan perawat memang sulit sekali untuk ditembus. Mengapa tidak mencoba di Poltekkes lain? Orang tuaku tidak mengijinkan aku kuliah luar kota. Jadi aku kembali harus mencari Universitas yang harus aku coba di daerah Surakarta.

Setelah itu orang tuaku kembali menyarankan untuk kuliah di Stikes, jujur aku takut membebani mereka karena aku tau kuliah di jurusan kesehatan itu mahal apalagi swasta. Namun orang tuaku berkata “kamu ga usah memikirkan biaya, itu udah urusan ibu sama bapak. Kamu cukup serius menjalani kuliah”. Hingga aku setuju dan mereka menyarankan kuliah di stikes Papahan karna kebetulan dekat dengan rumah, namun aku menolaknya. Saudaraku menyarankan untuk kuliah di UKH, lalu aku bertanya tetanggaku yang kebetulan sedang berkuliah di UKH dan sudah semester akhir. Awalnya ayahku menolak karena menurut beliau terlalu jauh, mending cari kampus yang dekat saja supaya tidak capek. Tapi aku tetap kekeh untuk kuliah di UKH. Hingga akhirnya aku mendaftar di sana. Lalu aku mengikuti PKKMB yang cukup melelahkan selama 5 hari dan akhirnya resmi menjadi mahasiswa UKH.

Kuliah di UKH seru karena disana aku bertemu temanku waktu SMP dan SMA, juga aku bertemu teman teman dari banyak daerah juga banyak karakter dan sifat yang tentunya berbeda beda.

1 Like