Keunikan Candi Abang

Keunikan Candi Abang

Candi-Abang-Instagram-@taufiqsunar-min
https://images.app.goo.gl/6Y48EHEKkSnF7ma67

Candi Abang dapat dijumpai di puncak bukit lokasinya terletak di Dusun Blambangan, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mencapai ke candi ini, bisa menelusuri Jalan Jogja-Solo, tepatnya di Prambanan. Begitu tiba di Terminal Prambanan, carilah angkutan umum kearah Jalan Raya Jogja-Piyungan Km 8. Di situ terpampang sebuah papan penunjuk kearah kanan (Barat) bertuliskan Candi Abang dan Gua Sentana. Candi Abang berada di puncak bukit letaknya di pinggir jalan desa, 1,5 kilometer sebelah Barat Jalan Raya Jogja-Piyungan. Akses perjalanan ke lokasi parkir cukup bagus dan bisa ditempuh kendaraan roda empat. Hanya saja, ketika menuju puncak bukit, agak rusak dan hanya bisa ditempuh jalan kaki saja.
Situs purbakala satu ini juga merupakan peninggalan sejarah bernilai historis, seni dan budaya. Namun kondisi situs purbakala tersebut mulai rapuh dan terbatas, banyak masyarakat yang tidak mengetahui sejarah dan kondisinya sehingga diperlukan suatu cara untuk menjaga sejarah serta budaya dalam segala keberagamannya. Keutuhan candi ini sudah tidak lagi sempurna, namun bukan berarti kecantikan dan keunikan sudah purna. Candi Abang masih kokoh berdiri di puncak bukit dengan bahan bangunan batu bata berwarna merah. Ukuran alas Candi Abang adalah 36 x 34 meter, dan tingginya belum bisa diperkirakan. Candi ini berbentuk seperti piramida, dengan sumur di tengahnya. Di candi ini, terdapat tangga,masuk dan dibuat dari batu putih alias gamping. Selain itu, ada sebagian batu-batu andesit yang belum diketahui fungsinya.
Sejarah candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 dan ke-10 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Meskipun demikian, candi ini diperkirakan mempunyai umur yang lebih muda dari candi-candi Hindu lainnya. candi yang berbentuk seperti piramid ini dinamakan Candi Abang karena terbuat dari batubata yang berwarna merah (abang dalam bahasa Jawa). Bentuk candi ini berupa bukit, sekarang banyak ditumbuhi rerumputan sehingga dari jauh nampak mirip seperti gundukan tanah atau bukit kecil.
Pada saat pertama kali ditemukan, dalam candi ini terdapat arca dan alas yoni lambang dewa Siwa berbentuk segidelapan (tidak berbentuk segi empat, seperti biasanya) dengan sisi berukuran 15 cm. Beberapa orang menganggap Candi Abang merupakan tempat penyimpanan harta karun pada zaman dahulu kala, oleh karena itu sering dirusak dan digali oleh orang tidak bertanggung jawab yang mencari harta peninggalan sejarah dan barang berharga. Hal demikian terjadi misalnya pada bulan November 2002.
Candi Abang sebenarnya hanyalah gundukan tanah di atas bukit. Bukit ini jika di musim hujan akan berwarna hijau, sedangkan di musim kemarau tentu saja gersang. Candi Abang baru akan terlihat berwarna merah jika kondisinya benar-benar kemarau dan kering. Seperti pada umumnya, kebanyakan candi di bangun di atas bukit, karena pada masa lalu tempat yang lebih tinggi dianggap sebagai tempat yang suci (tempat tinggalnya dewa-dewi). Keunikan dari Candi Abang adalah candi ini dibangun dengan batu bata merah.
Batu andesit bukanlah satu-satunya batu yang digunakan sebagai penyusun candi. Ada juga batu bata merah. Di sinilah letak ciri khas dan perbedaannya, candi di Jawa Tengah pada umumnya terbuat dari batuan andesit sedangkan candi di Jawa Timur terbuat dari batu bata merah.
Kalau dilihat dari kualitas tahan lama, tentu batu andesit lebih tahan lama. Contohnya Candi Sambisari di Sleman, meski sudah bertahun-tahun tertutup lahar Gunung Merapi, tetapi masih bisa ditemukan lagi dalam keadaan yang utuh (meski tidak sempurna).