Ketimpangan Gender dalam Dunia Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam pembangunan di suatu negara. Maka laki-laki maupun perempuan haruslah mendapatkan pendidikan yang layak dan tidak ada pembedaan. Adanya kesetaraan gender dalam pendidikan maka dapat mewujudkan kesetaraan gender yang lain. Adanya latar belakang pendidikan yang belum setara antara laki-laki maupun perempuan dapat menyebabkan ketidaksetaraan gender dalam semua sektor seperti menyuarakan pendapat, mendapatkan pekerjaan, jabatan dan peran dalam masyarakat ( Suryadi dan Idris, 2004). Anggapan di masyarakat yang menganut budaya patriarki yang menganggap bahwa perempuan tidak perlu untuk sekolah tinggi haruslah dihilangkan. Mendapatkan pendidikan yang layak merupakan hak semua orang. Perempuan yang mendapatkan pendidikan yang rendah juga dapat menyebabkan kurangnya kontribusi perempuan dalam menciptakan pembangunan (Suryadi, 2001).

Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan

Menurut Suleeman (1995) ketidaksetaran gender adalah adanya pembedaan hak dan kewajiban antara laki-laki dengan perempuan dalam mendapatkan pendidikan formal. Bentuk dari adanya ketidaksetaraan gender dalam pendidikan dapat ditandai dengan angka melek huruf, angka partisipasi, pilihan bidang studidan komposisi staf pengajar dan kepala sekolah (Van Bemmelen, 1995). Ketidaksetaraan gender dalam pendidikan dapat menyebabkan kerugian bagi perempuan. Perempuan tentu juga mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dalam hal apapun. Pendidikan yang rendah pada perempuan dapat menyebabkan perempuan tidak dapat berkontribusi yang lebih untuk masyarakat. pendidikan yang rendah juga menyebabkan perempuan tidak dapat mendapat pekerjaan yang layak. Hal ini dapat memicu perempuan mendapat tekanan dari laki-laki karena dianggap lemah.
Perempuan maupun laki-laki tentu memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Dengan adanya pendidikan maka akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang unggul baik laki-laki maupun perempuan. Dengan adanya sumber daya manusia yang unggul tentu akan memudahkan suatu negara dalam mewujudkan pembangunan. Dalam mewujudkan pembangunan diperlukan kerjasama antar semua masyarakat. Maka pembangunan negara tentu saja dibutuhkan adanya kontribusi antara laki-laki maupun perempuan.

Faktor-faktor Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan

Adanya stereotip gender yang ada di lingkungan masyarakat telah menimbulkan pengelompokan peran-peran yang pantas bagi perempun maupun laki-laki. Hal ini disebabkan oleh nilai dan sikap masyarakat yang telah terpengaruh oleh faktor sosial budaya yang telah berkembang dan menimbulkan pemisahan gender dalam peran-peran sosial yang berlainan. Di masyarakat masih terdapat anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi, tugas perempuan hanya untuk mengurus urusan rumah tangga.
Sebuah artikel menyebutkan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan adanya ketidaksetaraan gender dalam pendidikan, di antaranya:

  1. Kultur yang menomorduakan perempuan
    Semangat perempuan Indonesia untuk mendapatkan pendidikan sangatlah tinggi. Namun, sebagian perempuan terhalangi kesempatannya untuk memperoleh pendidikan karena adanya kultur patriarki. Kultur patriarki menyebabkan perempuan dinomorduakan untuk mengakses kesempatan meraih pendidikan tinggi. Adanya budaya patriarki sudah diterima masyarakat luas sebagai hal yang pantas, tentu saja hal ini sangat disayangkan terjadi.
  2. Lemahnya kesetaraan gender
    Kurangnya kebijakan dalam menjunjung tinggi kesetaraan gender di masyarakat. Misalnya peraturan daerah yang masih belum banyak mengatur terkait kesetaraan gender antara laki-laki maupun perempuan. Cuti kerja bagi laki-laki saat melahirkan juga belum terlalu diusung dalam peraturan daerah, padahal peran suami juga sangat dibutuhkan saat istri melahirkan.
  3. Manajeman rumah tangga belum seimbang
    Perempuan lebih mengalah demi mengurus anak serta keluarga dan menyebabkan perempuan untuk memutuskan keluar dari pekerjaan ataupun tertundanya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Padahal pekerjaan mengurus rumah dapat dilakukan bersama antara suami dan istri apabila terdapat pembagian tugas yang jelas. Sehingga antara suami dan istri dapat mempunyai kesempatan yang sama di luar masalah mengurus rumah tangga.

Upaya-upaya dalam Menjunjung Kesetaraan Gender
Menurut Direktur Sekolah Dasar Dra. Sri Wahyuningsi, M.Pd yang disampaikan pada webinar Kesetaraan Pendidikan untuk Anak Perempuan ada beberapa program yang dapat dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan. Di antaranya adalah program perluasan akses pendidikan yang bermutu bagi peserta didik yang berkeadilan dan inklusif. Pemerataan akses melalui program wajib belajar 12 tahun. Disampaikan juga bahwa pada saat penerimaan peserta didik baru tidak ada ketentuan batas terkait jumlah laki-laki atau perempuan yang harus diterima. Kemudian adanya program penguatan karakter pada peserta didik guna membentuk karakter peserta didik serta memberikan pendidikan yang adil tanpa adanya pembedaan gender. Pemerintah juga mengeluarkan adanya program merdeka belajar, dalam program merdeka belajar terjadi perubahan terkait ekosistem pendidikan, guru, pedagogic, kurikulum, dan sistem penilaian. Dan selanjutnya adalah program terkait penghapusan tiga dosa pendidikan yang diamanatkan oleh Mendikbud-Ristek untuk upaya meningkatkan partisipasi perempuan dalam bidang pendidikan.

Daftar Pustaka:

kemdikbud.go.id. (2021, Mei 4). http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/upaya-mewujudkan-kesetaraan-di-dunia-pendidikan. Retrieved November 15, 2021, from kemdikbud.go.id: http://ditpsd.kemdikbud.go.id/

Suleeman, E. (1995). Pendidikan Wanita di Indonesia, Dalam T. O. Ihromi, Kajian Wanita Dalam Pengembangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Suryadi, A. (2001). Analisis Gender dalam Pembangunan Pendidikan. Jakarta: Bappenas dan WSPII-CIDA.

Suryadi, A, dan Idris, E,. (2004). Kesetaraan Gender dalam Bidang Pendidikan. Bandung: PT. Ganesindo.

Van Bemmelen, S. (1995). Gender dan Pembangunan: Apakah yang Baru? Dalam T. Ihromi, Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.