Dalam kehidupan, setiap orang tentu pernah memiliki seorang teman yang dekat. Bukan sekadar rekan bicara, melainkan seseorang yang kehadirannya membawa ketenangan, kebersamaan, dan rasa dihargai. Namun, tidak semua hubungan pertemanan berjalan seperti yang diharapkan. Ada kalanya kita kehilangan mereka bukan karena pertengkaran atau kesalahpahaman, melainkan karena waktu yang berjalan terlalu cepat sehingga kita tersadar bahwa kehadiran kita sudah terlambat.
Tidak sedikit orang juga yang kemudian menyimpan penyesalan karena merasa kurang hadir dalam masa-masa sulit seseorang yang pernah berarti dalam hidupnya. Sering kali kita berpikir bahwa perhatian kecil sudah cukup, padahal kadang yang dibutuhkan hanyalah kehadiran nyata seperti bertemu, menyapa, atau mendampingi. Sayangnya, kesadaran itu kerap datang setelah semuanya tidak lagi bisa diperbaiki.
Seperti saat kehilangan yang datang secara tiba-tiba. Misalnya, ketika seseorang yang kita kenal sedang sakit, lalu secara tak terduga ia pergi untuk selamanya. Dalam kondisi seperti itu, tak jarang seseorang merasa belum sempat melakukan apa pun, belum sempat meminta maaf, belum sempat mengucapkan terima kasih, bahkan belum sempat menepati janji sederhana seperti, “Nanti kita jalan-jalan bersama, ya.” Hal yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika ada orang lain yang secara tidak langsung menyampaikan penilaian yang menyudutkan, seperti, “Bahkan orang terdekat nya pernah mengucapkan hal yang menyakitkan.” Kalimat seperti itu, meskipun mungkin tidak ditujukan secara langsung, namun mampu meninggalkan luka batin yang mendalam dan membangun rasa bersalah yang sulit dijelaskan.
Kehilangan dalam situasi seperti ini tidak hanya menyisakan kesedihan, tetapi juga penyesalan. Penyesalan karena tidak bisa memanfaatkan waktu dengan lebih bijak. Karena tidak bisa menunjukkan kepedulian saat masih ada kesempatan. Karena tidak bisa memperbaiki kesalahan sebelum semuanya terlambat.
Namun dari situ juga, lahir sebuah pembelajaran. Bahwa dalam menjalin relasi sosial terutama dalam pertemanan kita perlu lebih peka, lebih hadir, dan lebih cepat menunjukkan empati. Kita tidak pernah tahu seberapa banyak waktu yang tersisa untuk seseorang. Oleh karena itu, kehadiran dan kebaikan, sekecil apa pun, sebaiknya tidak ditunda. Bahkan jika perlu sampaikan pada mereka seberapa besar rasa sayang kita pada mereka.
Karena pada akhirnya, setiap kehilangan membawa jejak yang berbeda-beda dalam diri seseorang. Meskipun orang-orang yang pernah dekat dengan kita perlahan menjauh atau bahkan melupakan kita, tidak berarti kenangan mereka ikut hilang. Kita tetap menyimpan mereka dalam hati. Sebab setiap pertemanan yang pernah ada, punya tempatnya masing-masing di dalam ingatan dan dalam hati.
Teman-temanku di masa lampau, aku hanya akan menyampaikan kalian boleh melupakan ku tapi akan terus ku ingat kalian dalam hatiku, setiap kalian memiliki bagian tersendiri di hatiku. Dan untuk pertemanan ku di masa selanjutnya, akan kuusahakan diriku menjadi teman yang lebih baik lagi dan kuusahakan tidak mengecewakan kalian, akan kusampaikan betapa sayangnya aku pada kalian tanpa gengsi lagi, akan kuhabiskan banyak waktu tuk bersama kalian. Kuucapkan terimakasih pada semua teman-temanku, karena telah hadir mewarnai hari-hari ku. Ingatkan dan ajarkan selalu padaku bagaimana aku bisa menjadi teman baik kalian.
