Ketakutan Mahasiswa Gen Z

Hayalan remaja sekolah menengah atas, perkuliahan adalah hal yang menyenangkan, bisa “bersekolah” mengenakan baju bebas dan masih banyak angan-angan lainnya. Tapi apalah daya, mengasyikannya dunia perkuliahan tak seindah angan-angan, itulah yang dirasakan Alfira Rizka, seorang mahasiswa Akuntansi semester 1 di Universitas Tidar.
Alfira adalah mahasiswa baru yang masuk pada tahun 2023 kemarin, hal itu berarti pada saat ia duduk di bangku sekolah menengah atas, ia melakukan kegiatan belajar mengajar selama dua tahun secara online. Tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tatap muka di sekolah selama dua tahun tentu membuat Alfira kesulitan mengikuti perkuliahan secara tatap muka, hal ini diperparah dengan latar belakang Alfira yang merupakan seorang Generasi Z atau Gen Z.
Latar belakang generasi cukup banyak mempengaruhi karakter seseorang. Generasi Z merupakan generasi sosial pertama yang masa pertumbuhannya berdampingan dengan teknologi dan internet, hal tersebut berdampak pada keseharian Generasi Z yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan layer perangkat elektronik.
Alfira merasakan banyak tantangan kala ia menjadi mahasiswa baru, salah satu tantangan yang ia hadapi adalah perasaan takut. Perasaan takut ini dipicu karena kurangnya sosialisasi secara langsung dengan sesame. Alfira selalu merasa takut gagal, takut dengan pendapat orang lain tentang dirinya, hal tersebut cukup membuat Alfira tertekan. Semenjak kuliah, Alfira bertemu dengan banyak teman yang berasal dari berbagai daerah, hal tersebut membuatnya sulit untuk berinteraksi dengan mereka karena perbedaan sifat dan kebudayaan. Dibalik keresahan yang Alfira alami, ia berusaha untuk berpikiran positif guna melawan rasa takutnya.
Tantangan menjadi mahasiswa baru yang Alfira rasakan tidak hanya rasa takut saja, namun ia juga harus beradaptasi dengan keras karena metode perkuliahan yang jauh berbeda ketika ia duduk di bangku sekolah menengah atas. Metode perkuliahan yang memiliki kelas beragam, waktu kelas yang beragam, dosen yang beragam, dan yang lainnya. Pikiran dan tenaganya terkuras, tak jarang ia menangis untuk meluapkan rasa lelah yang ia rasakan.