Kesesuaian Semantis dan Gramatis di Tuturan Manusia Sehari-hari

Kesesuaian Semantis dan Gramatis Dari Tuturan Manusia Sehari-hari

Di dalam elemen Bahasa terdiri dari jenis, yaitu elemen bentuk dan elemen makna, atau dalam arti lebih sempitnya disebut juga dengan bentuk dan makna. Bentuk adalah elemen yang tedapat pada tuturan manusia yang berbentuk fisik atau nyata. Bentuk dari tataran terendah sampai dengan tertinggi diwujudkan dengan bunyi, suku kata, morfem, kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana. Sedangkan makna merupakan gambaran secara abstrak dari pengalaman manusia, tetapi bukanlah pengalaman pengalaman orang per orang. Secara kebahasaan bentuk merupakan wujud fisik tuturan, sedangkan makna merupakan wujud nonfisik tuturan.

Makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistik. Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. oleh karena itu, penamaan tataran untuk semantik agak kurang tepat, sebab dia bukan satu tataran dalam arti unsur pembangun satuan lain yang lebih besar, melainkan merupakan unsur yang berada pada semua tataran itu, meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

Hockett (1954) menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri dari lima subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Subsistem gramatika, fonologi, dan morfofonemik bersifat sentral . Tak jarang diantara kita memaknai sebuah kata tanpa mengetahui apa medan makna dan komponen maknanya. Sebenarnya setiap kata mempunyai komponen makna yang berbeda meskipun kata tersebut nerupakan kata yang bersinonim.
Seorang bahasawan atau penutur suatu bahasa dapat memahami dan menggunakan bahasanya bukanlah karena dia menguasai semua kalimat yang ada dalam bahasanya itu, melainkan karena adanya kesesuaian ciri-ciri semantik antara unsur leksikal yang satu dengan unsur leksikal lainnya.
Contoh: katak, wanita dan mengnadung mempunyai kesesuaian cirri semantik. Tetapi antara jejaka dan mengandung tidak ada kesesuaian ciri. Karena pada kata wanita ada kesesuaian ciri (+ mengandung) sedangkan pada kata jejaka ada cirri (+ non mengandung).

Kesesuaian ciri berlaku bukan hanya pada unsur-unsur leksikal saja, tetapi juga berlaku antara unsur leksikal dan gramatikal. Contohnya: kata seekor hanya sesuai dengan kata ayam, tetapi tidak sesuai dengan kata ayam-ayam, yaitu bentuk reduplikasi dari kata ayam.
Contohnya saja pada Kata seekor sesuai dengan kata ayam, karena keduanya mengandung cirri (+tunggal), sebaliknya kata seeok tidak sesuia dengan kata ayam-ayam karena seeokr berciri makana (+ tunggal) sedangkan ayam-ayamayam berciri makna (-tunggal)

Kemudian untuk kata seekor dan guru juga tidak mempunyai kesesuaian karena kata guru berciri makna (+manusia) sedangkan kata seekor (-manusia). Kata seekor hanya sesuai dengan kata yang berciri (-manusia), misalnya ayam dan kambing,. Kata ayam pun tidak sesuai dengan kata seorang karena kata seorang berciri (+manisia).

Adanya kesesuaian unsure-unsur leksikal dan integrasinya dengan unrur gramatikal sudah banyak diteliti orang sejalan dengan pesatnya penelitian di bidang semantic sejak tahun 60-an. Pada ahli tata bahasa generatif seperti Chfe (1970) dan Fillmore (1971) berpendapat bahwa setiap unsure leksiakal mengandung ketentuan ketentuan penggunaannya yang sudah terfatori yang bersifat grametikal dan bersifat semantik. Ketentuan-ketentuan gramatikal memberikan kondisi-kondisi gramtikal yang berlaku jika suatu unsur gramatikal yang hendak digunakan. Contohnya, kata kerja “ makan” dalam penggunaannya memerlukan adanya sebuah subjek dan sebuah objek (walaupun di sini objek bisa dihilangkan).
Maka dapat disimpulkan bahwa Komponen makna ialah makna yang dimiliki setiap kata yang terdiri atas sejumlah komponen yang berbentuk keseluruhan makana kata itu. Kesesuaian semantik dan gramatis seorang penutur suatu bahasa dapat memahami dan menggunakan bahasanya bukanlah karena dia menguasi sebuah kalimat yang ada dalam bahsanya itu, melainkan karna adanya unsur kesesuaian atau kecocokan ciri-ciri semantik dengan unsur leksikal yang satu dengan unsur leksikal lainnya. Sebuah kata dapat menimbulkan beberapa kemungkinan hubungan makna. Pengkelompokkan ide ini sesuai pula berkata dan frase dengan kata-kata mutakhir, kamus ini telah mengkategorikan ide-ide dalam 1042 kelompok. Seorang bahasawan atau penutur suatu bahasa dapat memahami dan menggunakan bahasanya bukanlah karena dia menguasai semua kalimat yang ada dalam bahsanya itu, melainkan karena adanya kesesuaian ciri-ciri semantik antara unsur leksikal yang satu dengan unsur leksikal lainnya.

Referensi :
Raihana, N. DIKSI DALAM PANTUN ANAK.
Priati, D. N. (2014). Analisis Wacana Rubrik “Lingkungan Dan Kesehatan” Dalam Kompas Serta Kesesuaian Sebagai Materi Ajar Teks Eksposisi Pada Sekolah Menengah Pertama.
Butar-butar, C. (2021). Semantik. umsu press.
Anggraeni, A. W., & SS, M. SEMANTIK BAHASA INDONESIA.
Prihatini, A. (2021). Struktur Kalimat Perspektif Pragma-Gramatikal dalam Konteks Internasionalisasi Bahasa Indonesia. INTERNASIONALISASI BAHASA INDONESIA Perspektif Lintas Negara, 87.