Kesenian Debus Yang Masih Sangat Melekat di Banten
Provinsi Banten terkenal dengan kebudayaan, tradisi yang sangat melekat dengan hal-hal yang jarang ditemui di provinsi lainnya. Masyarakat Banten pun masih melakukan beberapa peninggalan tradisi-tradisi dari leluhur yang kemudian dijadikan sebuah kebudayaan tetap. Tradisi Banten ini kebanyakan memiliki unsur bela diri, tari, bahkan ada yang memiliki nilai keagamaannya. Banyak sekali kebudayaan Banten yang awalnya sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran agama Islam, tetapi seiring berjalannya waktu kebudayaan tersebut berkembang untuk digunakan sebagai salah satu media untuk memompa dan menimbulkan rasa semangat rakyat Banten untuk menghadapi penjajahan Belanda pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Kebudayaan yang ada di provinsi Banten ini sangat banyak sekali terutama kesenian ritual, seperti Rudat, Patingtung, Syaman, Ketimpring, Baca Syekh, Panjang Mulud, Mawalan, Mawaris, Marhaban, dan lainnya. Kebudayaan tersebut merupakan beberapa kesenian ritual yang ada di provinsi Banten. Banten memang merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang masih kental dengan kesenian ritualnya. Dari berbagai kebudayaan di provinsi Banten saya akan membahas salah satu kesenian yang sudah terkenal di kalangan manapun bahkan luar provinsi Banten yaitu Kesenian Debus.
Kesenian Debus merupakan salah satu kesenian yang awalnya hanya berfungsi sebagai sarana menyebarkan agama Islam, sebab sebelum dimulai para pemain melantunkan shalwat dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Tetapi seiring berjalannya waktu kesenian Debus salah satu media untuk memompa semangat masyarakat Banten, agar kebudayaan atau kesenian yang ditinggalkan para leluhur tetap dilestarikan dan dikembangkan agar masyarakat luar juga tau akan keberadaan kesenian yang ada di provinsi Banten. Kesenian Debus ini datang sekitar tahun 1960, dan hingga saat ini kesenian tersebut berfungsi sebagai sarana hiburan. Tetapi kesenian Debus ini sempat menghilang karena melemahnya kesultanan Banten di bawah kekuasaan Sultan Rafiudin. Kesenian Debus pun dihidupkan kembali untuk dikembangakan di salah satu padepokan atau paguron (sanggar silat). Debus adalah salah satu kesenian provinsi Banten yang di dalamnya terdapat beberapa unsur kesenian salah satunya adalah pencak silat, maka dari kesenian Debus dan Pencak silat tidak bisa jauh-jauh karena kedua kesenian tersebut sangat berhubungan. Sebenarnya kesenian di Banten ini banyak sekali yang berhubungan dengan pencak silat tetapi kesenian Debus ini sangat terkenal oleh banyak kalangan masyarakat luar. Debus merupakan salah satu kesenian yang sangat memperhatikan kekuatan tubuh terhadap senjata atau benda tajam, benda berbahya seperti obor dan pukulan keras (jurus – jurus bela diri). Pencak Silat bisa disebut unsur pertama karena setiap pemain Debus merupakan seorang pesilat, dan memang kebanyakan di dalam kesenian Debus terdapat unsur bela diri.
Kebudayaan Debus ini juga memiliki beberapa aliran, yang setiap sanggar atau padepokan memiliki aliran bela diri yang berbeda – beda, seperti cimande, bandrong, dan terumbu. Ada juga komunitas debus yang biasanya mengenal beberapa karekteristik kesenian debus yaitu, debus cimande, debus bandrong, dan debus terumbu. Setiap sanggar atau padepokan memiliki sekitar 20 pemain debus dan pemimpin padepokan yaitu seorang guru besar atau syech. Debus salah satu kesenian bela diri yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar nalar dan tidak masuk akal seperti makan paku, obor api yang dimasukan ke mulut, kebal senjata tajam, kebal air keras, makan beling, mengiris bagian anggota tubuh dengan pisau atau golok tanpa ada luka sedikit pun. Maka dari itu sebagian masyarakat menyebutkan kesenian debus ini sangat ekstrem dan menakutkan, bahkan dari beberapa pemain debus yang memakai cara atau ilmu sacral (harus di rasuki) agar penampilannya terlihat lebih hidup dan meyakinkan. Namun seiring berjalannya waktu kesenian debus ini sangat mudah di jumpai karena banyak sekali penampilan – penampilan debus seperti pesta pernikahan, di acara pemerintahan dan lainnya. Maka dari itu pada saat ini tidak heran jika kesenian debus dapat di jumpai di beberapa acara.