Kesehatan Mental: Isu Serius yang Sering Disepelekan Masyarakat Indonesia

Kesehatan mental merupakan komponen yang penting dalam setiap jenjang kehidupan manusia, mulai dari masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Kesehatan mental juga berpengaruh terhadap bagaimana seseorang berpikir, merasakan, bertindak, dan berinteraksi dengan orang lain. Bahkan, sering kali disebutkan, kondisi mental pada masa kanak-kanak dapat memengaruhi perkembangan kejiwaan seseorang hingga dewasa nantinya.

Di Indonesia sendiri, kesehatan mental masih dianggap sebagai hal yang sepele dan tabu untuk dibicarakan. Masyarakat menganggap bahwa kesehatan mental tidak terlalu penting dibandingkan dengan kesehatan fisik. Padahal, keduanya sama pentingnya.

Seperti kata pepatah “di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat,” sehingga kedua komponen ini harus dijaga secara seimbang. Apabila salah satunya tidak diperhatikan maka bisa menimbulkan gangguan baik fisik maupun mental.

Sama halnya dengan kesehatan fisik yang harus segera diobati apabila terluka, kesehatan mental yang terganggu juga membutuhkan pengobatan agar cepat sembuh, mereka membutuhkan perawatan dari lingkungan sekitar dan ahli profesional jika diperlukan.

Namun stigma negatif sering diberikan kepada orang-orang yang melakukan konsultasi kepada dokter atau psikiater, dengan adanya stigma ini orang menjadi berpikir dua kali untuk memeriksa kondisi mentalnya. Belum lagi tidak sedikit orang-orang yang meluncurkan komentar negatif kepada orang yang mengalami gangguan mental.

Mereka sering dianggap lemah dan baperan, bahkan ada juga yang menganggap mereka ini kurang iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Tentunya hal ini membuat kondisi mereka yang mengalami gangguan mental menjadi lebih buruk dan ragu-ragu untuk memeriksakan kesehatan mental mereka.

Di lingkungan saya sendiri ada anak SMP yang kesehatan mentalnya terganggu. Anak ini mudah panik dalam melakukan sesuatu, ia sangat terobsesi dengan kesempurnaan, seperti saat mengerjakan tugas sekolah, ia mengerjakannya dengan terburu-buru dan kecemasan berlebih, jika ia sulit mengerjakannya ia akan marah, panik, berteriak, dan bersikap histeris.

Penanganan lebih lanjut tentu diperlukan agar kondisi anak tidak memburuk, namun faktanya masyarakat bersikap acuh tak acuh dan malah menganggapnya aneh. Masyarakat mungkin berpikir bahwa masalah anak tidak akan seberapa dibandingkan masalah orang dewasa, bahkan anak dianggap bersikap berlebihan.

Selain itu, kasus lain terkait masalah kesehatan mental yang sempat ramai dibicarakan yaitu kasus bunuh diri mahasiswa UGM yang menderita depresi dan juga kasus kamar kos perempuan penderita hoarding disorder yang dipenuhi tumpukan sampah. Dari beberapa kasus di atas, seseorang yang kesehatan mentalnya terganggu akan menyebabkan dampak negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Mereka bahkan tidak segan untuk melukai dirinya sendiri.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Maria Endang Sumiwi mengungkapkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir persentase masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental meningkat. Gangguan mental emosional pada penduduk usia di bawah 15 tahun, naik dari 6,1% atau sekitar 12 juta penduduk (Riskesdas 2013) menjadi 9,8% atau sekitar 20 juta penduduk.

Kondisi ini diperburuk dengan adanya COVID-19. Saat pandemi, masalah gangguan kesehatan mental dilaporkan meningkat sebesar 64,3% baik karena menderita penyakit COVID-19 maupun masalah sosial ekonomi sebagai dampak dari pandemi. (Dikutip dari Tribun Jabar.id “Penderita Gangguan Jiwa di Indonesia Meningkat, Penderita di Bawah 15 Tahun Naik Jadi 20 “ oleh Riswanto)

Berdasarkan data tersebut, masalah kesehatan mental perlu penanganan lebih serius dari semua pihak. Salah satu upaya sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan menambah wawasan tentang kesehatan mental, karena pada dasarnya orang yang memberikan stigma negatif kepada penderita gangguan mental adalah orang yang tidak memahami secara baik mengenai gangguan mental itu sendiri.

Jika masyarakat memahami pentingnya kesehatan mental, maka mereka akan lebih peduli dan memberikan dukungan terhadap penderita gangguan mental. Selain dukungan dari masyarakat, pemerintah juga harus meningkatkan pelayanan, fasilitas, dan menambah tenaga profesional dalam menangani masalah kesehatan mental. Dengan begitu masalah kesehatan mental di Indonesia akan bisa ditangani dengan baik.

2 Likes