Kesah keluh temanku

Bingung, marah, kesal, dongkol mungkin itu sebagian kata yang dapat mendeskripsikan suasana hati mahasiswa baru dimana mereka harus merasakan fase sebelum kuliah yang biasanya disebut dengan ospek. Akan tetapi pada saat ospek saya menemukan teman baru diawali karena senasib sepenanggungan yang sama sama dirasakan ketika menjalani kehidupan baru sebagai adik adik maba di Universitas Kusuma Husada Surakarta. Mereka sudah lebih sekedar sahabat bagiku, mereka adalah keluargaku. Jika dipikir kami adalah nurse boys karena didominasi oleh banyak laki laki pada saat ospek di kampus, kami beranggotakan sebelas orang dari berbagai penjuru mulai dari Wonogiri, Sragen, Klaten dan sebagainya. Bukan karena tanpa alasan selain rasa senasib sepenanggungan selama menuntut ilmu di dunia perkuliahan kami juga tinggal di satu kontrakan.

Jika diingat pada saat ospek waktu itu kami masih sangat awal bertemu masih canggung, masih jaim, bila bertemu hanya bisa senyum senyum saja. Setelah itu mulai berani menyapa, makan bareng, mengerjakan tugas bareng hingga begadang bareng. Ekspektasi tentang dunia kuliah dan dunia rantauan pun berubah karena mereka. Di Awal akan menjadi anak rantau akan merasakan sangat berat untuk jauh dari orang tua dan saudara, apa apa harus sendiri. Tapi ternyata aku menemukan keluarga kedua, pernah suatu saat aku membayangkan akan menjalani tiga tahun kehidupan yang sangat berat dan membosankan akan tetapi ekspektasi salah kehidupanku selama tiga tahun justru menjadi hari hari yang berwarna. Jujur saja aku bukan sosok yang mudah bergaul dengan orang yang notabenenya baru aku kenal tetapi bersama mereka entah mengapa aku merasa berbeda. Tahun tahun pertama kuliah walaupun berat tapi dapat kami lewati, tidak akan ada beban yang terlalu berat jika kita hadapi bersama.

Entahlah aku harus mulai dari mana. Terlalu banyak hal yang telah aku lewati bersama mereka mulai dari tidak kuat untuk menghadapi tugas pada saat ospek ditambah lagi dengan pelatihan pelatihan yang kami harus ikuti sebagai tenaga kesehatan. Aku sempat merasa kalau aku sempat salah jurusan masuk ke Universitas itu sembari menangis aku menghubungi keluargaku via telepon akan tetapi mereka menguatkanku dengan sepenuh hati, “jalani saja pasti lewat kok buktinya kakak tingkat saja bisa kok bertahan sampai tingkat tiga disini bahkan sampai wisuda. Kamu tidak sendirian kan ada kita yang selalu mendoakan, pokoknya prinsip kita mengejar masa depan yang akan diraih. Jangan menganggap kami orang lain akan tetapi kami ini adalah saudara saudaramu”. Itulah kata kata mereka yang aku ingat sampai saat ini. Selain itu pertambahan usiaku yang selama tiga tahun juga selalu aku lewati bersama mereka disaat suka maupun duka. Pernah pada suatu saat ketika kami sedang menyanyi di sore hari tiba tiba ada tetangga kami yang komplain bukan tanpa alasan kami memang yang terlalu terbawa suasana yang asik sampai suara kami membuat terganggu suasana tetangga yang saat itu sedang memiliki anak yang masih duduk di bangku sekolah. Canda, tawa, suka, duka dan keseruan kita mewarnai hari hariku bersama mereka saat itu.

Pada pagi hari selalu saja terjadi kehebohan dan kepanikan. Pada saat kami akan berangkat kuliah kami selalu saling tunggu menunggu dan berangkat bersama mereka. Di Kampus pun kami selalu memilih tempat duduk dan berjejer bersama sama. Dikontrakan, di kampus ketemu mereka lagi, main pun juga selalu sama mereka walaupun tidak selalu lengkap dikarenakan kami juga ada kesibukan dengan tugasnya masing-masing, tapi meski begitu aku tidak pernah merasa bosan bersama mereka. Hari hari yang begitu indah bersama mereka hingga pada akhirnya tujuan awal kami kuliah pun sudah didepan mata. Usaha dan jerih payah kita lalui bersamanya. Senang, bangga, haru, sedih semuanya bercampur menjadi satu, senang karena sudah dapat menyelesaikan kewajiban kami dengan hasil yang cukup memuaskan. Aku ingin menyampaikan hal kepada mereka, maaf dan terima kasih kepada teman teman yang selalu mewarnai pada saat perkuliahan.