Kepolosan Anak Kecil yang Bisa Berujung Fatal

Halo semuanya, perkenalkan nama aku Hafizha Fatma Jati. Suatu hari di tahun 2010 aku masih berusia empat tahun. Saat itu, aku merasa sangat senang karena ayah akan pulang ke rumah setelah beberapa hari menemui nenek yang berada di Kabupaten Banyumas. Dulu aku jarang bertemu dengan ayah. Karena ayah harus bekerja di luar kota sehingga aku hanya bertemu saat akhir pekan. Tak jarang juga ia tidak pulang ke rumah karena urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Maka dari itu, ketika ayah pergi ke rumah nenek saat akhir pekan aku merasa sangat sedih.

Saat itu, ayah pulang ke rumah menggunakan transportasi umum. Ia biasa menaiki bus karena tidak ada tranportasi umum yang lainnya. Bus yang ia naiki akan berhenti di pinggir jalan masuk menuju desa yang kutinggali, yaitu Desa Kalisalak. Perjalanan yang ditempuh dari Kabupaten Banyumas sampai Kabupaten Magelang menghabiskan waktu kurang lebih empat jam. Oleh karena itu, ayah akan sampai di rumah saat sore hari.

Sore hari sudah tiba dan aku sangat bersemangat untuk menjemput ayah. Maka dari itu, aku ikut menjemput ayah bersama ibu dengan mengendarai motor satu - satunya yang ada di rumah. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju tempat penjemputan ayah sekitar tujuh menit. Karena kami harus melewati hamparan sawah yang ada di sisi kanan dan kiri jalan desa. Ketika sampai di tempat penjemputan ternyata ayah belum tiba di sana. Aku dan ibuku menunggu di pinggir jalan, tempat di mana tukang ojek biasa menunggu penumpangnya dan juga terdapat seorang penjual es buah.

Sambil menunggu ayah tiba, ibuku mengobrol bersama tukang ojek dan penjual es buah. Sedangkan aku duduk dengan tenang sambil mengamati kondisi jalan raya yang banyak kendaraan berlalu - lalang. Sudah cukup lama aku menunggu ayah. Namun, ia tak kunjung sampai. Aku sangat merasa bosan saat menunggunya. Bahkan aku merasa pusing karena terus - terusan melihat kendaraan yang berlalu - lalang. Di sana juga tidak ada mainan yang bisa dimainkan. Selain itu, tidak ada juga anak kecil yang seumuran denganku.

Aku bertanya - tanya kepada diriku sendiri mengapa ayah belum juga tiba sampai saat ini. Melihat aku yang terlihat kebingungan, ibuku menjelaskan sesuatu. Ibu mengatakan bahwa ayah mungkin saja terjebak macet karena jalanan sedang ramai. Banyak orang yang berlibur dan bepergian karena akhir pekan. Oleh karena itu, perjalanan ayah lebih lama dari biasanya. Dengan penjelasan dari ibu, aku mengerti mengapa ayah begitu lama.

Selama menunggu, sebenarnya ada beberapa bus yang berhenti di seberang jalan. Namun, penumpang yang turun bukanlah ayah. Kali ini ada satu bus besar dengan dua pintu yang berhenti di seberang jalan. Banyak penumpang yang turun dari sana dan ada satu penumpang yang sangat kukenali, yaitu ayah. Aku bersorak senang ketika ayah sudah ada di depan mata. Tanganku melambai – lambai kepada ayah agar segera menyeberang tetapi ia tidak melihatnya.

Aku yang sangat ingin memeluk ayah, tanpa sadar tiba – tiba lari ke seberang jalan untuk menjemputnya. Pada saat itu, ibuku panik karena aku berlari sendirian tanpa melihat – lihat kondisi jalan raya. Orang – orang di sekitar yang mengobrol bersama dengan ibuku juga ikut berteriak kepadaku supaya tidak menyeberangi jalan tetapi aku tidak mendengarkan mereka. Kebetulan sekali kondisi jalan raya saat itu mendadak tidak ada kendaraan yang lewat selama beberapa detik sehingga aku bisa selamat sampai seberang jalan.

Saat kembali ke tempat untuk menunggu ayah tadi, aku dimarahi oleh ibu karena menyeberangi jalan raya sendirian. Aku diberi tahu oleh ibuku kalau menyeberang jalan harus sangat hati – hati. Awalnya aku tidak merasa bersalah karena aku belum mengetahui kalau menyeberangi jalan harus melihat kanan dan kiri. Namun, ibu memberi tahu bahwa menyeberangi jalan raya dengan sesuka hati dapat membuat diri sendiri celaka. Kita bisa saja tertabrak atau terserempet oleh kendaraan yang sedang lewat. Akhirnya aku sadar bahwa kejadian tersebut sangat berbahaya dan aku meminta maaf kepada ibuku.

Dari kejadian yang sudah terjadi, aku menjadi belajar kalau kita harus selalu berhati – hati. Selain itu, kita harus mendengarkan perkataan orang lain. Untuk pembelajaran bagi semuanya, tetaplah wapada terhadap anak kecil. Karena, mereka melakukan hal yang spontan tanpa memikirkan hal terburuk yang akan menimpanya. Oleh karena itu, jangan lupa untuk hati – hati dan waspada.

1 Like