Kencan Pertama Saya

“Ya sudah tidak usah dibahas lagi.” pesan dia dengan marah

“Beok saya jemput jam 9 pagi. Jangan lupa berdandan yang cantik ya sayang.”

Begitulah akhir percakapa kita. Mungkin saya telah melakukan kesalahan tapi tidak saya sadari. Dia tiba tiba mematikan panggilan video dan tidak membalas pesan saya. Ketika saya tanya mengapa dia tidak menjawab dan mengirimkan pesan singkat tadi. Sudah saya bujuk tapi tidak ada respon. Ya sudah tidak apa apa. Tapi saya senang karena besok akan bertemu dengan pujaan hati. Meskipun ada sedikit masalah yang membingungkan.

Pagi telah datang, matahari dan burungpun mulai bersiulan membangunkan saya. Saya sengaja tidak tidur setelah sholat subuh agar bisa mempersiapkan diri sebelum kencan pertama dengan dia. Ahhhh senang sekali padahal masih nanti jam 9, tapi kenapa sudah berdebar hati ini. Setelah mandi saya mencoba beberapa baju yang akan dipakai. Tapi saya merasa tidak ada yang cocok dan semua baju telah terpakai. Saya lupa tidak beli baju lagi. Padahal kemarin ada uang lebih dan sedang ada potongan harga besar besaran di Shopee. Menyesal rasanya tidak memanfaatkan kesempatan itu. Akhirnya saya memilih alternatif terbaik, yaitu memakai celana hijau, kemeja hitam dan jilbab hitam. Seperti itulah outfit saya yang paling simple dan nyaman.

Dia: Assalamualaikum bu.

Ibu saya: Waalaikummussalam mas, sini mas masuk dulu. Saya panggilkan nabila.

Dia: Oh iya bu. Terimakasih.

Ibu saya: Kakkk, ini temenmu datang katanya mau pergi kok kamu lama sekali.

Saya: Iya bu sebentar ini sudah mau selesai.

Dia menungguku di ruang tamu dan mengajak ngobrol ibuku. Tawa renyah mengisi seluruh ruangan tamu, rasanya indah sekali melihat mereka berdua mengobrol dengan nyaman sampai sampai tidak menyadari bahwa saya telah selesai merias diri.

“Ayo yang, nanti nanti lagi.” Menatap dia dan berbisik pelan.

Ibu akhirnya menyadari dan menyudahi percapakan lalu menghampiri saya. Saya cium tangan beliau dan pamit untuk pergi.

Di perjalanan kami saling diam dan bingung mau pergi kemana. Karena sebelumnya tidak ada rencana mau pergi kemana. Mengingat kemarin dia marah dengan saya maka saya tidak berani memutuskan. Tapi selama perjalanan dia menggenggam tangan saya sangat erat. Seolah-olah tidak ingin lepas. Setelah berkeliling cukup lama, dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke warung kopi kesukaannya. Dia sangat suka sekali dengan kopi, bahkan dia tau mana tempat ngopi yang memiliki rasanya enak dan tidak enak. Dia memilihkan menu yang cocok untuk saya karena dia tau saya tidak begitu menyukai kopi. Setelah pesanan jadi kami pindah ke lantai dua. Suasananya cukup canggung tapi dia mencoba mencairkan suasana. Mulai dengan percakapan ringan sampai membahas permasalah kemarin malam.

“Sebenarnya kamu sadar tidak apa yang kamu lakukan?” kata dia sedikit lembut namun saya paham dia menahan marahnya.

“Tidak sayang.” saya menjawab dengan jujur dan agak sedikit takut. Akhirnya dia menjelaskan dengan sabar.

“Kamu kemarin bercerita tentang lelaki lain saat telfon bersamaku. Untuk apa kamu bercerita seperti itu. Saya tidak suka kamu membahas orang lain saat bersamaku. Apakah tidak ada topik selain dia?”

“OALAH TERNYATA ITU!” ucap saya dalam hati dan menyadari ternyata dia sedang cemburu. Padahal hanya bercerita kalau saya membalas story instagram teman laki-laki saya dan belum di balas olehnya. Saya kira dia tidak akan semarah ini karena dia jarang sekali marah dan cemburu. Saya pun meminta maaf kepada dia dan tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Dia memaklumi saya lalu menerima permintaan maafku.

“Besok jangan diulangi lagi ya sayang.” ucap dia lembut sambil mengelus puncak kepalaku. Aku bersyukur sekali mengenal dia. Seseorang yang mampu membuat hati beku ini mencair lagi. Merasakan kasih sayang yang tulus.

Tidak terasa 4 jam telah kita lalui. Saling berbagi cerita dan memberi memotivasi. Akhirnya kita meninggalkan ruangan dan pergi ke masjid untuk sholat dhuhur. Setelah sholat kita memutuskan untuk pulang. Dia ada janji dengan temannya untuk menyiapkan sebuah acara yang cukup besar. Sering sekali dia menjadi ketua acara termasuk acara besok. Di tengah perjalanan hujan turun begitu lebat, membuat kita harus meneduh sekitar setengah jam-an. Kita berhenti di suatu bengkel yang sudah tutup. Untuk mengurangi rasa bosan dia mengajakku bercerita. Meskipun pembicaraannya ga nyambung sih, tapi saya suka saat dia mengeluarkan opininya. Saya sadari ternyata paham pola pikirnya berbeda dengan laki laki lain. Sungguh berbeda. Itulah yang membuat saya mulai jatuh cinta padanya.

Hujan berhenti dan kami pun lanjutkan perjalanan pulang.

“Sudah sampai sayang.” ucap dia

“Ah kok cepat sekali.” saya menatap dia dengan nada sedih

“Besok lagi ya. Nanti saya ajak ke tempat yang lebih jauh. Ok?” dia menatapku mencoba membuatku senang. Saya menyetujuinya. Karena saya yakin dia tidak akan bohong. Ternyata saya yang berbohong atas cerita diatas. :relaxed::v:t2:

3 Likes

hadewh hadewh hadewh. iso ae :sweat_smile:

1 Like

ending yang bahagia pak✌🏻

2 Likes

Kalimat terakhirnya bikin :woozy_face:

Jarang banget baca tiap kata cerita fiksi ini. Tapi ini, bagian awal sudah mancing buat dibaca.

Ku jadiin #pilihan ya.

Sekalian label pertama untuk #pacaran sama #fiksi.

Apa ini termasuk cerpen juga. Dan sastra. :thinking:

Bikin baper.

1 Like