Kenangan Lucu dan Berharga di Pondok

Saya masih ingat tahun 2018, saat pertama kali masuk pondok. Perasaan saya campur aduk—penasaran sekaligus sedikit cemas. Begitu menginjakkan kaki di pondok, rasanya seperti masuk ke dunia baru yang penuh aturan. Rutinitasnya sangat ketat, mulai dari bangun pagi lebih awal hingga jadwal belajar yang padat. Minggu-minggu awal sangat menantang. Salah satu kejadian lucu yang tak akan pernah saya lupakan adalah ketika hampir terlambat bangun. Alarm ponsel saya tidak berbunyi, sehingga saya terbangun dengan kaget, langsung berlari ke masjid dengan pakaian berantakan dan sandal yang salah. Teman-teman yang melihat langsung tertawa terbahak-bahak, dan sampai sekarang saya dikenal sebagai “Sandal Kiri Kanan yang Hilang.”

Seiring waktu, saya mulai mengenal banyak teman baru di pondok. Salah satu teman saya, Budi, sangat suka memasak, tetapi hasil masakannya sering kali mengundang tawa. Suatu malam, dia mencoba membuat nasi goreng yang hasilnya justru berwarna pelangi—bukan hanya tampilannya yang aneh, tetapi rasanya juga membingungkan! Suatu hari, kami semua merasa jenuh dengan rutinitas dan memutuskan untuk “kabur” ke sawah di dekat pondok. Dengan sembunyi-sembunyi, kami berlari melewati ladang sambil tertawa. Namun, setelah sampai di sana, kami sadar telah lupa membawa makanan. Akhirnya, kami hanya duduk di tengah sawah, menikmati angin sore sambil berbagi cerita. Momen sederhana itu ternyata menjadi salah satu kenangan paling berharga.

Ketika tiba saatnya untuk meninggalkan pondok, perasaan bangga dan syukur memenuhi hati saya. Semua suka dan duka yang saya alami di sini—dari insiden sandal yang salah, nasi goreng pelangi, hingga momen kabur ke sawah—telah membentuk diri saya menjadi pribadi yang lebih baik. Pondok bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat di mana saya menemukan jati diri dan banyak teman sejiwa. Kenangan-kenangan lucu dan berharga ini akan selalu saya bawa sebagai pelajaran hidup yang tak ternilai.