Kenali Lebih Dalam Makna dan Referensi pada Semantik Leksikal

InShot_20211220_193451308

Hai sobat mijil semuanya. Sebelum memasuki pokok pembahasan tentang makna dan referensi pada semantik leksikal, perlu diketahui bahwa semantik merupakan salah satu bidang ilmu linguistik yang menyelidiki tentang arti atau makna yang terkandung di dalam suatu bahasa.

Dalam semantik sendiri terdiri dari dua pokok bidang keilmuan, salah satunya yaitu semantik leksikal. Semantik leksikal adalah suatu pokok bahasan yang menyangkut tentang sebuah makna leksikal atau biasa disebut sebagai makna yang sebenarnya, makna apa adanya, atau makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita. Selain itu, makna leksikal bisa diartikan sebagai makna yang ada pada suatu leksem meski tanpa konteks apapun. Berkaitan dengan hal tersebut, makna dan referensi sendiri merupakan salah satu kajian pokok dari semantik leksikal yang sangat penting diketahui oleh para pemakai bahasa.

Secara sederhana, makna bisa juga disebut sebagai arti yang terkandung pada sebuah kata ataupun leksem. Pengertian makna sendiri menurut Aminuddin (2008: 53) adalah hubungan antar bahasa dengan sesuatu di luar bahasa yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Dengan demikian, makna dapat diartikan sebagai hubungan antara arti dan kata yang dapat membentuk suatu kebahasaan. Misalnya, kata ular memiliki makna tertentu, yaitu sejenis binatang melata yang tidak berkaki, memiliki tubuh yang agak bulat dan memanjang, kulitnya bersisik, hidup di tanah atau di air, serta ada yang berbisa dan ada yang tidak. Selain makna, terdapat juga referensi yang secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah acuan atau rujukan. Contohnya, kata ular memiliki makna tertentu, tetapi ular sendiri ternyata juga mempunyai referensi, yaitu kemampuan kata ular untuk mengacu pada hewan tertentu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa makna dan referensi sendiri merupakan dua hal yang sangat berkaitan erat, meskipun kedua hal tersebut ternyata adalah berbeda.

Referensi sendiri pada kenyataannya memiliki dua jenis, yaitu referensi ekstralingual dan referensi intralingual. Disebut referensi ekstralingual karena referen tersebut adalah sesuatu yang berada di luar bahasa, misalnya pada “ular yang kamu kejar”. Kemudian, bisa disebut referensi intralingual karena referen tersebut membawa arti perujukan di dalam tuturan. Contohnya pada kalimat, “saya melihat ular di dalam rumah, kemudian saya menangkapnya.” maka sufiks -nya dalam kata menangkapnya tersebut bereferensi pada kata ular . Lalu, referensi intralingual sendiri terdiri dari anaforis dan kataforis. Referensi anaforis adalah referensi yang terdapat pada teks atau kata yang mendahuluinya, seperti -nya dalam contoh di atas merujuk kembali pada kata ular . Lalu, referensi kataforis adalah referensi yang terdapat pada teks atau kata yang mengikutinya, seperti pada kalimat, “Rani membeli sayur di warung, tetapi dia lupa membayarnya.” maka kata dia pada kalimat tersebut merujuk kepada Rani .

Pada kenyataanya, makna dan referensi sendiri memiliki pengertian yang sangat luas. Terutama referensi yang ternyata terdiri dari dua jenis atau bisa juga disebut membawa dua arti yang berbeda. Kemudian, dalam salah satu jenis referensi itu sendiri kenyataanya tidak hanya menyangkut satu jenis saja, tetapi terdapat dua jenis yang juga memiliki pengertian berbeda pula.

Referensi :

Chaer, Abdul. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Verhaar, J.W.M. (2001). Asas-asas Linguistik Umum . Yogyakarta: UGM Press.

Setiawan, A. (2019). Kajian Nama-nama Makanan Kaki Lima Sekitar Kampus di Purwokerto . Skripsi . Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.

2 Likes