Kenal Lebih Dekat Dengan Sintaksis Bahasa Indonesia

Apa itu sintaksis? Sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia pastinya kalian sudah tidak asing lagi jika mendengar kata Sintaksis. Sintaksis diambil dari bahasa Belanda syntaxis atau dalam bahasa Inggrisnya ialah syntax . Berbicara mengenai sintaksis, sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang sekaligus masuk ke dalam komponen tata bahasa. Menurut Chomsky komponen tata bahasa sintaksis dianggap lebih otonom, yang kemudian dijadikan dasar dalam mengkaji pemerolehan bahasa. Menilik pengertian para ahli mengenai sintaksis, Kridalaksana (2001:199) mengungkapkan bahwa sintaksis ialah cabang ilmu linguistik yang mempelajari pengaturan dan hubungan antara kata dan kata, atau antara kata dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antarsatuan yang lebih besar itu di dalam bahasa. Hal ini dapat diartikan bahwa sintaksis ialah cabang ilmu bahasa yang memelajari bagaimana pengaturan dan hubungan kata-kata dalam membentuk frase, klausa, dan kalimat. Ahli lain yakni Ramlan (1981) mendefinisikan sintaksis ialah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Definisi ini menggambarkan bahwa wacana, kalimat, klausa, dan frase merupakan bentuk atau satuan bahasa yang di dalamnya terdapat seluk-beluk yang perlu dikaji. Dengan kata lain, di dalam bentuk atau satuan bahasa itu terdapat unsur dan hubungan antarunsur yang perlu dikaji oleh sintaksis. Arifin (2009:1) menyatakan bahwa sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan. Chaer (2009:3-4) juga mengungkapkan bahwa pembahasan mengenai sintaksis itu pada umumnya dilakukan secara analitis. Maksudnya, satuan bahasa terbesar berupa wacana dan terkecil berupa kata. Dengan kata lain objek terkecil sintaksis berupa kata dan objek terbesarnya berupa wacana.

Pada awal paragraf, penulis sempat menyinggung bahwa kata sintaksis diambil dari bahasa Belanda yakni syntaxis . Hal ini karena pengaruh perkembangan teori sintaksis bahasa Indonesia yang telah ada sejak tradisi Yunani Latin. Yangmana tradisi ini dibawa oleh orang Belanda ke Indonesia. Pengembangan teori sintaksis juga selaras dengan dengan pengembangan tata bahasa yang didasarkan pada bahasa Melayu. Hal ini juga menjadi penanda bahwa sintaksis merupakan bagian dalam komponen tata bahasa. Komponen tata bahasa pada sintaksis di dalamnya terdapat kaidah dasar dan kaidah transformasi. Kaidah dasar terdiri atas kaidah kategori dan leksikon, yang kemudian membentuk struktur dalam. Struktur dalam merupakan input komponen semantik dan juga input penerapan kaidah transformasi. Adapun kaidah transformasi ialah alat untuk memetakan struktur dalam menjadi struktur permukaan atau struktur lahir. Kaidah transformasi juga merupakan input bagi komponen fonologi. Dewasa ini upaya untuk pengembangan teori sintaksis dapat dibuktikan dengan penerbitan buku model penyusunan tata bahasa bahasa Indonesia.

Mengenal lebih jauh dengan sintaksis, sintaksis memiliki struktur yangmana terdiri dari subjek, predikat, objek, dan keterangan. Seperti yang disampaikan oleh Verhaar (1978), fungsi sintaksis terdiri dari unsur SPOK. Namun fungsi sintaksis ini tidak harus berurutan SPOK, karena keempat struktur tersebut tidak harus selalu ada dalam setiap struktur sintaksis. Sintaksis juga memiliki sebuah alat yang digunakan untuk membangun konstruksi sintaksis: frase, klausa, kalimat, dan wacana. Konstruksi sintaksis ialah satuan bahasa yang bermakna yang termasuk ke dalam bidang sintaksis yang minimal terdiri atas dua unsur. Cara untuk membangun konstruksi sintaksis meliputi urutan, bentuk kata, intonasi, dan kata tugas. Sebagai cabang ilmu bahasa, sintaksis mengkaji seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Maka dari itu, objek kajian sintaksis ialah wacana, kalimat, klausa, dan frase dengan segala permasalahannya, baik mengenai hubungan bentuk maupun hubungan makna unsur-unsurnya. Namun apakah kalian sudah mengenal apa itu wacana, kalimat, klausa, dan frase?
Wacana ialah satuan bahasa yang lengkap sehingga masuk ke dalam satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana terbagi menjadi 2 yaitu wacana lisan dan wacana tulisan. Kalimat menurut Chaer (2009:44) merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Kalimat terbagi menjadi 3, yakni a) Kalimat inti dan kalimat non inti; b) Kalimat tunggal dan kalimat majemuk; c) Kalimat mayor dan kalimat minor. Klausa merupakan satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkonstruktif predikatif. Klausa terdiri dari 2 yakni klausa bebas (memiliki unsur lengkap minimal subjek dan predikat) dan klausa terikat (memiliki unsur yang tidak lengkap). Frase adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata yang bersifat non-predikatif atau gabungan kata yang salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat. Frase terdiri dari 4 macam, yakni frase endosentrik, frase eksosentrik, frase apesitif, dan frase koordinatif. Kata merupakan objek terkecil dalam sintaksis. Kata terdiri menjadi dua yakni, kata tugas (tidak memiliki makna) dan kata penuh (memiliki makna).
Lantas, apakah sintaksis juga memiliki hubungan dengan ilmu bahasa lain? Jika kamu menjawab iya, kamu benar. Sintaksis memiliki keterikatan dengan ilmu bahasa lain. Yang pertama ada hubungan sintaksis dengan fonologi terletak pada jeda yang merupakan unsur suprasegmental dalam fonologi juga menjadi batas atau segmentasi frasa, klausa, dan kalimat dalam sintaksis. Segmentasi ini merupakan tahap awal yang harus dilalui sebelum analisis lanjutan. Penempatan jeda yang benar akan membantu penentuan bagian-bagian kalimat. Yang kedua ada hubungan sintaksis dengan morfologi terletak pada seluk beluk kata. Yangmana untuk memahami wacana, kalimat, klausa, frasa, dan kata, kita harus memahami seluk beluk kata yang dikaji melalui morfologi. Kemudian ada hubungan sintaksis dengan semantik terletak pada pemilahan kalimat. Bahwasanya untuk mengetahui apakah suatu kalimat tersebut merupakan kalimat imperatif atau interogatif, kita harus mengetahui semantik atau makna dalam kalimat tersebut. Selanjutnya ada hubungan sintaksis dengan wacana terletak pada unsur mikro dalam analisis wacana. Yangmana sintaksis di sini adalah bagaimana pengamatan terhadap suatu kalimat, koherensi, dan kata ganti dapat ditentukan dengan penguasaan pola-pola klausa dan kalimat, proses penyusunan kalimat khususnya kalimat luas atau majemuk. Yangmana pengetahuan tentang kepaduan kalimat, pengektifan kalimat bisa dipahami dengan melakukan analisis wacana. Hal ini menjadi penanda bahwa sintaksis menjadi landasan dalam analisis wacana.

Lantas apa sih pentingnya mempelajari sintaksis? Sintaksis berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia dalam hal berkomunikasi. Yap, percakapan. Setiap harinya setiap dari kita pasti melakukan hal tersebut. Ketika sedang bercakap-cakap, gagasan yang disampaikan harapannya dapat ditangkap komunikan sesuai dengan maksud sang pengucap. Hal ini juga berlaku untuk komunikasi menggunakan bahasa tulis. Dengan mengenal lebih mendalam mengenai sintaksis, kita diharapkan mampu meminimalisir adanya keambiguitasan makna ketika berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Maka dari itu, yuk belajar sintaksis.

REFERENSI:

BUKU

Parera, J. D. (2007). Morfologi bahasa . Gramedia Pustaka Utama.

Ramlan, M. (2005). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. KARYONO.

Santoso, J. Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis.

Wahyuni, T. (2020). SINTAKSIS BAHASA INDONESIA Pendekatan Kontekstual . Penerbit Lakeisha.

JURNAL

Ulfa, M. (2017). Pemerolehan Fonologi, Morfologi, dan Sitntaksis Anak Usia 2, 5-3 Tahun. JOURNAL PROCEEDING , 1 (1).

3 Likes