Pada tahun 2018 silam, aku ingat betul saat aku berada di kelas 7 SMP. Kegiatan berkemah yang diadakan oleh sekolah menjadi salah satu momen paling berkesan dalam hidupku. Ini bukan pertama kalinya aku berkemah, di bangku sekolah dasar aku sering mengikuti acara perkemhan, tetapi kali ini lebih menarik lagi, aku juga akan tinggal di pondok pesantren. Rasa cemas campur aduk dalam diriku.
Persiapanku dimulai jauh-jauh hari. Aku membuat daftar barang yang harus dibawa. Kakak membantuku memastikan semua barang dalam keadaan baik. Saat mengemas perlengkapan, aku membayangkan petualangan seru. Bayangan api unggun dan keseruan bersama teman-teman membuatku semakin bersemangat.
Hari keberangkatan tiba. Kami berkumpul di halaman sekolah. Aku dan teman-temanku tampak antusias, semuanya berbagi cerita tentang rencana petualangan kami. Dengan truk yang membawa kami menuju lokasi berkemah, tepatnya di Baturaden Banyumas, perjalanan terasa menyenangkan. Kami menyanyikan berbagai lagu di dalam truk.
Setelah beberapa jam perjalanan, kami akhirnya tiba di lokasi. Pemandangan yang menyambut kami sungguh menakjubkan, hutan lebat dengan banyak pohon yang mengelilingi. Udara segar dan aroma alam menyentuh setiap indra. Dalam hati, “wah senang sekali berada dialam bebas seperti ini”. Kami segera mendirikan tenda. Meskipun ini pengalaman pertamaku, aku berusaha membantu sebaik mungkin. Teman-temanku juga sangat antusias, dan kami saling berbagi tugas.
Hari pertama berkemah sangat asik dengan cuaca yang cerah, suasana hutan yang sejuk dan pohon pohon rindang yang mengelilingi. Hari kedua berkemah tiba tiba langit mendung. Awalnya, aku dan teman-teman masih ceria dan bermain berkeliling kesana kemari melihat tenda-tenda kelompok lain. Kami masih memasak sarapan di pagi hari, kami juga masih menikmati sarapan bersama, melakukan senam pagi dan kegiatan berkemah lainnya. Menjelang siang, awan semakin mendung dan udara semakin dingin. Tak lama kemudian hujan turun deras, dan ini pertama kalinya aku merasakan hujan besar di alam bebas.
Awalnya, aku dan teman-teman merasa senang, suara gemericik hujan dan air yang membasahi tanah menambah sensasi baru. Namun hujan tak kunjung reda, malah semakin lebat. Angin yang kencang menggoyangkan tenda dan pohon sekitar kami, aku cemas takut pohon disekitar roboh. Perlahan air pun masuk ke tenda kami meskipun kami telah berusaha menutupi dengan sebaik mungkin, air tetap masuk kedalam tenda dan membanjiri tenda kami. Aku dan teman-temanku panik dan langsung menyelamatkan barang bawaan kami agar tidak basah semua, karena kami sedang kemah bersama kami berusaha untuk tidak egois dengan tidak menyelamatkan barang-barang kami sendiri, tetapi apapun yang bisa kami bawa, kami bawa semuanya entah itu barang milik sendiri maupun orang lain. Banyak pakaianku yang tidak terselamatkan. Pengalaman ini membuatku sadar bahwa hidup di alam bebas saat suasana tidak baik begini sangatlah sulit. Walaupun begitu, aku dan teman-temanku berusaha tenang dan tidak panik, kami mencari solusi dan juga menunggu arahan dari panitia. Panitia berkemah memutuskan untuk memindahkan kami ke pendopo, sebuah bangunan beratap luas dan bertiang tapi tidak memiliki dinding. Kami berlarian dari tenda ke pendopo dengan membawa barang-barang yang telah basah, setidaknya kami amankan agar bisa dibawa pulang. Hari semakin gelap dan hujan tidak kunjung reda, kami memutuskan untuk tidur di pendopo, panitia menyiapkan beberapa tikar agar kami bisa tidur dengan lebih nyaman, panitia juga mengikatkan tali dari ujung tiang ke tiang lain yang digunakan untuk menjemur baju basah kami.
Hari ketiga berkemah, tiba dengan suasana yang lebih lega, walau kami merasa lelah karena membereskan barang akibat hujan deras sebelumnya. Langit hari itu mulai cerah, beberapa dari kami mulai mengeringkan pakaian dan barang bawaan yang basah. Kami mulai bersemangat lagi, mengingat nanti malam adalah acara puncak api unggun dan penampilan kelompok yang sudah disiapkan jauh jauh hari.
Sore hari, kami membantu menyiapkan api unggun. Rasa kebersamaan begitu terasa setelah melewati rintangan kemarin. Saat malam tiba, api unggun dinyalakan, menghangatkan suasana dingin di Baturaden ini. Kami duduk melingkar sambil melemparkan berbagai candaan agar suasana semakin menyenangkan. Setelah itu, tibalah saat penampilan kelompok, ada yang menari, bernyanyi, drama dan masih banyak lagi. Malam itu ditutup dengan nyanyian bersama dibawah sinar rembulan dan api unggun yang terus menyala, menciptakan kenangan mengesankan yang akan selalu ada dalam ingatan.
Berkemah kali ini selesai, kami pulang ke sekolah dengan selamat, meski banyak sekali rintangan, aku belajar tetang pentingnya kerjasama dan ketangguhan dalam menghadapi situasi tak terduga. Satu hal yang menjadi pembelajaran, jika mengadakan acara, perencanaan yang matang sangatlah penting terutama terkait cuaca, agar hal ini tidak terjadi kembali, perkemahan bisa berjalan lebih lancar dan peserta bisa berkemah tanpa hambatan besar.