Keinginan dan realita berjalan tak beriringan

Hai semua, aku adalah salah seorang mahasiswa di perguruan tinggi negeri. Di sini aku akan berbagi perjalanan ku menjadi seorang mahasiwa yang sampai saat ini belum berakhir.“Everything happens for a reason”. Itulah sebuah kalimat yang bisa membuat aku sebagai manusia untuk “ikhlas”. Aku yang sedang berproses sering mengalami bahwa apa yang menjadi keinginan kita belum tentu bisa sejalan dengan kenyataan (realita) yang diterima. Kondisi seperti itulah yang membuat aku belajar nyaman dengan ketidak nyamanan, karena menurutku titik nyaman itu ada ketika itu menjadi sebuah keinginanun.

Di atas merupakan sebuah paragraf yang menjadi pengantar perkenalan kita. Semua proses perjalanan dimulai ketika aku menjadi siswa tingkat akhir salah satu SMA Negeri di kabupaten aku tinggal. Di masa itu banyak keinginan keinginan yang sudah diangankan ketika aku menjadi seorang mahasiswa dan sedang kuperjuangkan pula untuk mewujudkan. Keinginan itu satu hal yang wajar yang mungkin pasti dialami oleh semua orang di fase tersebut. Ambisi siswi SMA untuk bisa melanjutkan jenjang pendidikannya di tempat terbaik sesuai keinginan. Akupun mengalami itu ,di mana aku bisa melanjutkan di tempat terbaik yang sebenarnya tetapi bukan tempat yang seharusnya kubutuhkan.

Mencoba menjalani apa yang menjadi keinginan tanpa mepertimbangkan kebutuhan yang seharusnya menjadi zona nyaman tetapi malah sebaliknya ketidaknyamanan-lah yang didapatkan. Ternyata keinginan yang kita jalani adalah sebuah tuntutan dan ekspektasi orang lain terhadap kita yang secara tidak langsung kita mencoba menjalaninya. Yang kualami adalah dimana aku bisa merasakan berada di kampus yang menjadi impian ku dan impian banyak orang juga sepertinya. Aku bisa merasa bangga tapi aku tidak bisa merasakan kalau kampus itu menjadi pilihan yang kubutuhkan, aku hanya terbuai dengan rasa gengsi yang tinggi ketika aku bisa berada disitu. Maklum ambisi besar ketika masa SMA, setelah menjalani dua semester kuliah di kampus “impian” aku menyadari bahwa untuk aku bisa mencapai tujuan hidupku bukan dengan nama besar kampus ku, tetapi bagaimana aku bisa menjalani yang menjadi kebutuhan realita ku.

Disinilah makna bahwa keinginan dan realita yang tidak berjalan beriringan, serta bagaimana kita bisa belajar nyaman dengan ketidak nyamanan. Semua itu terjadi dan harus dilakukan karena memang ada target yang akan dicapai di masa depan. Terlepas dari cerita perjalanan dan pelajaran hidup di atas, aku saat ini sedang menjalani proses mahasiswaku di kampus ke 2. Tapi disini aku memiliki permasalahn yang berbeda ketika aku menjalani di kampus 1. Walaupun saat ini aku merasa apa yang kujalani sudah sesuai dengan kebutuhanku, dan setelah kuingat kembali ternyata jurusanku kali ini pernah menjadi impian kecil ku ha…ha…ha. Dan yang menjadi kedalaku saat ini adalah kehidupan mahasiswaku tidak berjalan seperti semestinya, ya memang karena adanya pandemic sih. Akupun merasa belum maksimal dalam aku berproses kali ini. Interaksi social pertemanan ku pun belum terjalin dengan baik, hal itu kadang yang buat aku jadi malas ngejalani kuliah ini. Tapi aku tetap mencoba menjalani dan melangkah dengan yakin dan optimis kok, karena memang ada target yang akan dicapai. Satu quote yang selalu kupegang “ If you want to give up, how long you struggle with it. It’s so long and hard. You don’t know future, maybe it’s the last step before you success. If you’re tired, take a rest but never stop”. TIRED, BUT HAVE GOALS