Kehidupan Ayah yang Tak terduga

Ayahku yang bernama Koko dulu adalah seorang sebatang kara.Lahir dari keluarga yang ekonomi yang buruk dan hidup sederhana. Ayah anak ke 3 dari 4 saudara dan selalu paling di banding bandingkan di keluarganya. Ayahku tidak terlalu pintar tetapi sangat disiplin sama waktu semasa SD ayahku mengikuti lomba atlentik kecamatan dan ayahku coba coba terus menang. Dengan awal prestasi ayah mendapatkan mendali emas karena juara 1. Dari kecil ayahku sudah mulai ikut kerja bersama orang tuanya yaitu jualan di pasar dan selalu membantu tanpa mengeluh dan semangat karena menyambung hidup keluarganya. Setelah lulus sd ayahku melanjutkan ke SMP yang tidak terlalu favorit dan menjalnkqn aktifitas seperi bisanya, ayahku suka dengan atlentik olahraga pada suatu hari ada lah lomba atlentik lari spin dan lompat jauh, ayahku di ajukan sama guru untuk mengikuti lomba tersebut dan akhirnya ayahku mau mau aja mengikuti.

Setelah melalukan lomba kabupaten ayahku mendapatkan juara 1 tolak peluru dan juara 2 lari sprin ayahku bangga dengan menangnya itu. Ayahku Juga berprestasi di bidang akademik Dan selalu menang dalam lomba Olimpiade Akademi contohnya yaitu lomba matematika, Setelah itu ayah aku juga mengikuti lomba internasional yaitu lomba Atletik yang diselenggarakan oleh pemerintah nasional dan ayah saya memenangkan lomba tersebut dengan meraih juara dua lari jauh dan tolak peluru.

Ayahku setelah lulus SMP Lanjut menempuh SMA di SMA satu Muntilan. Ayahku berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki dari rumah ke sekolah dengan jarak 3 km namun ayah aku tidak pernah mengeluh dengan itu, Ayahku dulu pendiam saat SMA namun ada adik kelas yang yang benci sama ayahku dan mengajaknya bertarung ayah saya tidak takut terus ayah saya menerima tantangan tersebut dan akhirnya ayah saya menang menarung adik kelas itu dari dari kejadian itu ayah saya menjadi terkenal di sekolahanya.

Ayah saya mempunyai bakat Atlantik dan dilombakan secara internasional juga dan memenangkan juara harapan dan juara satu untuk Atlantik tingkat nasional, namun saat SMA ayah saya kurang aktif dalam pembelajaran di sekolah dan jarang juga untuk memasuki sekolah karena untuk mengikuti lomba tersebut. Setelah tiga tahun kemudian ayah saya lulus dari SMA dan menjadi pengangguran.

Setelah melihat kondisi keluarganya yang masih kurang ayah saya mencoba untuk bekerja dengan apa adanya. Awalnya ayah saya bekerja di temannya untuk menyiapkan kaos yang tiap minggunya hanya upah 3000. Setelah dipikir pikir penghasilan tersebut tidak dapat memenuhi keluarganya namun ayah saya mencari kerja lagi menjadi tukang sampah keliling, ayah saya tidak malu dengan pekerjaan itu yang penting bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Ayah saya keliling dari desa ke desa untuk mencari sampah dan ayah saya melakukan pekerjaan itu banyak sekali teman temannya yang mengejek ayah saya Karena melakukan pekerjaan mencari sampah.

Ayah saya tidak pantang menyerah dan ayah saya akan membuktikan kepada semua orang yang mengecek ayah saya ketika bekerja menjadi tukang sampah. setelah 6 bulan ayah saya bekerja sampah,akhirnya ayah saya mencari Kerja lagi dan ayah saya cari ke mana cari ke si tidak menemukan pekerjaan. Ayah saya selalu berdoa kepada Allah agar dapat digunakan untuk mencari kerja dan tidak lama kemudian ayah saya mendapatkan info dari temannya ada Lawangan menjadi satpam Ayah saya langsung melamar pekerjaan di satpam bank tersebut, Setelah menunggu tiga hari ayah saya mendapatkan panggilan untuk bekerja di bank menjadi satpam. ayah saya mendengar hal itu langsung senang dan mengucapkan syukur dan ayah saya selalu disiplin terhadap pekerjaan saptamt tersebut, Tapi tidak berjalan mulus saat bekerja satpam banyak yang teman teman. Pada ayah saya dan tetap ada yang mengecek ayah saya untuk menjadi satpam tersebut namun ayah saya tidak peduli dengan omongan itu dan tetap melakukan pekerjaan dan akan membuktikan kalo bapak saya bisa lebih dari ini.

Ayah saya selalu disiplin terhadap waktu dan selalu tanggung jawab akan kerjanya dan Ayah saya banyak disukai oleh rekan rekan kerja bank,namun Ayah saya tetap konsisten dalam mengerjakan tanggungannya. Setelah enam tahun menjadi satpam ayah Saya mengikuti tes masuk ke karyawan bank yang pekerjaan oleh ayah saya namun saingan masuk pekerjaan di bank tersebut Sangat sulit karena banyak lulusan sarjana yang melamar di situ namun ayah saya tetap Berani dan yakin untuk bisa lolos ke tes tersebut. Tes tersebut yaitu yang pertama teh psikolog ayah saya tidak ada pengalaman kuliah tapi ayah sayamodal nekat Dan tetap berdoa kepada Allah dan meminta bantuan kepada Allah agar bisa membuktikan kepada orang lain kalau ayah saya bisa.

Setelah melakukan tes dengan Musi zat Allah dan modal nekat ayah saya ayah saya keterima di kantor bank tersebut menjadi teler Dan ayah saya mendengar hal tersebut langsung mengucap syukur dan doa kepada Allah dan berterima kasih karena ayah saya lulusan SMA dan bersaing dengan sarjana sarjana Lulusan universitas terbaik. Dan ayah saya menjadi teler 15 tahun lebih, Semua orang yang mengajak ayah saya tercengang melihat ayah saya menjadi Teller bank tanpa lulusan sarjana. Ayah saya juga bersyukur karena dengan tekad dan yakin terhadap Allah dengan dimudahkan nya dan akhirnya ayah saya bisa membuktikan kepada semua orang.

Dari kisah ayah tersebut kita bisa mengambil kesimpulan yaitu kita harus percaya diri dan berusaha bertawakal dan jangan mendengarkan omongan orang lain dan tetap terus disiplin dan membuktikan kepada orang lain kalau kita bisa.