Kegagalan Bukan Akhir Perjalanan

Namaku Harda Johan Prasetyo, teman-teman biasa memanggilku Harda. Ini adalah sepenggal kisah perjalanan hidupku. Berawal dari tiga tahun yang lalu, aku menjadi bagian dari SMA Unggulan CT Arsa Foundation Sukoharjo. Bapak Chairul Tanjung dan Ibu Anita Ratnasari atau yang sering aku panggil Ayahanda dan Ibunda. Beliau tidak mengenalku, bahkan keluargaku. Namun, Beliau mendirikan sekolah ini untuk memberikan kesempatan anak-anak kurang mampu sepertiku. Aku mendapat pelajaran yang luar biasa indahnya di sini, dari keberagaman hingga sikap etika untuk menjadi teladan dan disinilah mimpiku dimulai.

Bapak Ibu guru serta wali asrama membimbingku dan membantuku, melangkah serta menetapkan tujuanku. Tak kenal lelah, mereka selalu terbuka setiap waktu. Walaupun kita baru angkatan kesatu dan berlabel sekolah baru, bapak ibu guru mengusahakan yang terbaik untukku. Mereka berjuang mengusahakan sekolahku yang masih baru terakreditasi A, agar tidak mengganggu jalan ke depanku katanya. Terbukti kerja keras beliau berbuah hasil yang manis. Aku belajar banyak hal, tak hanya tentang sains semata. Di sini aku mendapat pelajaran seperti manajemen waktu, indahnya kebersamaan, indahnya berbagi dan etika serta ilmu agama yang lebih mendalam.

Maret 2020 ketika kasus Covid-19 pertama di temukan di Indonesia, aku dan teman-teman untuk pertama kalinya menjaga jarak dengan bapak ibu guru karena kebijakan yang ada. Aku sempat merasa terisolasi dari lingkungan luar, karena adanya jarak dan tak ada pesiar untuk keluar. Hal itu membuat homesick semakin terasa, namun banyaknya penyemangat baik dari teman-teman dan program pembelajaran bapak ibu guru yang semakin berinovasi menjadikan itu tak terasa.

21 April 2020 aku dan teman-teman dipulangkan dari asrama ke rumah masing-masing. Entah kabar baik atau buruk karena di satu sisi aku dekat dengan keluarga, namun harus berpisah dengan teman-teman dan bapak ibu guru. Setelah di rumah ternyata bapak ibu guru telah menyiapkan berbagai program pembelajaran dan program menuju kampus impian. dan Ilmu Komunikasi UGM lah kampus impianku.

Salah satu programnya adalah Try Out Internal yang diadakan setiap sabtu minggu ke tiga dan Semua siswa diwajibkan untuk mengerjakan kelompok saintek maupun soshum. Selain itu, ada tes minat bakat dari sekolah yang bekerjasama dengan UNS. Aku tak menyangka saat hasil tes tersebut keluar dan peminatan ku ke saintek, padahal aku menginginkan masuk ke soshum. Di sini aku bimbang untuk memutuskan, setelah berkonsultasi ke orang tua, pembimbing asuh dan bapak ibu guru aku memutuskan untuk tetap dengan keputusan awal ku. Aku menyampaikan keputusanku itu, ketika salah seorang guruku menelphone dan bertanya tentang keputusanku.

Waktu pembagian kelas bimbingan SBMPTN pun tiba, dimana aku masuk ke kelas Soshum. Di sekolahku hanya terdapat satu kelas bimbingan soshum dan 6 kelas bimbingan saintek untuk persiapan tes perguruan tinggi. Di sini aku sangat bersyukur, berbeda dari sekolah lain yang kurang peduli dengan sekolah lanjutan muridnya, sekolahku berusaha meluluskan semua muridnya ke perguruan tinggi.

Bimbingan ini sudah dimulai sebelum penentuan siswa yang lolos kuota SNMPTN. Apabila ada siswa dari kelas bimbingan soshum yang masuk dalam kuota tersebut, mereka harus mengikhlaskannya untuk yang lain. Materi demi materi guruku berikan setiap hari dan hal ini semakin membuatku bersemangat untuk menggapai mimpi. Tak hanya itu, informasi beasiswa sampai detai perguruan tinggi, guruku dan temanku saling memberi tahu hingga hari H SBMPTN. Aku mendapat ucapan semangat dari banyak orang dan hal ini membuatku tak takut kesulitan dalam mengerjakan karena aku yakin tuhan pasti memberi jalan.

Sembari menunggu pengumuman aku membuat plan ke depan jikalau kemungkinan buruk itu datang. Dari plan A hingga tak terkira aku sudah siapkan dan konsultasikan ke guru pembimbingku. Pengumuman SBMPTN pun datang, aku sudah pasrah dengan hasil yang ada. Ya, aku gagal di sini. Anehnya aku tidak merasa sedih justru tambah bersemangat. Teman-teman seperjuangan ku sudah banyak yang lolos ke perguruan tinggi impiannya dan ini menjadi pemacu diriku. Aku mendapat banyak dukungan di sini.

Beberapa hari berlalu, kata temanku nilai SBMPTN sudah keluar, aku pesimis dengan hal ini. Namun, saat kulihat nilai dan ku unduh sertifikat ku ternyata nilai ku tidak begitu buruk. Aku menghitung rata-rata ku saat itu dan yang keluar angka 627 lebih, aku bersyukur setidaknya nilai ku tidak begitu buruk dan mungkin tuhan memberiku isyarat kalau UGM bukan jalan yang terbaik untukku.

Bermodalkan nilai itu dan karena aku malas untuk ikut tes SM Perguruan Tinggi, aku mencari tahu mana SM yang menggunakan nilai tersebut. Ternyata UNPAD, UI, ITB, dan UNS menggunakan nilai itu dalam salah satu seleksi mandirinya. Bermodalkan tekat aku mencoba semuanya. ITB yang mengumumkan kelulusan terlebih dahulu dan benar sesuai dugaan ku aku tidak lolos karena SM ITB menggunakan nilai rapor dan UTBK, di mana nilai raporku MIPA dan UTBK ku Soshum.

Pengumuman kedua yaitu UI dan aku gagal lagi. Kedua pengumuman sudah ku lewati mungkin memang belum rezeki dan aku sempat berpikir kalau mungkin jalanku untuk berkuliah tertunda sampai satu tahun lagi. Namun kata temanku masih ada asa di UNS dan Unpad karena nilai ku tidak terlalu buruk katanya.

Di UNS aku memilih prodi Ilmu Administrasi Negara dan Sosiologi, hal ini aku dasarkan pada nilai UTBKku dan prospek kerja setelah lulus kuliah nanti. Sedangkan di unpad aku memilih Ekonomi Pembangunan dan Ilmu Sejarah. Boom dan benar kata temanku, alhamdulillah aku diterima di UNS prodi Ilmu Administrasi Negara dan di Unpad Ekonomi Pembangunan. Aku sempat bimbang menentukan pilihan, namun setelah berkomunikasi dengan orang tua dan pembimbing asuh mempertimbangkan keuangan, jarak dan lokasi akhirnya aku memutuskan untuk memilih UNS.

Aku percaya dengan jalan yang aku pilih karena mendapat restu orang tua, insya allah ini adalah jalan yang terbaik untukku . Terimakasih untuk UNS dan Unpad yang telah menerimaku.

1 Like