Kebiasaan Bukan Hal Remeh Temeh! [Sebuah Review Buku]

“Kenapa sih rasanya susah banget buat ngubah kebiasaan?”

Pertanyaan tersebut mungkin pernah tebersit di benak kita ketika kita lagi-lagi mengulangi kebiasaan yang ingin kita ubah atau ingin kita hilangkan dari hidup kita. Misalnya, kemarin kita berjanji kepada diri kita sendiri supaya tidak menunda-nunda pekerjaan pada hari esok. Namun, hari ini kita merasa penat sekali sehingga menunda pekerjaan sebentar saja tak akan mengapa. Pada titik tersebut, mungkin kita merasa senang karena bisa terbebas sejenak dari pekerjaan. Akan tetapi, sesaat kemudian akan timbul rasa bersalah dan menyesal karena telah mengingkari janji kepada diri sendiri.

Apa yang harus dilakukan jika hal semacam itu terus terjadi?

Baiklah, mungkin sebaiknya kalian mencoba membaca buku The Power of Habit. Buku nonfiksi ini akan menjawab berbagai pertanyaan kalian mengenai kebiasaan, mulai dari bagaimana sebuah kebiasaan itu terbentuk, hingga bagaimana meninggalkan kebiasaan buruk dan tetap melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Buku ini menawarkan langkah-langkah dalam mengidentifikasi siklus kebiasaan kita, cara membedakan kebiasaan baik dengan kebiasaan destruktif, serta tentunya cara untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik. Dengan demikian, buku ini mengajak kita supaya menjadi lebih produktif dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang bermanfaat.

Buku dengan genre self-improvement ini ditulis oleh seorang reporter The New York Times berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah terkait kebiasaan. Meskipun demikian, buku ini hanya mencatatkan beberapa hasil penelitian untuk dinarasikan menjadi kisah-kisah yang menarik, menginspirasi, serta mudah dipahami.

Buku The Power of Habit terbagi menjadi tiga bagian. Pada masing-masing bagian terdiri atas beberapa bab. Bagian pertama menceritakan tentang kebiasaan dari individu, sedangkan bagian kedua membahas tentang kebiasaan dari organisasi atau perusahaan yang ternama akan kesuksesannya. Yang terakhir, bagian ketiga membahas tentang kebiasaan dari masyarakat.

Pada intinya, buku ini menekankan bahwa kebiasaan merupakan suatu hal yang harus kita beri perhatian lebih dalam hidup. Sebab, sebagaimana yang tertulis di dalam buku ini, lebih dari 40% dari aktivitas kita setiap hari adalah kebiasaan. Jadi aktivitas apa pun yang kita lakukan sehari-hari (seremeh membuka tutup botol minuman sebelum meneguk cairan di dalamnya) bukanlah hal yang semata-mata terjadi secara spontan. Oleh karena itu, jika aktivitas sehari-hari kita diisi oleh kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik dan kurang bermanfaat, maka hal tersebut akan berdampak terhadap produktivitas, bahkan mungkin kesuksesan kita di masa depan.

Awalnya saya merasa sedikit bosan ketika mulai membaca buku ini. Namun, setelah beberapa bab, saya mulai tertarik dengan ide The Habit Loop atau Lingkaran Kebiasaan yang ditulis pada buku ini. Selama membaca, saya merasa amat terbantu dalam memahami maksud penulis dari ilustrasi-ilustrasi yang terdapat di dalam buku.

Usai membaca buku ini, saya merasa seperti ‘mendapatkan pencerahan’ tentang seluk beluk kebiasaan. Saya juga menjadi termotivasi untuk mengidentifikasi kebiasaan-kebiasaan diri sendiri supaya saya dapat mempertahankan kebiasaan yang baik dan meninggalkan kebiasaan yang buruk.

Saya sangat merekomendasikan buku ini bagi siapa saja yang sedang berusaha mengubah kebiasaannya. Selain itu, saya juga menyarankan buku ini bagi orang-orang yang tertarik untuk mempelajari habit atau kebiasaan. Buku ini dapat kalian temui dengan mudah di atas rak Self-Improvement di toko buku, baik versi terjemahan Bahasa Indonesia maupun versi asli Bahasa Inggris seperti yang saya punya.

  • Judul: The Power of Habit: Why We Do What We Do in Life and Business

  • Penulis: Charles Duhigg

  • Penerbit: Random House

  • Tahun terbit: 2012

  • Tebal: 375 halaman

  • Bahasa: Inggris

  • ISBN: 978-0-8129-8160-5

2 Likes