Pengujung tahun 2020 memberikan kenangan yang membekas hingga sekarang, pertama kalinya aku beserta lima orang sahabatku, Dila, Putri, Syahrul, Nova dan Agung menghabiskan waktu akhir pekan untuk kamping di sebuah bukit paralayang yang berada di Desa Segorogunung. Aku beserta lima sahabatku berangkat menuju lokasi kamping sekitar pukul 3 sore, kami melakukan perjalanan dengan mengendarai sepeda motor sembari menikmati indahnya hamparan sawah di sepanjang perjalanan. Setelah 15 menit kami melakukan perjalanan tibalah kami di lokasi, ternyata banyak sekali orang yang berdatangan untuk kamping atau sekedar menikmati segelas kopi sambil melihat matahari terbenam. Aku beserta lima sahabatku bergegas membawa perlengkapan yang kami bawa ke tempat pendirian tenda. Kami saling membantu untuk mendirikan dua tenda.
“ Alhamdulillah sudah selesai.” Ucap Dila yang senang karena tenda kami sudah terpasang
“Ini semua berkat aku, kalau bukan aku yang mengarahkan pasti jam segini belum jadi.” Jawab Syahrul
“Hufttt… kamu hanya enak-enak saja memerintah kita, sedang kamu sendiri tidak melakukan apa-apa”
“Apa kamu tadi tidak melihat siapa yang membantu agung memasang pasak?”
“Sudah teman-teman jangan beribut, yang terpenting tenda kita sudah terpasang.” Balasku untuk melerai perdebatan Dila dan Syahrul
“Haha iyaa, Fin, kita istirahat dulu yuk setelah itu kita salat magrib.” Jawab Dila.
Setelah percakapan tersebut, aku dan yang lain beristirahat sejenak sambil menunggu azan magrib. Aku, Dila dan Putri istirahat di satu tenda, sedangkan Agung, Nova dan Syahrul di tenda satunya. Tak terasa setelah beristirahat kurang lebih 30 menit, aku dan yang lain berwudu untuk melaksanakan salat magrib, karena di lokasi kamping belum memiliki fasilitas tempat ibadah, terpaksa aku salat di depan tenda yang sudah kami gelar tikar. Setelah salat salah satu temanku mengeluh kelaparan.
“Duhh mulai lapar nihh.” Keluh Putri
“Dingin-dingin gini makan yang anget-anget mantapp guys.”
“Bikin mie saja yukk, aku bawa 6 bungkus, pas untuk kita berenam.”
“Setujuuu guys, aku sudah bawa panci dan kompor kayaknya sih tadi masih di dalam tenda, tolong ambilin dong, Rull.”
“Okayy, Fin.”
Akhirnya kami memutuskan memasak mi instan untuk menganjal perut kami yang mulai kelaparan. Wahh rasanya sangat nikmat menyantap semangkuk mi panas sembari melihat pemandangan malam hari dari atas bukit. Untuk pertama kalinya aku merasa sangat dekat dengan kelima sahabatku, momen malam itu kami manfaatkan untuk saling bertukar cerita serta mengenang suka duka persahabatan kami.