Kalimat Bukan Konstruksi Bangunan Melainkan Konstruksi Sintaksis

Kalimat Bukan Konstruksi Bangunan Melainkan Konstruksi Sintaksis

Halo, Sobat Mijil! Ketemu lagi nih sama aku, kali ini kita akan membahas tentang salah satu objek kajian sintaksis lohh… Apaan tuh? Yuk, simak baik-baik yaa! :wink:

Sintaksis sebagai salah satu bagian dari ilmu bahasa, yakni membahas seputar hubungan antarkata dengan satuan-satuan yang lebih besar dalam suatu konstruksi yang disebut kalimat. Hal ini merupakan hakikat sintaksis yang mana menjadi inspirasi saya dalam memilih judul Kalimat Bukan Konstruksi Bangunan Melainkan Konstruksi Sintaksis ”. Pemilihan judul artikel ini tentunya menimbulkan ketertarikan sendiri bukan? Bangunan hanya akan berdiri kokoh jika memiliki konstruksi yang baik, begitu pula dengan sintaksis. Sintaksis hanya dapat mengkaji suatu kalimat dengan baik apabila konstruksi atau susunannya juga tertata rapi sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku.

Dalam artikel sebelumnya, telah dibahas mengenai sintaksis dan sekilas tentang ruang lingkupnya. Kalimat merupakan salah satu objek kajian sintaksis berupa satuan gramatik yang berada di bawah tataran wacana. Dengan kata lain, wacana dibentuk oleh kalimat-kalimat. Perilaku kalimat sebagai unsur pembentuk wacana sangat beragam. Terdapat kalimat secara potensial dapat berdiri sendiri akan tetapi, ada juga yang memiliki ketergantungan dengan kalimat lain. Kalimat dapat tersusun dari kata, frasa, hingga klausa. Oleh karena itulah ada yang dikatakan sebagai kalimat berklausa dan kalimat tak berklausa.

Asal muasal kalimat dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain, tinjauan kalimat serta kaitannya dengan kalimat lain dalam wacana; tinjauan kalimat berdasarkan susunan unsur yang membentuknya; atau tinjauan kalimat berdasarkan hubungan makna antarunsur yang membentuknya. Oleh karena itu, pemahaman mengenai asal muasal dari suatu kalimat sangat diperlukan untuk memberikan wawasan yang lebih luas tentang pengertian kalimat, jenis-jenis kalimat, dan kaidah yang mengatur pembentukan kalimat.

Kalimat yakni satuan sintaksis yang dibangun oleh konstituen dasar dan intonasi final (Chaer, 2015:163). Sedangkan dalam buku yang berjudul Tata Kalimat Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa kalimat merupakan untai berstruktur dari kata-kata (Samsuri, 1982:54). Keterangan untai berstruktur itu diperlukan karena terdapat pula untai kata yang tidak berstruktur dan untai kata yang seperti ini bukan termasuk ke dalam kalimat. Perhatikan untai kata berstruktur berikut ini.

a. Petani itu menanam padi pada sawahnya di lereng gunung.

b. Petani/ itu/ menanam/ padi/ pada/ sawahya/ di lereng gunung/.

c. Petani itu/ menanam padi/ pada sawahnya/ di lereng gunung/.

Kelompok kata yang diberi garis miring di atas dapat dikatakan sebagai kalimat karena menunjukkan adanya struktur dan untaian kata. Hal tersebut berbeda dengan contoh berikut.

d. Petani gunung lereng di pada padi sawahnya itu menanam.

Untaian kata pada contoh (d) tidak dapat dikatakan sebagai kalimat karena untaiannya tidak berstruktur. Untaian kata serta macam kata yang dipakai dalam suatu kalimat dapat menentukan macam atau jenis dari kalimat yang dihasilkan. Meski begitu, kalimat juga ada yang terdiri dari satu kata, dua kata, tiga kata, empat, lima, bahkan lebih. Contohnya sebagai berikut.

  • Keluar!

  • Adik menangis.

  • Ali merangkul Hasan.

  • Ibu sedang mencuci piring.

  • Ayah pergi ke Surabaya ketika hujan lebat.

Penentuan suatu kalimat bukan didasarkan dari banyaknya kata yang menjadi unsurnya melainkan ditentukan oleh intonasi yang digunakan. Hal ini sesuai dengan penjelasan bahwa setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 1987:5). Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan, kalimat yang baik hendaknya dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.

Kelengkapan unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan perlu diperhatikan untuk mengetahui apakah sebuah kalimat memenuhi syarat kaidah tata bahasa atau tidak. Selain itu, terkadang dalam sebuah teks atau wacana, dapat ditemukan perbedaan kalimat pada bagian-bagiannya. Kadang kala terdapat bentuk yang muncul sebagai bagian kalimat yang tidak dapat dilesapkan, namun ada pula yang dapat dilesapkan dengan konstruksi yang tetap sesuai dengan tata bahasa (gramatikal) serta secara semantik masih memiliki hubungan makna yang tidak berubah. Jadi, secara sintaktis kalimat dapat dibedakan berdasarkan kalimat inti dan bukan inti.

Kalimat dapat dibagi berdasarkan bentuk dan maknanya atau nilai komunikasinya. Menurut bentuknya, terdapat kalimat tunggal dan majemuk. Kemudian macam kalimat menurut maknanya dibagi menjadi empat, yakni (i) kalimat berita atau kalimat deklaratif, (ii) kalimat perintah atau kalimat imperatif, (iii) kalimat tanya atau kalimat interogatif, (iv) kalimat seru atau kalimat emfatik. Pembagian kalimat berdasarkan bentuk dan maknanya dapat dilihat pada bagan atau gambar berikut ini.

image

Gambar 1.1. Pembagian Kalimat

Macam kalimat berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi dua, yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk sendiri masih dibagi menjadi dua yakni kalimat majemuk setara dan bertingkat. Sedangkan kalimat tunggal dibagi menjadi lima jenis, yakni sebagai berikut.

  1. Kalimat Tunggal Berpredikat Nomina
  2. Kalimat Tunggal Berpredikat Verba
  3. Kalimat Tunggal Berpredikat Adjektival
  4. Kalimat Tunggal Berpredikat Frasa Preposisional
  5. Kalimat Tunggal Berpredikat Frasa Numeral

Struktur kalimat tunggal dalam bahasa Indonesia dapat dikatakan bahwa hanya berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Pola dasar tersebut kemudian disesuaikan dengan kebutuhan dan dikembangkan atau diperluas. Pengembangan atau perluasan kalimat pun tetap harus didasarkan pada kaidah-kaidah gramatikal atau aturan yang ada dalam tata bahasa. Pola dasar kalimat dalam bahasa Indonesia yakni sebagai berikut.

  1. Kalimat Dasar Berpola SP
    a. Kalimat Dasar Berpola SP (P: V)
    b. Kalimat Dasar Berpola SP (P:N)
    c. Kalimat Dasar Berpola SP(P: Adjektiva)
    d. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Numeralia)

  2. Kalimat Dasar Berpola SPK

  3. Kalimat Dasar Berpola SPPel

  4. Kalimat Dasar Berpola SPO

  5. Kalimat Dasar Berpola SPOPel

  6. Kalimat Dasar Berpola SPOK

Kemudian macam kalimat berdasarkan maknanya dibagi menjadi empat jenis, yakni kalimat berita, perintah, tanya, dan seru. Keempat macam kalimat ini biasanya dibedakan melalui penggunaan kata kerja serta tanda baca di akhir kalimatnya. Selain itu juga didukung dengan penekanan atau intonasi yang digunakan saat mengucapkan kalimat tersebut.

Nah, sekian dulu ya informasi buat Sobat Mijil kali ini. Semoga bisa bikin kalian jadi lebih ngerti tentang kalimat sebagai konstruksi bangunan, eh konstruksi sintaksis maksudnya! Hehe :smiley: Terima kasih sudah berkenan membaca, semoga bermanfaat, dan sampai jumpa di artikel berikutnya ya, Sobat Mijil! - AIM

Sumber:

Alwi, H., & dkk. (2008). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, A. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. (2015). MORFOLOGI BAHASA INDONESIA (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.

Ramlan, M. (2008). Kalimat, Konjungsi, dan Preposisi Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karangan Ilmiah . Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Ramlan, M. (1987). Morfologi Satuan Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.