Kajian Puisi Tanpa Kata “Pupus” Karya Abdul Malik dengan Penilaian Dikdatik

Puisi Kontemporer merupakan salah satu jenis puisi yang sedang naik daun di era sekarang ini, puisi yang tidak terlalu terpaku atau terkekang oleh peraturan atau kaidah-kaidah penulisan puisi pada umumnya. Beberapa sastrawan yang menginisiasi puisi kontemporer tumbuh dan berkembang adalah Ibrahim Sattah yang terkenal dengan Kumpulan Hai Ti-nya, Hamid Jabar yang terkenal dengan Kumpulan Puisi Wajah Kita, dan Sutardji Calzuom Bachri yang terkenal dengan kerya O, Amuk dan O Amuk Kapak. Tujuan puisi kontemporer diciptakan adalah sebagai media penyalur rasa dan gagasan penulis yang bebas dalam menuangkan ekspresi bersastranya. Sehingga karya-karya puisi kontemporer memiliki makna yang mendalam dan terkadang diluar ekspetasi pembaca puisi kontemporer tersebut.Terdapat beberapa jenis puisi kontemporer, antara lain : puisi mantra, puisi mbeling, puisi tipografi, puisi tanpa kata, puisi minim kata, puisi multi lingual, puisi supra kata, puisi idiom baru, dan puisi konkret. Ciri yang menojol dalam puisi kontemporer adalah tipografi yang penyusunannya begiti bebas dan enjambemen pemotongan kata yang digunakan dalam puisi berbeda dengan puisi lama atau puasa baru.

Salah satu yang menarik untuk dikaji dan dijadikan sebagai bahan pengkajian dari beberapa puisi kontemporer adalah puisi tanpa kata. Puisi tanpa kata merupakan puisi kontemporer yang di dalam puisi hanya terdapat huruf atau tanda yang digunakan untuk menyampaikan makna dari penulisnya. Puisi tanpa kata biasanya berisi makna yang hanya diketahui oleh penulisnya, namun makna tersebut dapat dinterpretasikan sebebasnya oleh pembaca.

Penilaian dikdatik merupakan penilaian yang dilakukan jika dalam puisi tersebut terdapat pengaruh positif kepada pembacanya. Puisi tanpa kata yang dipilih dalam kajian ini adalah puisi tanpa kata yang berjudul “Pupus” karya Abdul Malik.

Pupus

(Abdul Malik)

“ “

? ?

?

X

Berdasarkan kajian menggunakan penilaian dikdatik penulis menginterpretasikan bahwa tanda-tanda tersebut memiliki arti tersendiri, arti atau makna dari puisi tersebut adalah (“_”) menandakan bahwa penulis memiliki rasa kekosongan,(??) menandakan kebingungan hati yang dirasakan oleh penulis,(?) menandakan kebingungan yang lebih besar yang dirasakan oleh penulis, dan (X) akhir yang buruk dari sebuah penantian. Berdasarkan makna dari simbol atau tanda tersebut memberikan arti bahwa puisi tersebut berisi atau mengisahkan tentang keinginan seseorang yang belum pasti dan tidak pernah pasti, namun kemudian mendapatkan jawaban yang ternyata tidak sesuai dengan harapan yang dinginkan diawal harapan tadi.

Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari pembahasan sebelumnya adalah puisi tanpa kata merupakan salah satu puisi kontemporer yang menggunakan huruf dan/atau tanda yang menjadi media penyalur ekspresi penulis. Puisi Tanpa Kata “Pupu” karya Abdul Malik memiliki empat tanda atau simbol yang digunakan sebagai media dalam puisi yaitu, (“_”), (??), (?), dan (X) yang dapat diinterpretasikan bahwa puisi “Pupus” menceritakan tentang pengharapan sesoarang yang tidak pasti namun ketika mendapatkan jawaban dari ketidakpastian itu tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga pupuslah harapan tersebut.

Referensi

Malawat, I. (2023). NILAI-NILAI DIDAKTIK DALAM NOVEL “CINTA 2 KODI” KARYA ASMA NADIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SEMANTIK. BISAI: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran , 2 (1), 11-27.

Nuraisyah, N., & Wilyanti, L. S. (2023). ANALISIS STRUKTURALISME PADA PUISI KONTEMPORER RUMAHKU YANG BIRU KARYA ARIFIN C. NOER. Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia , 6 , 39-44.

Sianturi, E. F. M. (2023). Analisis Kesalahan Ejaan pada Puisi Modern: Studi Kasus pada Puisi-Puisi dalam Antologi Sastra Kontemporer. Metonimia: Jurnal Sastra dan Pendidikan Kesusastraan , 1 (2), 58-68.