Jumbara 2019 Tantangan Tawa Juara!

PMR atau Palang Merah Remaja adalah organisasi yang merupakan bagian dari Palang Merah Indonesia (PMI) yang fokus pada pengembangan kepemudaan dan kesadaran sosial. PMR mendidik remaja tentang pentingnya kesehatan, pertolongan pertama, dan kemanusiaan. Anggota PMR dilatih untuk melakukan pertolongan pertama dalam situasi darurat, memahami cara mengatasi bencana serta mengembangkan kepemimpinan dan kerja sama. Selain itu mereka Ini adalah wadah yang ideal bagi mereka yang ingin berkontribusi dalam kegiatan posistif kepada masyarakat sambil mengembangkan kemampuan.

Saya mempunyai pengalaman saat mengikuti lomba PMR yaitu Jumbara tahun 2019. Hari itu kami berangkat pagi sekali, penuh dengan semangat untuk bersaing dan menunjukkan kemampuan dalam PMR. Setibanya di lokasi, kami disambut oleh banyak tim dari sekolah lain. Lomba dilaksanakan selama 3 hari 2 malam, di hari pertama kami mengikuti pembukaan di lapangan. Di malam harinya kami berkumpul untuk menambah keakraban antar peseta, kami diberi waktu untuk berkenalan lebih dari 10 orang kemudian dicatat nama dan asal sekolah sambil bertukaran gift kadang juga ada yang mengambil kesempatan untuk bertukaran nomor whatsapp.

Di pagi harinya, kami diminta menunjukkan kemampuan dalam Pertolongan Pertama [PP] dan Pertolongan Keluarga [PK]. Saya mendapatkan bagian untuk Pertolongan Pertama [PP]. Ketika giliran tim saya dipanggil, rasa deg-degan mulai melanda. Tangan saya mulai bergetar, dan saya mulai merasa gugup. Di depan pengawas dan juri, tim saya harus melakukan tindakan pertongan pertama pada orang yang jatuh dan ada patah tulang di bagian lengan bawah kanan, luka dibagian lutut kiri dan ada bercak darah di kaki kanan bagian bawah. Namun alih-alih tenang saat saya memegang tangan pasien, saya malah menyebut kaki, ketika beralih bagian kaki, saya kembali menyebutkan tangan, rasanya ingin sekali bersembunyi. Untungnya saat saya salah pengawasnya sedang fokus pada tim lain. Tapi, saya berusaha untuk tetap fokus. Di tengah rasa grogi, untungnya saya ingat semua yang telah diajarkan. Setelah beberapa menit yang mendebarkan, akhirnya sesi praktik pun selesai. Satu tim dari sekolah kami kembali berkumpul dan saling bercerita, suasana pun menjadi sedikit mencair.

Di hari ketiga, suasana sudah mulai santai, dan kita semua lagi asyik bersiap-siap untuk lomba terakhir yaitu cerdas cermat . Karena stop kontak hanya ada di aula, jadi semua pada berebut untuk ngecas HP. Teman saya, Hendrik, juga lagi sibuk ngecas HP-nya di sana. Setelah ngecas, Hendrik melihat jam ternyata waktunya udah mepet dan buru-buru meninggalakan HP-nya di aula untuk bersiap-siap lomba. Pas dia balik ke aula, dia panik banget karena HP-nya udah ngga ada! Semua langsung bantu nyari, mulai dari aula hingga tempat lain yang sering kita lewati. Kita semua bertanya kepada panitia dan peserta lain, tapi sayangnya, tidak ada satu pun tahu. Walaupun dalam keadaan tegang, kita tetap semangat mengikuti lomba sambil berharap HP-nya cepat ketemu. Setelah lomba selesai ternyata HP-nya belum ketemu juga.

Ketika pengumuman juara tiba, hati kami sangat berdebar. Nama sekolah kami disebutkan, tak disangka, kami dinyatakan sebagai juara umum, semua rasa gugup dan kesulitan yang kami alami seakan terbayar. Kami bersorak gembira, merayakan kemenangan dan momen berharga di lomba PMR ini, dengan penuh semangat. Momen ini akan selalu menjadi kenangan berharga, kami meninggalkan lokasi lomba membawa pulang kenangan indah dan tekad untuk ikut serta lagi di lomba berikutnya, walaupun HP-nya Hendrik belum ketemu juga. Kami tahu setiap langkah yang diambil adalah bagian dari perjalanan menjadi relawan yang lebih baik.

1 Like