Joki Tugas dalam Dunia Akademik

5 Key Skills You Need For Your First Instructional Design Project
id. pinterest

Istilah joki dalam dunia pendidikan, mengacu pada orang yang mengerjakan hampir sebagian besar tugas orang lain, bahkan dari mulai ide, menuangkan ide ke dalam tulisan, hingga selesai, dan dia mendapat bayaran dari “jasa” tersebut. Ya, joki tugas salah satu perbuatan terlarang dan bisa disebut ilegal.

Fenomena joki tugas sudah lama terjadi, apalagi dengan pesatnya arus teknologi dan informasi. Sekarang, joki tugas makin populer dan rasa-rasanya makin dianggap wajar. Maraknya joki tugas sekarang ini, bahkan secara terang-terangan dipromosikan (dahulu, orang yang mau menjoki itu harus diam-diam karena malu). Jangan berdalih dengan alasan “sama-sama menguntungkan” dan tidak merugikan siapapun. Ingat, sesuatu yang merugikan itu tidak harus hanya dirasakan oleh seorang individu, tapi bisa bersifat sistemik “merusak” moral.

Jangan membiasakan sikap permisif. Jangan menormalisasi hal-hal yang memang jelas salah, hanya karena embel-embel “toh dia tidak merugikan saya”. Memang tidak merugikan secara langsung, tapi apa itu baik? Ini salah! Ketika sesuatu dianggap “normal” dan orang-orang bersikap tak acuh terhadap hal-hal yang jelas-jelas menyimpang.

Sebagian besar orang yang menjoki biasanya memang malas (sudah terbiasa mau serbacepat dan tidak mau berpikir) atau sudah terlanjur kewalahan dengan segala tugasnya menumpuk. Dalam kasus lain, orang itu berarti memang tidak bisa mengatur waktunya dengan baik. Karena itu, tiap orang sebetulnya perlu mengasah keterampilannya dalam mengatur waktu. Semua perbuatan yang dilakukan pasti ada konsekuensinya sendiri. Capek? Jelas. Jenuh? Jangan ditanya. Namun, terlepas itu semua, pasti ada kebanggaan tersendiri menjalani proses pendidikan dengan kejujuran.

Kita tentu tak perlu menjadi “polisi” yang menegur berlebihan, baik kepada penyedia maupun pengguna jasa joki. Namun, minimal, kita bisa mulai dari diri sendiri dengan mengutamakan kejujuran dalam segala aspek kehidupan, apalagi ketika itu soal pendidikan. Ini soal menghargai usaha diri sendiri. Tak peduli berapa hasil yang kita dapat nanti, kita patut bangga bahwa kita menjalankannya dengan jerih payah kita sendiri.

Kita dituntut untuk menjadi orang yang perfeksionis, yang tidak sepenuhnya percaya dengan orang lain, apalagi soal pendidikan. Selalu menganggap tugas yang kita kumpulkan merupakan profesionalisme dalam mengenyam pendidikan. Ya, profesionalisme itu bukan cuma pekerjaan tetapi juga termasuk saat kita sedang menempuh pendidikan.

Contohnya kita sebagai pelajar atau mahasiswa – yang merupakan profesi. Memang tidak menghasilkan, tetapi itu profesi. Ada tanggung jawabnya, ada kewajibannya, kalau kita tidak mengerjakan pekerjaan kita, sebagaimana profesi tersebut dengan baik, kita berbuat curang, menjoki, dan sebagainya. Apa kita berhak protes dengan para pejabat yang korupsi? Bukankah itu artinya kita sama-sama “corrupt”? Apa itu “corrupt”? Artinya, “memiliki atau menunjukkan kesediaan untuk bertindak tidak jujur dengan imbalan uang atau keuntungan pribadi.” Beda enggak dengan menjoki? Sama saja. Ada ketidakjujuran dan ada imbalan untuk uang, atau dilakukan demi imbalan berupa uang. “Corrupt”? Iya.

Sekarang, kita mau menuntut negara kita bersih dari koruptor? Coba cek dulu diri kita. Apakah perilaku kita sepenuhnya, dalam kehidupan sehari-hari, di sekolah atau kuliah, sepenuhnya bertolak belakang dengan apa yang dilakukan para koruptor? Kalau masih menjoki, sama saja bohong.

Apapun alasannya, joki tugas itu perbuatan “kriminal” dalam dunia akademik. Itu mencederai nilai-nilai pendidikan yang mencakup kode etik akademik dan kode kejujuran. Tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kita sebagai tunas muda bangsa yang hidup di lingkungan akademis, sudah seharusnya menjunjung tinggi integritas akademik dan kode etik akademik, dengan menghindari joki tugas.

4 Likes

gara-gara kuliah daring, bisa jadi joki makin banyak. kan gurunya gak tahu siapa yang ngerjain tugas muridnya.

hasilnya bakal keliatan dari kualitas murid saat sudah lulus. lulus sih lulus, cuma kualitasnya gimana.

efeknya ya itu, susah bersaing di dunia kerja

1 Like

Kalau ini contoh loker joki kuliah :disappointed_relieved::point_up:

1 Like

Di lain sisi, joki itu kadang mahasiswa juga. Mungkin malah ada yang lagi pasca. Cuma gimana ya, kadang penawaran itu ada karena ada permintaan.

yang kasihan itu anak-anak sekolah yang pakai jasa joki. tapi gimana juga ya. mereka yang pakai jasa joki itu mereka yang ada duit. :moneybag: :money_with_wings: