Foto : Pinterest
Jurnalisme Investigasi. Mendengar istilah tersebut apakah kalian sudah sering mendengarnya? Jurnalisme investigasi pada masa sekarang ini mungkin kurang terdengar ramai keberadaannya. Menurut laman UNESCO, jurnalisme investigasi atau investigative journalism adalah teknik riset jurnalistik yang ditujukan untuk mengungkapkan fakta-fakta tersembunyi. Jadi bisa dikatakan jurnalisme investigasi adalah pelaporan data dari kejadian-kejadian untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan yang ada. Selanjutnya kita akan membahas mengenai sejarah dan perkembangannya di Indonesia.
Jurnalisme investigasi pertama di Indonesia yaitu pada masa Orde Lama sekitar tahun 1945-1965. Pada masa ini jurnalisme investigasi pertama kali dilakukan oleh koran Harian Indonesia Raya. Kasus yang terkenal dan diungkap dengan jurnalisme ivestigasi adalah kasus korupsi biaya pencetakan kartu suara pemilu. Dari hasil investigasi, kasus ini melibatkan Roeslan Abdulgani. Selain itu karya investigasi yang menonjol lainnya adalah kasus korupsi Pertamina pada tahun 1969. Dalam kasus ini yang melibatkan direktur pertamina, Ibnu Sutowo hamper membuat Pertamina bangkrut. Jumlah uang yang berhasil masuk ke rekening Ibnu Sutowo yakni sekitar 90 miliar rupiah. Pada masa ini ada 100 media yang dihabisi oleh pemerintah. 10 diantaranya adalah koran harian dan 1 majalah. Mereka semua dihabisi tanpa alasan yang jelas. Berikut ini beberapa media yang dihabisi oleh pemerintah :
- Harian Umum Indonesia Raya
- Harian Merdeka
- Harian Berita Indonesia
- Harian Revolusioner
- Harian Waspada-Medan
- Panji Masyarakat
- Soeara Moeda
- Soeara Rakjat
- Patriot
- Soeara Iboekota
- Bintang Timur
Selanjutnya pada masa orde baru. Sama halnya dengan orde lama, di masa ini media yang melakukan investigasi terhadap perlakuan pemerintahan akan diberedel habis. Contohnya Harian Sinar Harapan yang melakukan investigasi atas korupsi dana non budgeter dan APBN pada masa pemerintahan presiden Soeharto. Akibat laporannya tersebut, pada tahun 1986 Harian Sinar Harapan diberedel habis. Pada rentang tahun 1983-1994 tercatat 13 media ditutup oleh Departemen yang dikomandani Harmoko yang tak lain juga bekas wartawan orde lama, diantaranya:
- Kompas
- Merdeka
- Sinar Harapan
- Pelita
- The Indonesia Times
- Majalah Mingguan Tempo
- Prioritas
- Monitor
- Tabloid Petik
- Majalah Editor
- Dll
Setelah berakhirnya masa orde baru, Indonesia mengalami masa yang lebih cerah. Masa dimana kebebasan pers sudah berlaku. Namun di masa pasca orde baru jurnalisme investigasi sudah tidak seramai seperti masa Orde Lama dan Orde Baru. Salah satu karya investigasi yang terkenal yaitu pembongkaran skenario penipuan Michael de Guzman pada kasus tambang emas palsu Bre-X di Busang, Kalimantan Timur… Bondan Winarno berhasil membongkar skenario penipuan tersebut dan menuliskannya menjadi sebuah buku yang berjudul “Bre-X. Sebongkah Emas di Kaki Pelangi”. Pada selanjutnya jurnalisme investigasi berkembang menjadi investigasi broadcast sesuai dengan kemajuan teknologi.
Itu dia sebuah catatan mengenai sejarah dan perkembangan jurnalisme investigasi. Setidaknya catatan sejarah dari apapun harus terarsip secara baik agar di kemudian hari kita semua dapat melihat apa yang terjadi sebelumnya pada bangsa kita. Bung Karno pernah berkata, “Bangsa yang Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri.”