Di tengah kemajuan zaman yang semakin pesat, budaya lokal perlahan mulai hilang, terutama di kalangan generasi muda. Banyak anak muda saat ini lebih mengenal budaya luar dibanding budayanya sendiri. Padahal, budaya lokal adalah identitas kita sebagai bangsa yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai luhur.
Jatilan
Salah satu budaya lokal yang mulai tersingkirkan yaitu seni tradisional Jatilan. Seni ini kini mulai dianggap kuno dan tidak menarik oleh sebagian besar generasi muda, yang lebih tertarik dengan budaya populer seperti musik barat atau konten media sosial. Padahal, Jatilan bukan hanya sekadar hiburan, tapi juga mengandung nilai budaya, spiritual, dan sejarah yang mendalam.
Jika tidak ada kesadaran dari generasi muda untuk melestarikan budaya seperti Jatilan ini, maka bisa jadi warisan ini akan punah dan hanya menjadi cerita di buku sejarah. Inilah yang menjadi keprihatinan banyak pihak dan penting untuk segera disadari bersama.
Arti Jatilan
Jatilan, atau yang juga dikenal sebagai jaran kepang merupakan suatu pertunjukan tradisional dari Jawa yang menggambarkan para prajurit yang menunggang kuda. Dan kuda yang digunakan dalam pertunjukan ini bukan kuda asli, tetapi kuda buatan dari anyaman bambu.
Pertunjukan Jatilan biasanya diiringi dengan musik gamelan dan berbagai kostum yang beragam. Para penari bisa mengalami kesurupan dan menampilkan kekuatan di luar nalar, seperti makan beling atau kebal terhadap benda tajam. Bagi masyarakat Jawa, momen kesurupan ini bukan hanya hiburan, tapi dipercaya sebagai bukti keterhubungan antara manusia, leluhur, dan dunia roh.
Nilai Budaya Jatilan
Dalam nilai budaya, Jatilan mengajarkan keberanian, kebersamaan, dan penghormatan terhadap alam serta kekuatan yang lebih tinggi. Seni ini juga mencerminkan sistem kepercayaan masyarakat Jawa yang penuh dengan kearifan lokal. Tak heran, Jatilan sering ditampilkan dalam acara adat seperti bersih desa atau syukuran panen.
Sayangnya, Jatilan saat ini mulai kalah bersaing dengan hiburan modern. Anak-anak muda lebih tertarik pada konser musik, film luar negeri, atau game online daripada menonton pertunjukan Jatilan.
Minim Dukungan
Selain itu, dukungan dari pemerintah dan lembaga pendidikan terhadap seni tradisional ini masih minim. Jarang ada sekolah yang mengenalkan atau mengajarkan Jatilan kepada para siswa. Pelaku seni Jatilan pun sebagian besar sudah berusia lanjut, dan sulit menemukan generasi muda yang mau meneruskan.
Tontonan Kuno
Kondisi ini diperparah dengan pandangan sebagian masyarakat yang menganggap Jatilan sebagai tontonan kuno, bahkan menakutkan karena unsur kesurupannya. Akibatnya, Jatilan makin jarang dipentaskan dan pelan-pelan terpinggirkan. Meski banyak tantangan, bukan berarti Jatilan tidak bisa diselamatkan. Masih ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk melestarikannya, terutama oleh generasi muda.
Dukungan Jalur Pendidikan
Salah satunya adalah dengan mengenalkan Jatilan lewat pendidikan. Sekolah-sekolah bisa memasukkan budaya lokal sebagai bagian dari kurikulum, dengan mengadakan kelas seni tradisional atau kunjungan ke sanggar budaya. Dengan begitu, siswa bisa belajar langsung dari seniman Jatilan dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, pemerintah bisa mengadakan festival budaya secara rutin yang melibatkan kelompok Jatilan dari berbagai daerah. Ini bisa menjadi ajang pertunjukan sekaligus menarik minat masyarakat.
Jatilan di Media Sosial
Generasi muda juga bisa memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan Jatilan. Misalnya dengan membuat konten video singkat pertunjukan Jatilan, membuat vlog saat latihan, atau membagikan cerita di balik kesenian ini di TikTok, Instagram, dan YouTube. Dengan cara seperti ini, Jatilan bisa lebih dikenal, bahkan mungkin diminati oleh anak-anak muda dari luar negeri.
Melestarikan Jatilan
Melestarikan Jatilan bukan sekedar mempertahankan sebuah pertunjukan seni, tapi juga menjaga identitas dan jati diri bangsa. Seni ini merupakan warisan leluhur yang harus dijaga, dihormati, dan diturunkan ke generasi berikutnya.
Generasi muda memegang peran penting dalam menjaga eksistensi budaya tradisional seperti Jatilan. Mereka punya akses, kreativitas, dan semangat yang bisa dimanfaatkan untuk menghidupkan kembali seni ini dalam bentuk yang relevan dengan zaman sekarang.
Jika semua pihak mau bergerak mulai dari masyarakat, sekolah, komunitas, hingga pemerintah maka Jatilan tidak hanya akan bertahan, tapi juga bisa kembali bersinar sebagai bagian penting dari budaya Indonesia.
Jangan sampai kita sebagai generasi muda saat ini menyesal di kemudian hari karena kehilangan warisan yang seharusnya bisa kita banggakan. Jatilan bukan sekadar tarian, tapi cerita panjang tentang siapa kita. Sudah saatnya kita menyadari dan merangkul kembali budaya Indonesia.