Jangan Sakit! Teruslah Sehat dan Berbahagia

Saya mengalami sakit demam selama hampir seminggu lamanya sejak saya berada di kost untuk pertama kalinya. Dimulai pada hari Jumat, yang kebetulan ada mata kuliah Geometri Bidang. Untungnya, pada hari itu kegiatan perkuliahan dapat saya jalani dengan lancar. Jam-jam berikutnya, saya mengisi waktu dengan beristirahat di kost dan ditemani dengan obat serta minyak kayu putih.

Namun, saya lupa bahwa hari-hari selanjutnya, yaitu hari Sabtu dan Minggu, akan diadakan acara LKKMPD. Hari akhir pekan yang seharusnya bisa digunakan untuk beristirahat dan memulihkan tenaga pasca beraktivitas tidak dapat terlaksana. Meskipun demikian, saya tetap mengikuti acara LKKMPD dengan cukup bersemangat seperti teman-teman lainnya. Walaupun sepanjang acara, saya tidak berhenti mengoleskan minyak kayu putih untuk menghangatkan badan serta memijat-mijat tubuh yang terasa pegal. Jangan lupakan juga, pada hari Minggu atau hari kedua acara tersebut, saya hampir merasakan bahwa punggung saya seperti mau patah. Bagaimana tidak? Acara dilaksanakan dengan duduk lesehan. Dan selama hampir sembilan jam harus duduk lesehan tanpa sandaran? Wow! Sangat pegal!

Setelah melalui acara LKKMPD yang cukup menguras tenaga, saya mulai merasakan tantangan yang lebih berat, yaitu merawat diri sendiri saat sakit di kost. Biasanya, jika kita sakit di rumah, kita bisa langsung tidur dan beristirahat tanpa memikirkan hal lain. Namun, saat di kost saya harus mandiri. Untuk makan saja, saya harus memasak nasi sendiri. Mencuci beras, kemudian memanaskannya di magic com. Setelah makan, saya juga harus mencuci piring dan gelas kotor. Semua ini sangat berbeda dengan kenyamanan di rumah, di mana segala sesuatunya disiapkan oleh orang tua. Saya juga harus menyiapkan air panas terlebih dahulu sebelum mandi dan mencuci baju sendiri. Belum lagi, saat itu cuaca sedang mendung dan dingin, membuat segala aktivitas terasa lebih melelahkan.

Yang lebih berat lagi adalah tantangan fisik saat harus menjemur pakaian. Ketika kaki saya sedang pegal, saya harus naik tangga selangkah demi selangkah, membawa ember, dan akhirnya sampai di atas untuk menjemur pakaian. Setelah itu, saya harus berhati-hati turun dan melipat pakaian yang sudah kering untuk disetrika. Semua pekerjaan rumah itu, yang biasanya saya anggap sepele, menjadi sangat berat ketika saya sedang sakit dan jauh dari orang tua.

Memikirkan hal ini, saya menjadi teringat dengan orang tua saya, terutama ibu saya. Saat beliau sakit, yang seharusnya beristirahat, malah beraktivitas normal seperti biasanya untuk memenuhi kebutuhan harian keluarganya. Memasak, mencuci baju, mencuci piring, menjemur pakaian, menyapu. Namun, beliau tidak pernah mengeluh sama sekali. Beliau menjalaninya dengan penuh ikhlas, walaupun terkadang teringat juga saat beliau menyuruh saya melakukan sesuatu, tetapi saya menolaknya dengan alasan sakit kepala.

Pengalaman ini mengajarkan saya banyak hal. Dari hal ini saja, saya menjadi bersemangat dan termotivasi menjalani aktivitas saya selama seminggu penuh tersebut, walaupun kadang-kadang juga mengeluh sedikit. Ini bisa menjadi pembelajaran sekaligus pengalaman pertama yang berarti bagi saya ke depannya. Atau bahkan untuk anak kost yang lain. Jadi, bagaimana, pernah sakit saat ngekost belum?

Semenjak hari ini, terlebih sejak mengulas kembali cerita pengalaman pertama saya saat sakit di kost, saya memutuskan untuk lebih berhati-hati dalam menjaga kesehatan. Teman-teman yang sedang ngekost, jangan lupa jaga kesehatan juga ya. Jangan makan mie instan terus-menerus ya. Tidak baik lho. Jangan lupa, jaga kebersihan kamar dan, jangan buang sampah sembarangan.

Ke depannya, saya juga akan lebih menghargai kerja keras orang tua saya. Tanpa tindakan nyata orang tua saya yang biasa dilakukan sehari-hari saat di rumah ketika beliau sedang sakit, saya ragu saya akan tetap semangat dan tidak akan menangis saat sakit di kost. Maka dari itu, tetap semangat dan jangan sakit ya!

Setiap kali saya merasa lelah atau hampir putus asa, saya teringat akan pengorbanan ibu yang selalu mengutamakan keluarga di atas dirinya. Begitu banyak hal yang dulu saya anggap sepele, seperti menyapu rumah atau menyiapkan makanan, ternyata memiliki nilai yang sangat besar. Pengalaman ini mengajarkan saya untuk lebih menghargai setiap hal kecil yang dilakukan oleh orang lain, khususnya orang tua. Saya berjanji untuk lebih menjaga kesehatan, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk meringankan beban orang tua di masa depan.

1 Like