Jam Belajar saat Kuliah Ternyata Lebih Singkat?

Ketika kita masih mengenyam pendidikan di SMP atau SMA, sebagian besar dari kita tentu sudah akrab dengan istilah “berangkat pagi pulang siang/sore”. Masuk pukul 7 pagi hingga 3 sore, tentu sudah termasuk waktu istirahat. Mungkin agak membosankan meskipun sebenarnya jam belajar tersebut tentu sudah terstruktur. Setelah lulus SMA dan belajar di universitas, kita akan menemui perbedaan yang signifikan dengan jadwal KBM. Apa sajakah itu?

Saya berusaha membandingkannya melalui tulisan ini. Untuk memudahkannya, saya menggunakan pengalaman saya selama SMA dan membandingkannya dengan kesan dan pesan ketika menjalani kuliah hingga semester kedua ini.

Ketika saya SMA, bel masuk berbunyi pukul 06.50 WIB. Dari jam tersebut hingga 07.15 adalah agenda “homeroom” (pertemuan dengan wali kelas). Kegiatan yang bisa dilakukan adalah mengaji, berdiskusi antara murid dengan wali kelas, pemberian info, dan sebagainya. Barulah KBM dimulai dengan durasi tiga jam pelajaran dengan setiap jam pelajaran berdurasi 40 menit. Tak lupa bagian yang ditunggu – tunggu adalah waktu istirahat 20 menit. Setelah waktu istirahat selesai, KBM dilanjutkan sebanyak empat jam pelajaran yang diikuti dengan istirahat panjang yang waktunya juga dipakai untuk salat dan makan siang. Barulah pada pukul 13.00 KBM dilanjutkan Kembali hingga pukul 15.00 WIB. Setelah itu, siswa melakukan salat Asar dan pulang sekolah.

Total ada sepuluh jam pelajaran untuk KBM Senin hingga Kamis sedangkan untuk hari Jumat hanya ada enam jam pelajaran ditambah jam ekstrakurikuler pilihan dan untuk hari Sabtu ada empat jam pelajaran ditambah jam Pramuka (untuk kelas XII ada kegiatan lainnya). Sebagai informasi, SMA saya menerapkan enam hari kerja, berbeda dengan SMA – SMA lain di Solo yang sudah menerapkan lima hari kerja. Tentu ada siswa yang merasa bosan dengan padatnya jadwal belajar mereka di sekolah. Apalagi bagi pengurus organisasi seperti saya saat itu, waktu sore pun ikut terenggut dengan adanya rapat – rapat atau acara lainnya. Bahkan, kegiatan KBM biasa pun bisa menjadi korban. Namun, semua itu kadang tidak terasa dan bagi beberapa siswa malah asyik bisa berkegiatan seperti ini.

Kita bandingkan dengan jam kuliah sekarang. Jadwal lebih bebas dalam artian tidak terpaku aturan seperti di SMA. Mahasiswa bisa saja masuk siang dan pulang sore sekali. Bahkan, kita mengenal istilah kuliah malam. Bayangkan saja dosen mengajar dengan buku dan alat tulisnya pada waktu beliau biasa bersantai ria di rumahnya. Bisa saja pada satu hari tertentu memang tidak ada jadwal kuliah dan bisa saja jadwal kuliah sangat menumpuk.

Pada semester gasal, saya mendapat jadwal dua mata kuliah per hari pada hari Senin dan Selasa. Ada tiga mata kuliah pada hari Rabu, dan satu mata kuliah pada hari Kamis ditambah jadwal EAP saya. Beruntung sekali hari Jumat saya bisa gunakan untuk bersantai sejenak dari kegiatan kuliah meskipun beberapa kali dosen meminta kuliah sebagai tambahan atau ganti pada hari Jumat. Hal yang berbeda saya rasakan pada semester genap ini. Setiap hari Senin hingga Kamis ada dua mata kuliah yang saya jalani (Aljabar Linier menjadi yang paling sering yaitu pada hari Selasa dan Kamis). Selebihnya pada hari Jumat hanya satu mata kuliah yang dipelajari.

Menurut saya, jadwal semester gasal lebih menguntungkan saat itu karena beban materi tidak terlalu berat. Untuk jadwal semester genap Nampak lebih padat tetapi beban SKS per hari bisa lebih rata daripada saat semester gasal. Tentu hal ini di luar tugas dan sebagainya. Pada hari Sabtu dan Minggu, kesibukan mahasiswa bisa bervariasi tergantung UKM yang diikuti. Bisa saja waktu yang diambil bukan akhir pekan melainkan waktu malam dari hari – hari kuliah yang sudah bisa dipastikan kosong (daripada memilih sore yang belum pasti kosong atau tidaknya dalam perkuliahan).

Bisa dibaca dulu ya, semoga bermanfaat.

1 Like