Jalan-Jalan Virtual di Era New Normal

pexels-julia-m-cameron-4144041
Foto oleh Julia M Cameron dari www.pexels.com

Masa pandemi ini kemajuan teknologi sangat diperlukan, karena hampir segala aktivitas yang biasa dilakukan secara luring, kini berpindah menjadi serba daring. Contohnya di sektor pariwisata, biasanya wisatawan dapat berkunjung langsung ke tempat wisata. Namun adanya pandemi mau tidak mau wisatawan hanya dapat berdiam diri di rumah sembari menggunakan teknologi canggih yang digunakan sebagai alat jalan-jalan virtual. Rasa tidak puas memang ada, tetapi setidaknya hal tersebut dapat menghilangkan kerinduan untuk berkunjung ke tempat wisata.

Pada kondisi sekarang, virtual tour menjadi salah kegiatan yang bisa dilakukan. Hal ini dilakukan agar pariwisata tetap berjalan sehingga dapat membantu pertumbuhan ekonomi. Jalan-jalan virtual atau virtual tour merupakan simulasi lokasi yang biasanya ada urutan foto atau video. Virtual tour sendiri sudah ada sejak tahun 1994, dan digunakan pertam kali saat Ratu Elizabeth II membuka pusat pengunjung pada Juni 1994.

Kondisi New Normal pada Sektor Pariwisata

Pada kondisi new normal, sektor pariwisata mengalami kemrosotan yang signifikan. Hal ini terjadi akibat selama masa pandemi tempat wisata, hotel maupun sektor wisata lain terpaksa ditutup. Dengan alasan untuk mengurangi jumlah penularan Covid-19. Kebijakan maupun tatanan new normal telah dipersiapkan, terutama pada sektor pariwisata yang nantinya akan beroperasi kembali. Tentunya dengan protokol khusus untuk new normal di sektor pariwisata.

Jokowi memberi syarat, sektor pariwisata dapat beroperasi di suatu daerah jika potensi penularan Covid-19 tercatat di bawah 1. Dilansir dari bbc.com (per-Mei 2020), pemerintah menetapkan Provinsi Bali, Yogyakarta dan Kepulauan Riau menjadi proyek percontohan pertama penerapan protokol new normal. Penetapan ini dilakukan dalam rangka pemulihan ekonomi di sektor pariwisata yang terpuruk akibat pandemi. Hal ini perlu dilakukannya identifikasi daerah tujuan destinasi wisata yang sudah memiliki R0 (angka pertambahan kasus tanpa adanya intervensi) di bawah satu, Rt(angka pertambahan kasus setelah adanya intervensi) di bawah satu sehingga pembukaan di sektor pariwisata dapat dilakukan secara bertahap.

Namun Jokowi sendiri mengakui akan ada risiko besar jika pariwisata dibuka kembali saat new normal. Oleh karena itu, untuk menghindari citra buruk yang bisa melekat pada sektor pariwisata karena dampak Kesehatan, Jokowi meminta agar protokol kesehatan ketat diterapkan untuk mencegah penyebaran virus corona dalam pembukaan pariwisata saat new normal. Ia meminta agar jajarannya melihat negara lain yang sudah membuka pariwisata di era new normal. Jokowi menyoroti soal faktor utama yang perlu diterapkan adalah protokol new normal harus mengutamakan keselamatan dan Kesehatan. Oleh sebab itu, Jokowi meminta agar pariwisata tetap dalam kondisi aman saat dibuka Kembali.

Dikutip dari katadata.co.id Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2020 Wishnutama Kusubandio mengatakan bahwa penerapan new normal di sektor pariwisata telah disusun dan nantinya akan diterapkan pada daerah yang telah dinyatakan siap, karena kesiapan daerah ialah salah satu faktor yang sangat penting. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah Menyusun program CHS (Cleanliness, Health, and Safety) sebagai tatanan new normal di destinasi wisata dengan melibatkan pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Protokol ini akan melalui beberapa tahapan, mulai dari melakukan simulasi, lalu sosialisasi dan publikasi kepada publik, dan yang terakhir melakukan uji coba. Pelaksanaan tahapan-tahapan ini harus diawasi dengan ketat dan disiplin serta mempertimbangkan kesiapan daerah. Sehingga dalam pemberlakuan protokol ini dilakukan secara bertahap serta perlu adanya penelusuran secara berkelanjutan.

Perubahan Tren di Pariwisata

Dikutip dari detik.com, Presiden Joko Widodo meminta jajarannya untuk melakukan inovasi dan perbaikan di sektor pariwisata. Sehingga dengan adanya perubahan tren di pariwisata global saat ini diharapkan Indonesia mampu beradaptasi. Perubahan tren di pariwisata akan bergeser ke alternatif liburan yang tidak banyak orang seperti solo travel tour, virtual tourism, serta staycation dimana isu health, hygiene, dan safety akan menjadi pertimbangan utama bagi wisatawan yang ingin berwisata. Perubahan tren pariwisata merupakan salah satu bentuk berkembangnya teknologi. Oleh karena itu, perkembangan teknologi sangat penting di masa seperti sekarang, salah satunya di sektor pariwisata.

Kini virtual tour banyak digunakan saat pandemi Covid-19. Tempat wisata dan hotel menggunakan teknologi virtual tour untuk mengobati rasa rindu masyarakat untuk pergi berlibur dan berwisata, baik destinasi wisata dalam negeri maupun destinasi luar negeri. Seperti tempat wisata kebun Raya Bogor membuat aplikasi jelajah Kebun Raya Bogor, sehingga bisa melihat Kebun Raya Bogor dari jarak jauh. Selain itu Candi Borobudur juga melakukan virtual tour dengan menggunakan aplikasi Virtual Borobudur, sehingga bisa terobati rasa rindu berlibur ke Borobudur namun secara virtual. Provinsi Yogyakarta juga memanfaatkan teknologi ini, sehingga tidak perlu repot pergi ke Jogja langsung, karena dengan teknologi ini kita bisa seperti berlibur di Jogja.

Augmented Reality merupakan teknologi yang memperluas dunia fisik kita dengan cara menambahkan informasi digital ke dalamnya. Teknologi ini muncul di tampilan langsung dari lingkungan, dan bisa ditambahkan suara, video dan juga grafik ke dalamnya. Tempat wisata dan hotel terkadang juga menggunakan teknologi ini untuk memberi informasi mengenai jasa mereka. Salah satu daerah yang menggunakan teknologi ini adalah Jogja, dan namanya adalah Jogja AR.

Sejak era adaptasi kebiasaan baru dimulai, pemerintah berupaya menghidupkan kembali sektor pariwisata dengan cara membuka obyek wisata secara bertahap. Sebuah program kolaboratif yang didanai oleh Uni Eropa, membantu pemerintah daerah di tanah air dalam meningkatkan kapasitasnya sebagai upaya pemulihan sektor pariwisata melalui berbagai kegiatan. Reza Permadi selaku COO dan Co-Founder Atourin mengatakan bahwa inovasi virtual tourism merupakan salah satu solusi untuk membantu pemandu wisata yang tidak dapat bekerja selama pandemi COVID-19. Virtual tour juga dapat memberikan informasi terkait lokasi wisata di daerah agar calon wisatawan dapat memperoleh informasi untuk merencanakan perjalanan mereka. Antusiasme tentang virtual tour juga dipaparkan oleh Wisata Kreatif Jakarta, sebuah tour operator berbasis komunitas, sebagai upaya untuk dapat bertahan di kondisi pandemi tanpa bergantung pada bantuan pemerintah.

Dari sini dapat diartikan bahwa saat new normal masyarakat akan terbiasa dengan teknologi dan juga virtual tour. Walaupun teknologi virtual tour belum dapat mengantikan experience saat berlibur ke tempat langsung. Namun setidaknya hal tersebut sudah mengobati rasa rindu untuk berlibur ke tempat wisata tanpa mengkhawatirkan keselamatan kesehatan. Kedepannya Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengharapkan banyak komunitas yang menyelenggarakan virtual tour. Sehingga jika ada masyarakat yang tidak bisa pergi berwisata dapat dilakukan secara virtual lewat aplikasi yang sudah tersedia.

1 Like