Isu Deforestasi dan Kerusakan Lingkungan di Indonesia

Sumber : Jurnalbumi.com
Hutan, terutama hutan hujan tropis merupakan hal pokok yang sangat penting dan mendasar keberadaannya bagi keberlangsungan kehidupan makhluk hidup dibumi, oksigen yang kita hirup sehari-hari ini merupakan hasil produksi yang berasal dari kumpulan pepohonan yang berada dihutan, karena itulah hutan sering juga disebut sebagai paru-paru dunia. Bukan hanya bagi manusia, hutan juga memiliki peranannya terhadap kehidupan fauna karena berfungsi sebagai habitat atau tempat tinggal bagi mereka, ekosistem yang baik dan masih terjaga akan membawa dampak yang baik pula bagi kelestarian dan keberadaan berbagai satwa yang ada didalam hutan, serta akan mencegahnya dari kepunahan.

Jika berbicara mengenai hutan hujan tropis, tentu kita tidak akan ragu jika Indonesia yang beriklim tropis ini masuk dalam kategori dari salah satu negara dengan hutan terluas dan terbesar di dunia. Benar sekali, melansir dari detik.com, Indonesia berada pada urutan ketiga dari lima negara dengan hutan hujan terluas didunia, kelima negara tersebut ialah Brazil dengan hutan Amazon yang memiliki luas lebih dari 2,3 juta milĀ² atau 6 juta kmĀ², Republik Demokratik Kongo yang berada di Afrika Tengah dengan luas hutan hujan 1,4 juta milĀ² atau 3,7 juta kmĀ², kemudian Indonesia dimana memiliki luas hutan hujan sekitar 39,5 juta ha, dan dilanjutkan oleh negara Peru dan Kolombia diurutan keempat dan kelima. Dengan adanya data ini, sudah sepatutnya kita harus berbangga dengan negara ini, karena dipandang sebagai salah satu negara yang sangat penting bagi kestabilan iklim dunia.

Namun sangat disayangkan, hari demi hari, keberadaan hutan hujan di Indonesia semakin berkurang, hal ini disebabkan karena semakin maraknya praktik pembukaan hutan sebagai kawasan tempat tinggal, industri, pertambangan, dan pembukaan lahan pertanian maupun perkebunan terutama diwilayah Kalimantan, Sumatera, dan Papua dimana hal ini juga sering disebut sebagai praktik deforestasi, atau penebangan hutan secara liar. Dalam periodesasi 75 tahun terakhir Indonesia telah tercatat kehilangan lebih dari 75 kali luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, artinya selama tujuh kali pergantian kekuasaan Indonesia mengalami pengurangan wilayah hutan yang sangat besar. Tidak perlu jauh, pada masa periode pertama presiden Indonesia ketujuh yaitu Presiden Jokowi, Indonesia telah kehilangan sekitar 2,6 juta hektare luas hutan, yang apabila dibayangkan luas hutan yang hilang tersebut kira-kira setara dengan empat puluh kali lipat luas Provinsi DKI Jakarta, angka ini saya peroleh dari laporan Sistem Integrasi Neraca Lingkungan dan Ekonomi Indonesia 2014-2018 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat (27/12/2019).

Hal ini menjadi kontroversial kembali ketika pada periode kedua Jokowi sebagai Presiden, ia bekerja sama dengan DPR dalam mewujudkan dan mengesahkan RUU cipta kerja, dimana didalamnya terdapat pasal-pasal yang memudahkan para investor untuk membuka lahan dalam mendirikan industri dan pembangunan untuk keperluan investasi, serta rancangan pemindahan Ibu Kota ke pulau Kalimatan, semakin memperparah keadaan kondisi ekosistem hutan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan sering terjadi serta maraknya bencana alam banjir bandang dan longsor, yang diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi dan deforestasi besar-besaran. Deforestasi di Indonesia saat ini juga memiliki penyebab yang semakin kompleks, penegakan hukum semakin hari semakin tidak terlihat adanya niat dalam menanggulanginya sehingga memperparah kerusakan hutan.

Dampak yang ditimbulkan bukan hanya menyasar manusia, melainkan juga berdampak pada kelangsungan habitat satwa yang tinggal didalamnya. Banyak sekali satwa-satwa endemik asli Indonesia yang terancam punah dikarenakan isu kerusakan lingkungan ini, contohnya saja harimau sumatera dan orangutan. Saat ini harimau sumatera hanya diperkirakan tersisa 400 ekor saja di Sumatera serta Orangutan hanya tersisa sekitar 120.000 ekor yang tersebar didaerah Sumatera dan Kalimatan, pastinya sebagai masyarakat Indonesia kita tidak mau jika satwa-satwa ini nantinya tidak tersisa lagi dihabitatnya masing-masing, agar anak cucu kita nanti kelak masih bisa bisa melihat satwa asli Indonesia tersebut.

Isu deforestasi ini kembali mencuat setelah pernyataan Presiden Jokowi di KTT COP26 di Glaslow, Skotlandia pada hari Senin, (1/11/2021) menuai kritik dari berbagai pihak, karena pernyataan beliau dinilai tidak sesuai dengan kondisi lingkungan dan kerusakan hutan di Indonesia saat ini. Beliau menyebut bahwa dalam 20 tahun terakhir deforestasi di Indonesia turun rendah, yang kemudian ditanggapi oleh cuitan pada akun twitter pribadi menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Ibu Siti Nurbaya yang berbunyi ā€œPembangunan besar-besaran era Presiden Jokowi tidak boleh berhenti atas nama emisi karbon atau atas nama deforestasiā€. Sontak hal ini mengejutkan banyak pihak dari kalangan pemerhati lingkungan dan mendapatkan kecaman karena dianggap jauh dari nilai semangat perlindungan terhadap lingkungan hidup.

Pada akhirnya kerusakan lingkungan hidup seperti ini akan terus berlangsung apabila program-program yang tidak sesuai dengan konsep melindungi dan menjaga lingkungan seperti ini tetap dilanjutkan. Namun keluar dari konteks ketidakpedulian pemerintah, hal ini juga harus didasari oleh semangat menjaga lingkungan dari masyarakat sendiri, dimulai dengan hal yang paling kecil, seperti memilah dan memilih ketika ingin menebang pohon dihutan dalam jumlah yang dibutuhkan saja, selain hal tersebut hal kecil lain pun dapat dilakukan seperti membiasakan tidak membuang sampah sembarangan terutama ke selokan, laut, maupun sungai, karena pada dasarnya kerusakan lingkungan bukan hanya berasal dari penebangan hutan secara liar dan massal, namun juga bisa dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan agar tetap terjaga, bersih, dan sehat.

Sumber Referensi :

Angi, E. M., & Wiati, C. B. (2017). Kajian Ekonomi Politik Deforestasi dan Degradasi Hutan dan Lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 3(2), 63-80.

Katadata. co. id. 18 November 2021. Perseteruan antara Greenpeace dan KLHK soal Isu Deforestasi. Diakses pada 20 November 2021.

CnnIndonesia. com. 4 November 2021. Dianggap Dukung Deforestasi, Menteri LHK Siri Nurbaya Diprotes Netizen. Diakses pada 8 November 2021.

Detik. com. 2 November 2021. 5 Negara Dengan Hutan Hujan Tropis di dunia, Indonesia Urutan berapa?. Diakses pada 8 November 2021.

1 Like

Artikelnya sangat menarikšŸ‘

1 Like

Terima kasih kak, semoga bermanfaat untuk menambah informasi ya :pray: