Oleh : Elsya Primaratri Fadhilah
Tahukah kamu apa itu interjeksi? Jika kamu belum paham apa itu Interjeksi, kamu tepat sekali mengunjunginya, karena dalam pembahasan kali ini, penulis akan menjelaskan secara lengkap dan jelas yakni mengenai Interjeksi. Untuk lebih jelasnya, yuukk… mari simak ulasan berikut ini sampai akhir.
Apa sih kata tugas itu? Kata tugas masuk ke dalam salah satu jenis kata tatabahasa formal bahasa Indonesia yang hanya memiliki makna gramatikal namun tidak memiliki makna leksikal atau makna kamus. Artinya, suatu kata tugas akan memiliki arti atau bermakna apabila digabungkan dengan kata lain dalam sebuah kalimat. “Ih” merupakan contoh kata tugas. Kata tugas tersebut tidak bermakna apabila berdiri sendiri. Kata “Ih” akan memiliki arti apabila dihubungkan pada kalimat. Misalnya “Ih, gigimu sudah ompong itu!”. Dimana dalam kalimat tersebut kata “Ih” menyatakan suatu hal kejijikan.
Interjeksi biasa disebut sebagai kata seru, kata tugas ini digunakan untuk mengungkapkan rasa hati pembicara. Untuk memperkuat perasaan hati seperti rasa gembira, sedih, kagum, heran, takut, kesal, marah, jijik, dsb. Dengan kata lain, untuk mengungkapkan perasaan hati tersebut, orang memakai kata interjeksi di samping kalimat yang mengandung makna pokok yang dimaksud. Ketika kita akan menyatakan atau memuji betapa cantiknya seseorang, kita tidak hanya memuji dengan hanya berkata “cantik sekali kamu”, tetapi dapat kita awali dengan menambahkan kata seru “Aduh” sebagai bentuk ungkapan perasaan kita, sehingga menjadi “Aduh, cantik sekali kamu”. Awalan “Aduh” juga sekaligus mengungkapkan perasaan kita. Dengan demikian, kalimat “Aduh, cantik sekali kamu”, tidak hanya menyatakan fakta, tetapi juga rasa hati pembicara yang mengungkapkan kalimat tersebut.
Kata interjeksi ini biasanya ditempatkan di awal kalimat atau hanya satu kata dan diikuti dengan tanda koma (,). Seperti pada contoh sebelumnya, kata interjeksi tersebut tidak hanya digunakan dengan secara tertulis, namun juga dalam sebuah bentuk percakapan. Ketika menafsirkan kata seru, intonasi penutur harus diperhitungkan jika itu adalah bentuk lisan atau tulisan. Jika itu adalah bentuk teks, pembaca harus mempertimbangkan konteks diskusi teks, karena kata seru dapat memberikan makna yang berbeda, lho! Misalnya, kata “Sibuk” ketika diucapkan dengan intonasi tinggi adalah ungkapan “Dendam”, sedangkan ketika diucapkan dengan intonasi rendah dapat diartikan dengan “Kekaguman”. Jadi, harus betul-betul diperhatikan yaa!
Oke! Lanjut pembahasan berikutnya tentang di samping interjeksi yang asli, dalam Bahasa Indonesia ada pula interjeksi serapan. Interjeksi asli menyatakan fakta perasaan hati pembicara, sedangkan interjeksi serapan adalah kata asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Ciri yang menandakan bahwa kata tersebut termasuk interjeksi biasanya dipakai di awal kalimat dan diikuti oleh tanda koma.
Berdasarkan buku “Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat”, disebutkan Jenis kata interjeksi ini dikelompokkan berdasarkan ungkapan perasaan seseorang, yang meliputi:
-
Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih
Contoh:
a. Bah, segera kau keluar dari kamar ini juga!
b. Cih, tidak tahu malu ! Maunya ditraktir orang melulu!
c. Cis, gua muak lihat muka lu ! Dasar cowok enggak tau diri!
d. Ih, mulutmu bau amat, sih! Nggak pernah disikat, 'kali!
e. Idih, WC-nya bau pesing banget ! Jijik, ah! -
Interjeksi kekesalan atau kecewa: brengsek, sialan, buset (busyet), keparat, celaka
Contoh:
a. Brengsek, disuruh ngebantuin malah ngomel!
b. Sialan, baru mau tidur sudah dibangunin!
c. Celaka, kopornya ketinggalan di lobi bandara! -
Interjeksi kekaguman atau kepuasan: aduh (duh), aduhai, amboi, asyik, wah
Contoh:
a. Aduh, cantik sekali kamu malam ini!
b. Aduhai, indah sekali pemandangan di sini!
c. Amboi, akhirnya sampai juga kita dengan selamat!
d. Asyik, nikmatnya kita duduk-duduk di pantai yang sepi ini. -
Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulillah, untung
Contoh:
a. Syukur, kamu dapat diterima pada perusahaan itu!
b. Alhamdulillah, keluarga saya luput dari kecelakaan itu.
c. Untung, waktu terjadi kerusuhan itu toko kami tidak dijarah. -
Interjeksi harapan : insya Allah, mudah-mudahan, semoga
Contoh:
a. Insyaallah, saya akan datang ke pesta pernikahanmu!
b. Mudah-mudahan Anda tiba dengan selamat di tanah air!
c. Semoga cita-citamu lekas tercapai! -
Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah
Contoh:
a. Aduh, kamu kok suka gonta ganti pacar!
b. Duilah, begitu saja kamu tidak bisa!
c. Eh, aku heran dia bisa lulus ujian. Pada hal jarang belajar!
d. Ah, saya tidak kira kalau kamu pandai bahasa Korea. -
Interjekasi kekagetan: astaga, astagfirullah, masyaallah, masa, alamak, gila
Contoh:
a. Astaga, mahal amat baju ini! Nggak sanggup beli, deh!
b. Astagfirullah, seluruh keluarganya dibantai perampok?
c. Masyaallah, pamanmu punya bini muda lagi? -
Interjeksi ajakan : ayo, yuk, mari
Contoh :
a. Ayo, siapa mau ikut minum-minum ke kedai minum?
b. Yuk, kita pergi barengan ke Shibuya!
c. Mari, dicoba kuenya. Jangan malu-malu! -
Interjeksi panggilan : hai, he, hei, eh, halo (alo)
Contoh :
a. Hai, kapan kamu datang dari Tokyo?
b. Hei, tolong beliin gua rokok sebungkus!
c. Halo, apa kabar, sayang! -
Interjeksi simpulan : nah
Contoh:
a. Nah, karena itulah aku memilih kuliah di sini!
Perlu dicatat bahwa banyak dari kata interjeksi itu dipakai dalam bahasa lisan atau bahasa tulis berbentuk percakapan. Ketika dalam menggunakan kata seru, kita harus memperhatikan jenis percakapan atau tulisan. Kata seru biasanya digunakan dalam percakapan informal atau teks, dan cenderung tidak dipakai atau bahkan dihindari pada bahasa tulis yang tidak merupakan percakapan khususnya dalam konteks formal.
Bagaimana mudah bukan belajar interjeksi? Sekarang kamu sudah paham terkait interjeksi, kan? Insya Allah dengan penjelasan singkat ini kalian dapat memahami pemakaian interjeksi.
Semoga ulasan ini dapat bermanfaat bagi kalian semuanya.
Thanks and hope to see you soon ✿◕ ‿ ◕✿
__
REFERENSI
Alwi, H., & dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Moeliono, A. M., & dkk. (2017). TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2017.