Indonesia : Cinta dan Budaya yang Tak Sejalan dengan Prestasi

Stadion Nasional Singapura menjadi saksi bisu atas kegagalan timnas sepak bola Indonesia untuk meraih emas di tingkat Asia Tenggara pada gelaran Piala AFF 2021. Kekalahan Indonesia di Final Piala AFF ini membuat timnas sepak bola Indonesia harus menahan sedikit lebih lama puasa gelar sejak Piala AFF pertama kali digelar pada tahun 1996. Uniknya, Indonesia menjadi tim yang sering masuk ke final setelah thailand, yaitu sebanyak enam kali. Namun, Indonesia selalu kalah dalam putaran final.

Squad Garuda, julukan tim nasional sepak bola Indonesia untuk pertama kalinya berhasil mendapatkan emas ketika Pesta Olahraga Asia Tenggara atau SEA Games 1987 di Indonesia. Indonesia yang menjadi tuan rumah kala itu berhasil mengalahkan rival abadinya, Malaysia dengan skor 1-0 untuk Indonesia. 20 September 1987, menjadi tanggal penting untuk persepakbolaan Indonesia karena untuk pertama kalinya Squad Garuda berhasil menorehkan emas. Squad garuda berhasil merebut medali emas kembali pada acara yang sama, Pesta Olahraga Asia Tenggara atau SEA Games 1991 di Filipina. Melalui adu penati, Indonesia berhasil mengalahkan Thailand dengan skor 4-3. Itulah momen di mana Indonesia terakhir mendapatkan medali emas, 31 tahun sudah terlewati.

Di setiap sudut kota di Indonesia tak sulit untuk menemui orang yang sedang bermain sepak bola, baik di lapangan maupun di jalanan. Sepak bola sudah mengakar dan menjadi permainan yang merakyat, hal inilah yang menyebabkan sepak bola menjadi olahraga yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Ketika timnas sepak bola Indonesia bermain sudah dipastikan akan selalu ada suporter yang siap mendukung di tribune stadion maupun dari luar stadion dengan sepenuh jiwa raga. Apalagi jika bermain di kandang sendiri, Stadion Gelora Bung Karno pernah menjadi saksi atas kecintaan dan kegarangan suporter Indonesia ketika sedang menjamu Malaysia pada tahun 2010 yang lalu, sorakan dan nyanyian dari lebih 80 ribu suporter mengiringi permainan tim nasional sepak bola Indonesia kala itu. Gelora Bung Karno “dimerahkan” oleh para suporter timnas sepak bola Indonesia.

Indonesia akan selalu memiliki dukungan dari para suporter yang masif. Akan tetapi, pernah ada momen di mana timnas sepak bola Indonesia harus kehilangan lebih dari separuh suporternya. Dampak puasa gelar berkepanjangan pernah membuat warganet Indonesia beramai-ramai menuliskan tagar #kosongkanGBK pada AFF 2018 yang lalu. Saat itu, Stadion Gelora Bung Karno yang menjadi tuan rumah untuk menjamu Timor Leste hanya dapat terisi sekitar 15 ribu kursi saja dari 70 ribu tiket yang disediakan, meskipun tidak lama setelah kejadian tersebut suporter Indonesia tetap datang kembali untuk “memerahkan” stadion. Kekecewaan ini sebenarnya bukan ditujukan untuk para pemain timnas sepak bola Indonesia, tetapi untuk federasi sepak bola Indonesia yang dianggap tidak becus dalam mengurusi sepak bola Indonesia selama ini. Ketika para suporter merindukan prestasi dan para pemain beserta pelatih sedang berusaha memperoleh hasil terbaik, federasi hanya bermain-main dan tidak menanggapi serius sepak bola Indonesia. Bagaimana suporter sepak bola Indonesia tidak geram. Luis Milla, pelatih timnas Indonesia saat itu digantung oleh federasi hingga pada puncaknya Luis Milla tidak diperpanjang kontraknya dan diganti. Padahal timnas Indonesia saat diberi campur tangan Luis Milla dapat membuat permainan menjadi lebih atraktif dan membuat para suporter lebih dapat menikmati pertandingan yang dimainkan oleh timnas Indonesia.

Tidak jarang masyarakat Indonesia menyempatkan waktunya untuk menonton timnas sepak bola Indonesia bermain dengan cara nobar atau nonton bareng. Baik di warung, pos ronda, hingga membuat layar tancap khusus agar lebih banyak masyarakat yang dapat merasakan dan melihat timnas sepak bola bermain. Baik dari AFF 2010 ketika Indonesia berhasil membalikkan skor ketika tertinggal 0-1 menjadi 5-1 hingga pada AFF 2021 yang lalu ketika penyelamatan gemilang dari Nadeo Argawinata, kiper utama timnas sepak bola Indonesia berhasil menyelamatkan tendangan penalti melawan singapura pada leg 2 sehingga membuat gemuruh di berbagai sudut bagian Indonesia. Banyak yang membagikan momen krusial ini ketika mereka sedang menonton timnas sepak bola Indonesia bermain, tanda suporter timnas sepak bola Indonesia tidak pernah mati dan akan selalu ada setiap garuda bermain. Karena berkat penyelamatan inilah Indonesia berhasil menambah waktu dan membuahkan hasil skor 2-1 untuk Indonesia.

Tidak dapat dimungkiri, kehadiran para suporter ini sangatlah mendukung terhadap performa tim. Atmosfer Stadion akan terasa lebih hidup dengan hadirnya para suporter dan pemain di lapangan juga dapat merasakan semangat dan dukungan para suporter. Keberadaan suporter menjadi warna tersendiri dan menambah keseruan di setiap pertandingan. Para suporter tidak hanya datang dengan gaya biasa seperti memakai jersey atau kaus saja tetapi ada juga yang datang dengan gaya nyentrik, unik, dan membawa beberapa aksesoris pendukung. Kehadiran suporter ini juga sebenarnya bisa menjadi tontonan tersendiri dan tidak sedikit yang datang ke stadion untuk melihat para suporter.

Cukup tragis menjadi suporter timnas sepak bola Indonesia, timnas sepak bola Indonesia tidak pernah kekurangan dukungan dan akan selalu banyak yang mendukung meskipun prestasi masih belum bisa dikatakan stabil untuk level Asia bahkan Asia Tenggara. Meski patah hati untuk kesekian kali, suporter akan selalu kembali. Karena suporter akan selalu ada dalam kondisi apa pun baik dalam suka dan duka. “Menang kusanjung kalah kujunjung”, itulah yang diperlukan para pemain timnas Indonesia saat ini.