Implikasi Rekonstruksi

IMPLIKASI REKONSTRUKSI

Tipe-tipe perubahan fonetik
Dalam rekonstruksi fonem proto, terlihat bahwa beberapa tipe fonem proto saat ini sedang diubah menjadi fonem bahasa-bahasa relatif. Pola-polanya adalah sebagai berikut:
a. Pewarisan linier mengacu pada pewarisan fonem proto ke bahasa saat ini, dengan tetap mempertahankan ciri fonetis dalam protonya
b. Pewarisan dengan Perubahan
Pewarisan ini terjadi bila suatu fonem proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang.
c. Pewarisan dengan Penghilangan, adalah suatu tipe perubahan fonem di mana fonem proto menghilang dalam bahasa sekarang.
d. Pewarisan dengan Penambahan, adalah suatu proses perubahan berupa munculnya suatu fonem baru dalam bahasa sekarang.
e. Penanggalan Parsial, adalah suatu proses pewarisan di mana sebagian dari fonem proto menghilang dalam bahasa kerabat sedangkan sebagian lain dari ciri fonem proto bertahan dalam bahasa kerabat tersebut.
f. Perpaduan (Merger), suatu proses perubahan bunyi di mana dua fonem proto atau lebih beradu menjadi satu fonem baru dalam bahasa sekarang.
g. Pembelahan (Split), suatu proses perubahan fonem di mana suatu fonem proto membelah diri menjadi dua fonem atau lebih, atau suatu fonem proto memantulkan sejumlah fonem yang berlainan dalam bahasa kerabat atau bahasa yang lebih muda.
Macam-macam Perubahan Bunyi
a. Asimilasi merupakan suatu proses perubahan bunyi di mana dua fonem yang berbeda dalam bahasa proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang menjadi fonem yang sama.
b. Disimilasi adalah suatu proses perubahan bunyi yang merupakan kebalikan dari asimilasi…
c. Perubahan berdasarkan Tempat
Berdasarkan tempatnya dapat diperoleh beberapa macam perubahan bunyi; metatesis, aferesis, sinkop, apokop, protesis, epentesis, dan paragog.
a) Metatesis : suatu proses perubahan bunyi yang berujud pertukaran tempat dua fonem.
b) Aferesis : suatu proses perubahan bunyi antara kerabat berupa penghilangan sebuah fonem pada awal sebuah kata.
c) Apokop : perubahan bunyi berupa menghilangnya sebuah fonem pada akhir kata.
d) Protesis : suatu proses perubahan kata berupa penambahan sebuah fonem pada awal kata.
e) Epentesis : proses perubahan kata berupa penambahan sebuah fonem di tengah kata.
d. Perubahan-perubahan lain
Bila suatu proses merger terjadi atas dua vokal proto dan menggunakan kedua vokal itu menjadi sebuah vokal tunggal, maka perubahan itu disebut monoftongsasi.
Sebaliknya, bila satu fonem proto (vokal) berubah menghasilkan dua vokal maka proses itu disebut diftongisasi.
Perubahan Morfemis
Perubahan yang terjadi pada sebuah kata atau sebuah morfem sejauh hanya menyangkut perubahan bunyi tidak merupakan obyek perubahan morfemis.
Tetapi bila perubahan-perubahan itu terjadi berdasarkan percontohan bentuk-bentuk morfem yang lain, maka perubahan itu dimaksukkan dalam perubahan morfemis.
Analogi atau Keteraturan dan Anomali atau Ketak-tegantungan
Analogi atau keteraturan adalah suatu proses yang mengubah morf-morf atau kombinasi morf-morf atau pola-pola linguistic berdasarkan bentuk-bentuk yang sudah ada, atau pemciptakan morfem-morfem baru berdasarkan morfem-morfem yang sudah ada. Sementara itu terdapat kebalikan atau lawan dari analogi yaitu anomali, Anomali atau ketak-teraturan adalah lawan atau kebalikan dari analogi atau keteraturan.
Kontaminasi atau prancuan
Perubahan bentuk yang terjadi karena percampuran antara dua bentuk yang berlainan yang memiliki bidang semantik yang berbeda
Hiperkorek
Proses yang dimaksudkan untuk memperbaiki suatu bentuk yang sebenarnya sudah betul, tetapi diadakan perbaha sehingga salah.

Kaidah Timbulnya Analogi
Menurut Kurylowics

  1. Penanda-penanda morfologis ganda cenderung menggantikan yang tunggal
  2. Analogi bergerak dari bentuk dasak ke bentuk-bentuk turunan
  3. Sebuah konstruksi yang terdiri dari sebuah bentuk tetap dan sebuah variable dipakai sebagai sebuah poda bagi sebuah bentuk isolasi dengan fungsi yang sama
  4. Sebuah bentuk analogy yang baru mengambil alih fungsi utama sebuah konstruksi, sementara bentuk yang digantikannya itu dipakai untuk fingsi sekunder
    Menurut Manczak
  5. Kata-kata yang panjang, keucali paradigm, sering dibentuk kembali menurut kata-kata yang pendek bukan kebalikannya
  6. Alternasi akar-akar lebih sering diabaikan daripada dimanfaatkan
  7. Bentuk infleksi yang panjang sering kali dibentuk kembali menurut bentuk yang pendek
  8. Akhiran zero sering muncul diganti dengan akhiran penuh
    Usia Unsur Bahasa
    Hubungan antara sebuah bahasa proto dengan bahasa-bahasa kerabat secara metodologis bermanfaat untuk suatu tujuan lain yaitu menetapkan usia unsur-unsur bahasa. Hubungan antara bahasa proto dan bahasa-bahasa pantulannya itu merpakan hasil observasi empiris, yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan:
  9. Bahasa-bahasa berubah secara teratur, sekuran-kurangnya sejauh menyangkut sistem fonologinya;
  10. Perubahan semacam itu dalam sebuah bahasa terjadi dalam jangka waktu tertentu;
  11. Perubahan dalam jangka waktu tertentu itu dapat dirumusakn dalam kaidah-kaidah yang berlaku bagi tiap segmen dengan tidak memandang soal makna, frekuensi, dan status gramatikal dari kata atau fone tempat terdapatnya fonem tadi.
    a. Bahasa-bahasa Eropa
    Dalam sejarah bahasa Belanda dan Jerman di satu pihak dan bahasa Inggris di pihak lain, terdapat korespondensi fonemis antara /a/ dan /ɔ/. Kesimpulan ini dibuktikan oleh rekurensi berikut:
    Glos Belanda Jerman Inggris
    Minuman xədraŋ gədrank Ɵrɔŋ
    Panggang bradən bratən brɔƟ
    Panjang laŋ laŋ lɔŋ
    Jatuh fal fal fɔl
    b. Bahasa bahasa Austronesia Barat
    Pada waktu membicarakan masalah ko-okurensi sudah dikemukakan masaslah menghilangnya fonem /r/ antar vokal dalam bahasa Jawa, Bali, dan Lamalera. Dalam ketiga bahasa tersebut fonem /r/ menghilang secara bertahap. Ada bentuk-bentuk yang menunjukkan fonem /r/ diganti dengan fonem /h/, kemudian fonem /h/ menghilang, dan akhirnya menjadi vokal pendek karena mengalami sandi dalam.
    Contoh :
    Jawa : turut  *tuhut  tuut  tūt  tut
    Rarah  *rahah  raah  rāh rah
    Status Bentuk Rekonstruksi
    Untuk setiap rumpun bahasa, bahasa asli dapat dianggap sebagai bahasa ibu khusus, dan bentuk rekonstruksi dapat dianggap sebagai “dokumen” sejarah. Situasi sebenarnya mungkin berbeda dengan bentuk rekonstruksi, tetapi dengan mempertahankan asumsi ini, kita dapat menelusuri sejarah bahasa kembali ke zaman prasejarah dan memahami aspek strukturalnya. Sejauh ini, metode perbandingan memberikan kesan bahwa metode tersebut telah diubah untuk merekonstruksi kata-kata asli sebanyak mungkin. Namun hal ini patut dipertanyakan, karena nyatanya jumlah kata kerabat dalam bahasa kerabat lain sangat sedikit.

Referensi:
Keraf, Gorys. (1996). Linguistik Bandingan Historis. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.