Impian yang Bukan Sekedar Mimpi


Ini adalah sebuah kisah tentang perjalanan panjang seorang gadis meraih impiannya. Gadis itu adalah aku, sang pemimpi yang selalu berkhayal setiap mimpi menjadi kenyataan saat aku terbangun. Perjalananku dimulai saat aku duduk di bangku kelas 10 SMA. Saat itu, ada guru pengampu mata pelajaran olahraga yang tiba – tiba bertanya kepadaku “ Menurutmu mengapa manusia hidup ?”. Pertanyaan random yang mampu membuatku terdiam begitu lama. Aku bingung harus menjawab apa karena aku sendiri tidak tahu mengapa aku dilahirkan. Dari pertanyaan itu, aku mulai bertanya – tanya pada diriku sendiri alasan dan apa tujuan aku hidup. Pak guru waktu itu tidak membantuku menjawab pertanyaan, beliau hanya berkata “Berjalanlah kemanapun yang kamu anggap baik, maka kamu akan tahu alasan manusia untuk hidup”. Berbekal pemikiran itu, aku mulai mencari apa yang baik untuk masa depanku. Saat itu, yang terlintas dipikiranku hanya pendidikan yang setinggi mungkin. Maka dari itu, aku memutuskan memulai perjalanan dengan melanjutkan studi ke pendidikan yang lebih tinggi.

Singkat cerita, aku mulai mencari perguruan tinggi yang cocok dengan keinginanku. Pilihanku jatuh kepada salah satu Universitas di Surakarta. Tidak ada alasan khusus aku memilih Universitas ini tetapi lingkungan Surakarta yang terkenal nyaman membuatku jatuh cinta pada Universitas ini. Sama seperti siswa pada umumnya, aku juga berjuang begitu keras untuk lolos masuk perguruan tinggi. Dimulai dari mengikuti bimbingan online, bimbingan offline, belajar kelompok, bahkan belajar otodidak. Jalur pertama yang aku tempuh yaitu SNMPTN. Nahasnya, aku gagal waktu itu. Sedih, kesal, marah dan merasa gagal menjadi seorang anak yang baik untuk orang tua kurasakan waktu itu. Namun, kesedihan itu tidak berlangsung lama karena ayah bilang “Gagal sekali tidak akan membuatmu gagal selamanya.” Ayahku yang jarang memberiku petuah, membuatku langsung bangkit dan mulai mengejar jalur lain. Meski dengan sangat ragu aku menempatkan Universitas ini lagi dijalur kedua yang aku ambil. Jalur kedua ini adalah jalur terakhir pilihanku karena aku berpikir jikalau aku gagal lagi aku akan gapyear. Aku ingat sekali, tanggal 27 April 2021 saat Bulan Ramadhan pada siang hari aku mengerjakan tes SBMPTN yang merupakan jalur terkahir yang kuambil. Dengan berbekal doa dan restu orang tua serta keluarga besar, aku meyakinkan diri bahwa aku akan berhasil. Hari – hari pasca tes SBMPTN kuisi dengan berdoa, menyiapkan mental dan selalu berserah diri. Hingga datang hari pengumuman, saat itu aku tidak berniat membuka hasil pengumuman tepat pukul 3 sore. Namun, karena ibu sangat ingin tahu hasilnya akhirnya aku membuka pengumuman itu dengan sedikit tegang. Hijau, warna yang aku tunggu – tunggu yang berhasil membuatku terkejut sekaligus senang waktu itu. Aku menangis dengan keras berpelukan dengan ibu yang saat itu juga menangis. Memang tidak ada yang tidak mungkin, aku yang dulu hanya bisa meminta kepada Tuhan agar aku diberi mimpi “berhasil” saat aku tidur malah menjadi “berhasil” dalam kenyataannya.

Aku lolos di program studi Pendidikan Matematika. Program studi yang memang sudah kuniatkan menjadi awal dari aku mencari tujuan hidupku. Menjadi mahasiswi Universitas impian memang sangat membanggakan, tetapi aku tidak lupa bahwa aku perlu berproses dan selalu mencari tujuan hidup yang sebenarnya. Pesan untuk teman – teman yang membaca kisahku ini, jangan takut berproses dan lakukan semua yang kamu anggap baik karena kamu adalah manfaat bagi lingkunganmu. Jaga Kesehatan dan sampai jumpa di cerita lainnya.