Halo, Frasa Endosentrik!

rsz_teal_with_polka_dots_english_language_day_social_media_graphic

Halo, Frasa Endosentrik!

Selama mempelajari tata bahasa, kita tidak akan terlepas dari kata, klausa, frasa, dan kalimat. Kali ini kita akan membicarakan mengenai frasa. Frasa itu apa, sih? Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Contohnya: bayi sehat, pisang goreng, sangat enak, sudah lama sekali, dan dewan perwakilan rakyat. Nah, apakah kalian sudah tahu kalau frasa itu ada banyak jenisnya? Frasa dapat dibedakan berdasarkan distribusinya dan kategorinya. Berdasarkan distribusinya, frasa dibagi menjadi frasa endosentris dan eksosentris. Sedangkan menurut kategorinya, frasa dibedakan menjadi frasa verbal, frasa nominal, frasa adjektival, frasa numeral, dan frasa preposisional. Nah, untuk kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai frasa endosentris.

Frasa endosentris? Apaan, tuh? Menurut Ramlan (2005), frasa endosentris adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik salah satu unsur maupun semua unsurnya. Tarmini & Sulistyawati (2019) berpendapat bahwa sebuah frasa dapat disebut endosentris jika satuan konstruksinya berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu konstituen pembentuknya. Jadi, frasa endosentris itu frasa yang kedudukannya sama dengan salah satu atau semua unsur dalam kalimat. Frasa endosentris memiliki anak, nih. Siapa saja anaknya? Yang pertama ada frasa endosentris koordinatif. Selanjutnya ada frasa endosentris atributif, dan yang terakhir bernama frasa endosentris apositif.

Frasa endosentris koordinatif memiliki unsur-unsur yang setara atau sederajat. Kesetaraannya bisa dibuktikan dengan penggunaan kata penghubung dan atau atau. Contohnya:

  • ayah ibu
  • suami istri
  • adik kakak
  • siang malam
  • manis dan baik
  • belajar atau bekerja

Frasa ayah ibu memiliki kedudukan yang setara. Penerapan dalam kalimat bisa menjadi: Ayah Ibu pergi ke kantor atau Ayah dan Ibu pergi ke kantor. Frasa manis dan baik juga memiliki kesetaraan. Penerapan dalam kalimat menjadi: Emilia manis dan baik, gabungan dari Emilia manis dan Emilia baik.

Berkebalikan dengan frasa endosentris koordinatif, frasa endosentris atributif memiliki unsur-unsur yang tidak setara. Mengapa demikian? Karena salah satu unsurnya berperan sebagai inti dan yang lain hanya sebagai atributif atau pelengkap saja. Maka dari itu, unsur-unsur frasa endosentris atributif tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Contohnya:

  • malam ini
  • ramai sekali
  • sedang membaca
  • sangat malas
  • pembangunan lima tahun
  • buku baru
  • orang itu

Terakhir, frasa endosentris apositif. Frasa endosentris apositif memiliki unsur-unsur yang setara seperti frasa endosentris koordinatif, lho. Bedanya, unsur setara dalam frasa endosentris apositif ini tidak bisa dihubungkan dengan dan atau atau. Gantinya*,* unsur setara dalam frasa endosentris apositif bisa menggantikan unsur yang lain karena memiliki makna yang sama. Contohnya:

  • Reki putra sulung Bu Morin
  • Rangga teman karibku
  • Bapak Jokowi Presiden RI
  • Bandung kota kembang
  • Indonesia tanah airku

Dalam frasa Reki putra sulung Bu Morin, ada unsur-unsur yang setara. Unsur putra sulung Bu Morin memiliki kesetaraan dengan unsur Reki. Meskipun memiliki kesetaraan, kedua unsur tersebut tidak bisa dihubungkan dengan kata dan atau atau seperti frasa endosentris koordinatif. Namun, unsur putra sulung Bu Morin dapat menggantikan unsur Reki. Unsur Reki merupakan unsur pusat, sedangkan unsur putra sulung Bu Morin merupakan aposisi. Inilah alasan frasa tersebut disebut frasa endosentris apositif. Berikut ini penerapannya dalam kalimat.

Reki, putra sulung Bu Morin, sedang bermain skateboard.

Reki, — sedang bermain skateboard.

— putra sulung Bu Morin sedang bermain skateboard.

Nah, bagaimana nih? Setelah membaca artikel ini, apakah teman-teman sudah merasa tercerahkan dan memahami frasa endosentris? Semoga sudah paham, ya! Jangan lupa untuk selalu belajar, ya!

DAFTAR PUSTAKA

Ramlan, M. (2005). Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.

Tarmini, W., & Sulistyawati. (2019). Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta Selatan: UHAMKA Press.

1 Like