Hakikat Kata: Apakah hakikat kata itu?

Hakikat Kata
Sumber: Gambar Sendiri

Apa itu hakikat kata?
“(Kata itu) adalah sebuah kehidupan, semangat, kuman, badai, kebajikan, api.
Karena nama adalah kata, dan kata adalah Tuhan.” ~Stephen Ullmann~

Jean Giono mengatakan bahwa kata itu sebagai sesuatu yang mampu merangsang semua indera kita, sesuatu yang memiliki bobot,cahaya, dan rasa dengan sendirinya. Sedangkan, Hockett mengungkapkan bahwa kata sebagai suatu bagian (segmen) kalimat yang dibatasi oleh celah-celah yang memungkinkan adanya jeda.
Terdapat tiga sudut pandang mengenai sebuah kata yakni kata sebagai satuan fonemis, kata sebagai satuan gramatikal, dan kata sebagai satuan makna: peranan konteks.

Kata sebagai satuan fonemis biasanya diperlakukan sebagai satuan-satuan fonetis dalam tutur, melainkan satuan fonemis dalam bahasa. Dalam kata terdapat unsur petunjuk watas kata yang terbagi menjadi 3, yakni:

a. Tekanan (Aksen), di dalam beberapa bahasa mempunyai tekanan kata yang sudah pasti tempatnya, tekanan ini bertindak sebagai suatu penanda watas kata, yang menunjukkan di mana sesuatu kata itu berawal dan berakhir.
b. Pemanjangan kompensasi, dalam beberapa bahasa, hilangnya sebuah bunyi dalam kata diisi (dikompensasi) oleh pemanjangan bunyi lain dalam kata itu.
c. Bunyi awal & kombinasi bunyi, tiap-tiap bahasa mempunyai karakteristik dalam hal struktur katanya.
d. Harmoni (keselarasan vokal), dalam beberapa bahasa, struktur vokal dari bentuk dasar menentukan struktur sufiks dan infleksi yang menyertai bentuk dasar itu.

Kata sebagai satuan gramatikal, menurut Aristoteles dibedakan menjadi 2, yakni kata penuh (full word) dan kata tugas (form-word).
a. Kata Penuh (Full Word) yakni unsur gramatikal yang memiliki makna, kata-kata pada umumnya. Contoh: Pohon, Nyanyian, Biru
b. Kata Tugas (Form-word) yakni kata tugas itu dari kriteria bentuk saja, tanpa menyangkut makna, mempunyai unsur-unsur yang sama dengan kata-kata pada umumnya (kata penuh), tetapi juga ada perbedaannya dalam suatu hal. Contoh: yang, bahwa, untuk

Menurut penganut aliran tata pikir modern menyebut bahwa kata-kata itu autosemantik yang memiliki makna penuh pada dirinya sendiri, sedangkan preposisi, konjungsi, pronominal, dan yang lainnya adalah sinsemantik yaitu hanya memiliki arti jika muncul bersama dengan kata-kata yang lain.

Kata sebagai satuan makna: peranan konteks, terdapat dua peranan konteks yang ada dalam kata sebagai suatu makna yakni konteks verbal dan konteks situasi.
a. Konteks verbal
Konteks berupa ujaran atau bahasa. Konteks verbal itu tidak lagi terbatas pada apa yang mendahului dan mengikuti suatu kata saja, melainkan dapat meliputi keseluruhan wacana.
b. Konteks situasi
Konteks yang diperkenalkan dalam linguistik berdasarkan pengalaman lapangan. Konteks situasi itu tidak hanya berarti situasi yang sebenarnya tempat ujaran terjadi, tetapi juga menyangkut keseluruhan latar belakang budaya di mana peristiwa tutur itu muncul.

Misalnya konteks terhadap kata “Soekarno” konteksnya yakni Presiden RI, Mantan Kepala Kepolisian RI tahun 1960-an, atau mengenai Soekarno-soekarno yang lain. Kata “Negel” (Bahasa Jerman) konteksnya paku logam (makna umum) dan kuku tangan, kuku kaki (makna asli).

G. Stern, seorang ahli semantik terkenal mengemukakan,“kita tidak bisa lari dari kenyataan bahwa suatu kata tentu mempunyai makna tetap, bahwa kata-kata itu benar mengacu pada suatu acuan tertentu dan bukan kepada yang lain, dan bahwa karakteristik ini merupakan dasar kokoh semua komunikasi.” Jadi, pengaruh konteks itu sangatlah beragam: pengaruh itu berbeda dari kata yang satu ke kata yang lain dan berbeda dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain.

REFERENSI
Ullmann, Stephen. 2007. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

3 Likes