Hakikat Dialek dan Ideolek

HAKIKAT DIALEK DAN IDEOLEK

Indonesia adalah negara yang memiliki banyak pulau dan terdiri dari berbagai suku. Bentangan alam yang luas menjadikan negara Indonesia juga memiliki berbagai macam bahasa penuturannya. Bahasa bersifat dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Arah perubahan itu tidak selalu tak terelakkan karena kita pun dapat mengubah bahasa secara berencana. Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia.

Ragam Bahasa adalah ragam bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.

Bahasa adalah alat komunikasi yang sah digunakan manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Tanpa adanya bahasa, kehidupan sehari-hari sangatlah sulit dilakukan. Komunikasi antar pengguna bahasa yang berbeda ini sangat sering terjadi, meskipun mereka tinggal dalam satu wilayah yang sama, tetapi letaknya yang tidak berdekatan dan saling berbatasan dengan wilayah lain misalnya saja di luar Kabupaten Ngawi memunculkan variasi dialek bahasa Jawa. Perlu dipahami bahwa bahasa merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari manusia berkomunikasi satu sama lain, proses komunikasi ini sendiri menggunakan bahasa. Keberadaan sebuah bahasa dapat membantu masyarakat dalam segala aktifitas yang dijalani.

Ragam bahasa memiliki berbagai macam sub bab, salah satunya dialek dan idolek. Menurut Chaer (2004:63) Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi.

Dialektologi “ilmu tentang dialek” adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan bahasa yang secara sistematis menangani berbagai kajian yang berkenaan dengan dialek atau variasi bahasa. Baik variasi bahasa berdasarkan perbedaan wilayah; variasi bahasa berdasarkan perbedaan strata sosial; maupun variasi bahasa berdasarkan perbedaan waktu. Dialektologi juga dikenal dengan nama Lokabasa, Geografi Dialek, atau Geolinguistik.

Dialek-dialek bahasa pada kenyataannya memiliki beberapa tingkatan, seperti yang dijelaskan Guiraud dalam Aryatrohadi, ada lima macam perbedaan atau variasi yakni:

  • Perbedaan fonetik, polimorfisme, atau alofonik: perbedaan ini berada di bidang fonologi. Biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut. Perbedaan fonetik itu dapat terjadi pada vokal maupun konsonan.
  • Perbedaan semantik: perbedaan ini mengacu pada terciptanya kata-kata baru berdasarkan perubahan fonologi dan pergeseran bentuk.
  • Perbedaan onomasiologis: mengacu pada penyebutan nama yang berbeda berdasarkan satu konsep yang diberikan di beberapa tempat berbeda.
  • Perbedaan semasiologis: mengacu pada pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda.
  • Perbedaan morfologis: perbedaan ini dibatasi oleh adanya sistem tata bahasa yang bersangkutan, oleh frekuensi morfem-morfem yang berbeda, oleh kegunaannya yang berkerabat, oleh wujud fonetisnya, oleh daya rasa, dan oleh sejumlah faktor lainnya.

Ayatrohadi (1983: 13) juga membagi ragam-ragam dialek dalam tiga golongan antara lain:

  • Dialek 1 : dialek ini di dalam kepustakaan dialektologi Roman, dialek ini disebut dalecte 1, yaitu dialek yang berbeda-beda karena keadaan alam sekitar tempat dialek tersebut digunakan sepanjang perkembangan. Dialek itu dihasilkan karena adanya dua faktor yang saling melengkapi, yaitu faktor waktu dan faktor tempat.
  • Dialek 2 : dialek ini di dalam kepustakaan dialektologi Roman disebut dialecte 2, regiolecte, atau dialecte regional, yaitu bahasa yang dipergunakan di luar daerah pemakainya.
  • Dialek Sosial : dialek sosial atau sosiolacte ialah ragam bahasa yang dipergunakan oleh kelompok tertentu yang membedakan dari kelompok masyarakat lainnya.

Dialek memiliki dua ciri, yaitu: (1) seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing memiliki lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama dan (2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa.

Selain dialek, ada yang dinamakan ideolek. Pengertian ideolek adalag variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek setiap orang mempunyai variasi bahasanya masing-masing yaitu berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, dan susunan kalimat yang paling dominan adalah warna suara, sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang hanya dengan mendengar suaranya bicara tanpa melihat orangnya kita dapat mengenali orangnya.

Apabila dibandingkan bahasa seseorang dengan bahasa seorang yang lain, maka akan tampak bahwa setiap orang memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki orang lain, walaupun mereka sama-sama anggota dari suatu masyarakat bahasa. Misalkan, Abiq dalam kebiasaan sehari-harinya suka mengucapkan kata “ya kan”, sedangkan temannya Imron tidak suka dengan kebiasaan seperti itu. Pilihan kata pun dalam mengungkapkan sesuatu berbeda antara satu orang dengan orang yang lain, namun mereka sebenarnya pemakai satu bahasa, perbendaharaan dari satu bahasa. Tutur kata setiap anggota masyarakat bahasa yang ditandai perbedaan-perbedaan kecil semacam itu disebut idiolek.

Pengertian idiolek menurut Kridalaksana (2001: 13) adalah keseluruhan ujaran seorang pembicara pada suatu saat yang dipergunakan untuk berinteraksi dengan orang lain, sedangkan Suwito (2003: 21) setiap penutur mempunyai sifat-sifat khas yang tidak dimiliki oleh penutur yang lain. Sifat ini disebabkan oleh faktor fisik dan faktor psikhis. Sifat khas yang disebabkan oleh faktor fisik misalnya perbedaan bentuk atau kualitas alat-alat penuturnya, seperti mulut, bibir, gigi, lidah, dan sebagainya. Sedangkan sifat khas yang disebabkan oleh faktor psikhis biasanya disebabkan oleh perbedaan watak, intelegensi dan sikap mental lainnya. menurut penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa idiolek adalah variasi bahasa yang dimiliki oleh setiap orang yang berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa dan susunan kalimat.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004., Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta : Rineka Cipta

Medan, D. Y. U. A. W. PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA RAGAM LISAN DAN ALIH KODE OLEH GURU (ANALISIS DIALEK DAN IDIOLEK). KULTURA , 6502.

Suwito, 2003. Soisolinguistik Pengantar Awal. Surakarta:Universitas Sebelas Maret