Hah, Partikel Penegas? Kenalan yuk!

Di dalam keseharian sebenarnya secara tidak langsung kita telah mengucapkan kalimat-kalimat yang mengandung partikel penengas. Tetapi saking sudah terbiasanya dan tidak ada edukasi lebih dengan hal tersebut, banyak orang yang kurang paham bahkan tidak tahu saat ditanya pertama kali tentang apa itu partikel penegas. Sebenarnya apa sih partikel penegas itu? Apa fungsi partikel penegas dalam sebuah kalimat? Apa saja sih macamnya dan contoh kalimatnya? Nah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita bahas satu per satu!

Partikel penegas meliputi kata yang tidak takluk (tidak mengikuti) perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya saja. Ada empat macam partikel penegas: partikel –lah, partikel –kah, partikel –tah, dan partikel pun. Dari keempat partikel tersebut, tiga diantaranya bersifat klitika (selalu terikat pada bentuk atau kata yang diikuti yaitu partikel –lah, -kah, dan –tah. Sisanya yaitu partikel pun tidak bersifat klitika. Partikel penegas sendiri memiliki fungsi menegaskan suatu kalimat seperti kalimat tanya, perintah, dan lainnya.
Partikel penegas meliputi kata yang tidak takluk (tidak mengikuti) perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya saja. Ada empat macam partikel penegas: partikel –lah, partikel –kah, partikel –tah, dan partikel pun. Dari keempat partikel tersebut, tiga diantaranya bersifat klitika (selalu terikat pada bentuk atau kata yang diikuti yaitu partikel –lah, -kah, dan –tah. Sisanya yaitu partikel pun tidak bersifat klitika. Partikel penegas sendiri memiliki fungsi menegaskan suatu kalimat seperti kalimat tanya, perintah, dan lainnya.

  1. Partikel –lah
    Partikel ini bersifat klitika, digunakan dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif. Kalimat imperatif merupakan kalimat perintah, dan kalimat deklaratif merupakan kalimat berita. Partikel ini memiliki dua fungsi yaitu memperhalus makna kalimat dan mempertegas makna kalimat.
    a. Dalam kalimat imperatif, digunakan untuk menghaluskan nada perintahnya.
    Contohnya :
  • Pulanglah sekarang, sebelum ibumu marah!
  • Taruhlah buku ini di meja guru setelah kelas selesai!
  • Isilah kalimat rumpang di bawah ini!
    b. Dalam kalimat deklaratif, digunakan untuk mempertegas nada perintahnya.
    Contohnya :
  • Berhentilah mengganggu kehidupanku!
  • Cobalah untuk sadar bahwa dia tidak mencintaimu!
  • Hindarilah dia atau kau akan sakit hati!
  1. Partikel –kah
    Partikel yang bersifat klitika dan manasuka dapat menegaskan kalimat interogatif, yaitu kalimat yang berisi pertanyaan dan berfungsi untuk menanyakan suatu hal kepada orang lain.
    a. Jika digunakan dalam kalimat deklaratif, partikel –kah mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif.
    Contohnya :
  • Diakah yang engkau tunggu?
    (Bandingkan : Dia yang engkau tunggu.)
  • Sudahkah kau olahraga hari ini?
  • (Bandingkan : Sudah kau olahraga hari ini.)
    b. Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata tanya: apa, di mana, dan bagaimana, maka partikel –kah bersifat manasuka. Penggunaan partikel ini berfungsi membuat kalimatnya lebih formal dan lebih halus.
    Contohnya :
  • Apa dirimu sudah makan?
    Apakah dirimu sudah makan?
  • Bagaimana strategi memasarkan produk?
    Bagaimanakah strategi memasarkan produk?
  • Ke mana kamu pergi selama ini?
    Ke manakah kamu pergi selama ini?
    c. Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya, tetapi intonasinya adalah interogatif, maka partikel –kah akan memperjelas kalimat itu dan terkadang urutan kalimatnya dibalik.
    Contohnya :
  • Akan pergi dia esok lusa?
    Akan pergikah dia esok lusa?
    Akankah dia pergi esok lusa?
  • Harus dia yang pulang lebih dulu?
    Haruskah dia yang pulang lebih dulu?
    Harus diakah yang pulang lebih dulu?
  • Tidak mampu dia mengurus anaknya sendiri?
    Tidakkah mampu dia mengurus anaknya sendiri?
    Tidak mampukah dia mengurus anaknya sendiri?
  1. Partikel –tah
    Partikel yang bersifat klitika dan digunakan dalam kalimat interogatif. Namun bedanya disini, kalimat interogatif yang biasanya tidak membutuhkan jawaban. Seolah-olah hanya menanyakan pada diri sendiri dan sudah memiliki jawaban yang jelas. Partikel –tah biasanya digunakan dalam karya sastra dan cerita melayu klasik, yang sekarang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari.
    Contohnya :
  • Apatah gunanya bersedih hati?
  • Siapatah aku ini?
  • Bisatah aku hidup tanpa engkau?
  1. Partikel pun
    Berbeda dari ketiga partikel yang telah dibahas di atas, partikel pun tidak bersifat klitika. Ketiga partikel yang telah dibahas dapat digunakan dalam kalimat imperatif, interogatif dan deklaratif. Sedangkan partikel pun ini hanya dapat digunakan dalam kalimat deklaratif. Cara menulisnya juga dipisah dengan kata yang ada di depannya.
    Kaidah penulisannya sebagai berikut :
    a. Partikel pun digunakan untuk mengeraskan arti kata yang sedang diiringinya.
    Contohnya :
  • Pada akhirnya, kita pun akan menyadari bahwa suatu hari nanti akan kembali kepada Tuhan.
  • Dia pun begitu bersedih setelah mendengar kabar tersebut.
  • Mereka pun akhirnya menyadari kesalahannya.
    Dari contoh penggunaan partikel pun di atas, cenderung dilekatkan pada subjek kalimat. Perlu diperhatikan pada konjungtor, partikel pun ditulis serangkai; jadi, ejaannya walaupun, meskipun, kendatipun, adapun, sekalipun, biarpun, dan sesungguhpun. Berhati-hatilah dalam memahaminya dan bedakan ejaan ini dengan ejaan-ejaan berikut, mereka pun, makan pun, itu pun, ini pun yang partikel pun-nya dipisahkan.
    b. Partikel pun sering juga digunakan bersama dengan partikel –lah dan menandakan pembuatan atau proses mulai berlaku atau terjadi.
    Contohnya :
  • Beberapa saat setelah mendung angin pun berhembuslah dengan kencangnya.
  • Para pedagang kaki lima itu pun terjaringlah operasi yang dilakukan oleh Satpol PP.

Nah itu tadi beberapa pembahasan mengenai partikel penegas. Bagaimana? Sudah sedikit membuka wawasan pengetahuan tentang hal yang selama ini masih asing di telinga kita kan? Jangan lupa untuk terus menambah khazanah keilmuan dengan terus membaca ya!

Referensi :
Alwi, H., & dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Moeliono, A. M., & dkk. (2017). TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA Edisi Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2017.