Gerbang Kehidupan Orang Dewasa

Untaian kata ini ditulis ketika rinai hujan mengguyur malam kelabu
bersama hati yang merajut rindu.

0o_o0

Hari itu adalah tanggal 30 Juli 2020 tepat pukul 5 sore ketika laman website di layar *smartphone-*ku menyatakan, “Selamat! Anda dinyatakan lolos Seleksi SPMB Universitas XXX 2020 jalur Seleksi Utama Masuk Diploma dan diterima di Program Studi: D-4 Demografi dan Pencatatan Sipil”.

Mungkin karena aku sudah terlalu sering membuka pengumuman semacam ini sebelumnya, ucapan selamat yang tertera di depanku tidak terlalu membuatku melambung. Meskipun tetap saja aku merasa bahagia, sejujurnya harapanku masih besar di pengumuman SBMPTN pada dua minggu mendatang.

Lain halnya dengan ibuku yang turut menemaniku membuka pengumuman sore itu. Kudengar, ia mengucap syukur berkali-kali. Setelahnya ia berkata padaku, “Piye, Nduk?

“Alhamdulillah. Tapi aku mau nunggu pengumuman SBMPTN dulu, Bu.” jawabku.

Tidak lama kemudian, bapak pulang kerja dan ibu langsung beranjak menghampiri bapak dengan semangat. “Akhirnya diterima, Pak.”

Seolah sudah bisa menangkap maksud kalimat ibu, bapak menoleh kepadaku dan tersenyum. Saat itu, senyum bangga dari kedua orang tuaku cukup membuat hatiku menghangat.

Detik-detik tenggelamnya matahari, cakrawala langit senja mengubah warnanya dengan takzim. Semburat langit jingga keoren-orenan terlihat seperti lukisan yang memayungi bumi. Senja ini seolah menjadi penutup hariku yang sempurna. Terima kasih aku, sudah berjuang sampai detik ini. Terima kasih karena tidak pernah menyerah meski menemui berbagai kesulitan.

0o_o0

Akhirnya, di sinilah aku sekarang. Duduk di depan laptop sambil menuliskan sekelumit kisah sederhana ini. Apakah kalian bertanya-tanya bagaimana hasil SBMPTN-ku? Baik, akan kuberitahu. Aku diterima. Benar, meskipun lolos di pilihan kedua, aku diterima di salah satu universitas di Surakarta jurusan S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Pada awalnya, diterima di dua prodi pada universitas yang sama cukup membuatku bingung. Aku dilema berhari-hari sampai membuat nafsu makanku berkurang dan tidurku tidak nyenyak. Setiap ada orang yang bertanya kepadaku melalui chat, itu juga sekalian kugunakan untuk curhat soal kebimbanganku dan meminta pertimbangan mereka.

Kusadari, masa-masa kehidupan menjelang dewasa memang tidak semudah yang kubayangkan. Persoalan orang dewasa tidak lagi sesepele berebut mainan saat masa kanak-kanak. Namun, menjadi dewasa berarti kita dituntut memiliki tanggung jawab atas banyak hal. Menjadi dewasa berarti kita mulai menjadi harapan bagi orang-orang di sekitar kita. Wah, padahal sebelumnya aku tidak sevisioner ini!

Hari-hari itu terlewati dan di sinilah aku sekarang. Aku berada di sebuah prodi yang bahkan tidak pernah terpikirkan sebelumnya karena sejak dulu jika diberi pertanyaan, “Rencana kuliah dimana?”; aku selalu menjawab dengan mantap, “Psikologi UGM.”

Berbekal segenggam asa dan sepercik api di obor semangat, aku melangkah memasuki gerbang kehidupan orang dewasa. Aku bertemu orang-orang baru, peluang baru, tantangan baru, masalah baru, dan yahh… takdir mempertemukanku kembali dengan orang yang kurindukan selama 5 tahun ini. Jangan tanya dia siapa karena aku tidak akan menjawabnya.

Semester pertama kulalui dengan bahagia. Serius, ini menyenangkan! Aku jatuh cinta pada prodi ini. Jalannya perkuliahan ini membuatku dilatih berpikir kritis dan out of the box karena tugas-tugasnya tidak jauh-jauh dari membuat makalah dan resume jurnal. Hal yang paling kusukai adalah aku tidak bertemu lagi dengan trigonometri dan segala tetek bengek-nya. Terlebih, prodi ini juga memiliki prospek kerja yang baik karena terdapat satu di Indonesia.

Karena sempat hampir menjadi calon mahasiswi prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, aku sangat bersemangat mengikuti mata kuliah Bahasa Indonesia di semester 2 ini. Rasanya seperti berjumpa sahabat lama setelah sekian tahun. Maka, aku akan memanfaatkan momen ini secara maksimal sebagaimana aku jatuh cinta pada sastra sejak SMP.

Harapanku untuk prodi ini ke depannya, semoga dapat menghasilkan lulusan yang berintegritas, professional, dan unggul di bidangnya. Lulusan yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat luas.

Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat bagi sesamanya”. Di manapun aku berada, harapannya aku dapat memberikan sumbangsih dan kebermanfaat bagi orang-orang di sekitarku. Baik itu berupa materi, tenaga, ide, maupun sesederhana senyum dan ucapan semangat untuk menguatkan jiwa. Orang-orang bilang, masa perkuliahan adalah investasi terbaik untuk bertumbuh dan mengembangkan diri. Maka dari itu, layaknya benih pohon yang terus berusaha tumbuh untuk menghasilkan buah yang ranum dan manis, aku akan bergerak ke arah kebaikan dan keberhasilan.

Aku teringat pada sebuah kutipan indah yang kutemukan baru-baru ini.

“Seperti dalam permainan catur, kamu tidak harus menjadi raja atau menteri yang kuat. Kamu cukup menjadi pion yang kecil, maju perlahan, tetapi tidak pernah mundur.”

Terakhir, kuucapkan terima kasih padamu karena sudah membaca catatan kecilku. Semoga kamu bisa memetik sesuatu, baik itu pelajaran berharga, rasa syukur, maupun sekadar senyum manis selepas tulisan ini ditamatkan. Tetap semangat dan berbahagialah! Karena kamu berharga.

3 Likes