Frasa verbal juga ada pelengkapnya loh!


Oleh: Gifta S.A
Halo lagi…!!!
Yeay akhirnya kita bertemu lagi secara virtual setelah satu minggu wkwkk.
So guys, hari ini kita bakal bahas tentang “Frasa Verbal sebagai Pelengkap”. Ada yang masih asing sama pembahasan kali ini? Belajar sama-sama yuk!
Frasa sendiri merupakan salah satu unsur pembentuk kalimat. Definisi lainnya yaitu kelompok kata yang terdiri atas unsur inti dan unsur keterangan yang tidak melampaui batas fungsi sintaksis. Artinya, frasa tidak dapat menduduki dua fungsi yang berbeda dala, kalimat sekaligus. Misalnya, satu frasa menduduki fungsi subjek dan predikat.
Jika kelompok kata menduduki dua fungsi yang berbeda (berarti telah melampaui batas fungsi) kelompok kata disebut klausa atau kalimat, bukan frasa. Contohnya:

  • Angin (kata)
  • Angin topan (frasa)
  • Orang itu (frasa)
  • Orang itu sangat ramah (klausa)
    Frasa biasanya terdiri atas dua kata atau lebih yang salah satu unsurnya berupa unsur utama, sedangkan unsur yang lain berupa keterangan. Unsur inti merupakan unsur yang diterangkan (D). Sedangkan unsur tambahan merupakan unsur yang menerangkan (M). Contoh:
  • Buku baru (D-M)
  • Mobil merah (D-M)
  • Sangat tampan (M-D)
  • Agak jorok (M-D)
  • Tiga kuintal (D-M)
  • Lima hektare (D-M)
    Frasa di dalam bahasa Indonesia dibedakan atas: frasa verbal, frasa nominal, frasa adjektival, frasa numeral, dan frasa preposisional. Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja. Frasa verbal menurut Alwi (2003) dibedakan menjadi:
  • Frasa verbal sebagai predikat
  • Frasa verbal sebagai subjek
  • Frasa verbal sebagai objek
  • Frasa verbal sebagai pelengkap
  • Frasa verbal sebagai keterangan
    Fokus kita ada di frasa verbal sebagai pelengkap. Untuk memahaminya, perhatikan contoh dibawah ini:
  • Ia tidak merasa beruntung.
  • Orang itu sudah berhenti mencopet.
    Beruntung dan mencopet adalah verba yang berfungsi sebagai pelengkap dari predikat merasa dan berhenti. Masing-masing predikat itu tidak lengkap sehingga tidak dapat diterima bila tidak diikuti oleh pelengkap.
    Wah tenyata lumayan bikin pusing ya. Buat kalian yang masih bingung, boleh tanya ke guru kalian masing-masing. Salam hangat dari aku, see u babay!
    Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta:
    Balai Pustaka