Frasa Berdasarkan Hubungan Konstituennya

Kridalaksana (dalam Sigiro, 2018) mengatakan bahwa konstituen yaitu unsur bahasa yang merupakan bagian dari satuan yang lebih besar atau bagian dari sebuah konstruksi. Hampir sama, menurut KBBI, konstituen merupakan unsur bahasa yang merupakan bagian dari unsur yang lebih besar. Dari pengertian berikut maka dapat disimpulkan bahwa konstituen merupakan unsur yang menjadi bagian dari unsur yang lebih besar dan dapat membentuk konstruksi.

Dalam kalimat, unsur tersebut lazim disebut dengan konstituen yang biasanya berupa kata, frasa, dan klausa serta mengisi fungsi dalam kalimat. Kalimat sendiri menjadi konstruksi terbesar yang terdiri dari dua atau lebih kata. Oleh karena itu, di dalam pemeriannya, kata menempati unsur terkecil. Namun, diantara kalimat dan kata tersebut, biasanya terdapat satuan berupa kelompok kata (frasa). Kemudian, satuan-satuan tersebut akan membentuj konstruksi yang biasa disebut dengan konstituen konstuksi (Noortyani, 2018). Selain itu, dalam analisis struktural kalimat pada dasarnya adalah menetapkan pola hubungan konstituennya yang memperlihatkan secara lengkap hierarki konstituen-konstituen tersebut (Noortyani, 2018).

Contoh:

  • Anak itu menendang bola ke gawang

Keterangan:

  1. Kalimat tersebut memiliki 3 konstituen berupa frasa: ‘anak itu’, ‘menendang bola’, dan ‘ke gawang’.
  2. Ketiga frasa tersebut termasuk ke dalam konstituen langsung karena berada setingkat di bawah konstruksi kalimat. Namun, kata ‘anak’, ‘itu’, ‘menendang’, ‘bola’, ‘ke’, dan ‘gawang’ bukan merupakan konstituen langsung karena terdapat konstituen-antara, yaitu ketiga frasa yang telah disebutkan sebelumnya.

Referensi:
Noortyani, Rusma. (2017). Buku Ajar Sintaksis. Yogyakarta: Penebar Pustaka Media.

Sigiro, Elisten Parulian. (2018). Konstituen Pembentuk Bahasa Siang. Jurnal Suar Betang, 13(2), 207-216.

1 Like

Satuan gramatikal berupa gabungan kata dan memiliki sifat nonpredikatif, mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat disebut Frasa (Chaer, 1994:22). Contohnya adalah frasa yang terdapat di dalam kalimat Saya sedang membaca buku novel. Dalam kalimat tersebut terdapat dua frasa, yakni saya membaca dan buku novel. Frasa. berdasarkan konstituennya dapat dibagi menjadi 3, yakni ada tidaknya konstituen inti, kompleksitas konstituen penyusunnya, dan maknanya. Konstituen adalah satuan unsur yang lebih kecil yang jika bergabung akan membentuk unsur yang lebih besar.
Dilihat dari segi maknanya, frasa dibagi menjadi 2, yaitu frasa lugas dan idiomatris. Frasa lugas adalah frasa yang maknanya masih sama seperti konstiuen leksikalnya. Sedangkan frasa idiomatris adalah frasa yang membentuk idiom tertentu. Contohnya:

  1. Bukunya di atas meja hijau
  2. Mereka sidang kembali di meja hijau
    Konstruksi kata kalimat 1 bermakna sebagaimana makna leksikalnya (frasa lugas) sedangkan konstruksi kalimat 2 memiliki makna persidangan (frasa idiomatris.

Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta : CV Karyono.

Verhaar, J. (2010). Asas-Asas Linguistik Umum (Ed 7). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Menurut Kridalaksana, (1984), frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat dan juga dapat renggang. Apabila dilihat berdasarkan hubungan konstituennya frasa dapat diklasifikasikan menjadi 2, yakni:

  1. Frase Endosentris
    Frase endosentris adalah frase yang keseluruhannya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu unsurnya (Kridalaksana, 1984). Secara sederhana frase endosentris dapat diartikan dengan salah satu komponen dari frase dapat menggantikan kedudukan dari keseluruhan komponenyanya.
    Contoh : kaya dan miskin
  2. Menurut Ramlan, frase eksosentris adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Ramlan 1985:142).
    Contoh : kambing ditaruh kendang

Elya, & Novianti. (2015, Oktober). CONTOH MAKALAH FRASE BAHASA INDONESIA. Retrieved from https://elyanovianti15.blogspot.com/2015/10/contoh-makalah-frase-bahasa-indonesia.html

Chaer (2014:222) menyatakan bahwa frasa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat. Frasa diartikan sebagai kesatuan yang terdiri atas dua kata atau lebih, yang masing-masing mempertahankan makna dasar katanya, gabungan itu menghasilkan suatu relasi tertentu dan setiap kata pembentuknya tidak dapat berfungsi sebagai subjek serta predikat pada konstruksi itu (Keraf, 1991:175).

Frasa sebagai salah satu konstruksi dalam kalimat yang menempati fungsi sintaksis tertentu, memiliki unsur pembentuk atau konstituen. Konstituen atau unsur dalam frasa dibagi menjadi dua, yaitu unsur inti atau pusat dan unsur penjelas atau pembatas. Jika ditilik dari unsur intinya, frasa bersifat endosentris atau eksosentris.

  1. Frasa endosentris merupakan sebuah konstruksi yang terdiri dari gabungan dua kata atau lebih yang menunjukkan kelas kata dari perpaduan itu sama dengan kelas kata dari salah satu (atau lebih) unsur pembentuknya (konstituennya).
    Frasa endosentris dibagi menjadi dua yaitu:
    a. Frasa atributif/subordinatif yaitu frasa yang ditandai oleh salah satu dari konstituennya bertindak sebagai inti dari konstruksi.
    Contoh: petani tua, tepi kolam, dan rumah kecil.
    b. Frasa koordinatif yaitu frasa yang konstituennya merupakan gabungan atau sama kedudukannya.
    Contoh: besar kecil, kaya miskin, ibu bapak, dan adik kakak.

  2. Frasa eksosentris terjadi apabila hasil gabungan dari unsur pembentuk (konstituennya) berlainan kelas.
    Frasa eksosentris dibagi menjadi dua yaitu:
    a. Frasa eksosentris direktif (salah satu konstituen bertindak sebagai director, sedangkan konstituen lainnya menjadi sumbu/aksis).
    Contoh: memelihara sapi, makan nasi, dan menjemput keponakan.
    b. Frasa eksosentris konektif (salah satu unsur bertindak sebagai konektor yang berfungsi sebagai penghubung antara konstituen yang menjadi atribut predikat dengan subjeknya).
    Contoh: menjadi guru, merupakan tugasnya, dan adalah pengarang.

Refensi:
Chaer, A. (2014). Linguistik Umum. Jakarta: RINEKA CIPTA
Keraf, G. (1991). Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan Menengah. Jakarta: Gramedia Widiasrana Indonesia.

1 Like

Pengertian frasa menurut para ahli
Adalah gramatikal gabungan benerapa kata nonpredikatif, biasa disebut juga gabungan kata yang menjadi bagian salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat (Chaer, 1994:22).
Adalah satuan gramatik yang berisi atau terdiri dari dua kata atau lebih (Ramlan (1987:151))
Adalah gramatikal yang terdiri lebih dari dua kata yang membentuk klausa menurut Koentjoro (dalam Baehaqie, 2008: 14)
Sedangan menurut KBBI, arti konstituen adalah bagian yang penting, unsur bahasa yang merupakan bagian dari satuan yang lebih besar; bagian darir atau pendukung konstruksi.

Contoh :
Para guru sedang melakukan rapat tahunan di ruang aula sekolah

  • Para guru adalah frasa subjek
  • rapat tahunan adalah frasa predikat
  • di ruang aula sekolah adalah frasa keterangan tempat

Referensi :
Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Baehaqie, Imam. 2008. Sintaksis : Teori dan Analisisnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta : CV Karyono.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

1 Like

Frasa merupakan satuan dari gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas antar unsur klausanya (Ramlan 1987:151). Terlepas dari pendapat sebelumnya, kemudian (Verhaar 1999: 292) menyatakan yaitu frasa merupakan kelompok bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang.
Dilihat keberadaan ada tidaknya pada konstituennya, frasa dibedakan menjadi beberapa berdasarkan kompleks konstituen penyusunan yaitu menjadi dua. Frasa dasar dan frasa turunan, sementara itu ditinjau dari segi maknanya frasa dibedakan menjadi dua kelompok yaitu frasa lugas dan frasa idiomatis. Kemudian dilihat dari ada dan tidaknya konstituen ini frasa dibedakan atas frasa endosentris dan frasa eksosentris.
:black_small_square:Frasa Endosentris
(Chaer 1994) berdasarkan kesetaraan serta hubungan antar konstituennya frasa endosentris dibedakan menjadi beberapa yaitu ada tiga kelompok, frasa endosentris atributif, frasa endosentris koordinatif dan frasa endosentris yang aposif.

:black_small_square:Frasa eksosentris
Merupakan frasa yang tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Kemudian frasa eksosentris dibedakan menjadi dua yaitu frasa eksosentris direktif dan frasa eksosentris nondirektif.

:black_small_square:Frasa Dasar dan Frasa Turunan
Frasa dasar merupakan frasa yang konstituennya pembentukan sederhana. Kemudian frasa turunan, frasa yang telah mengalami penurunan karena disebabkan oleh adanya penambahan kata atau frasa lain.

:black_small_square:Frasa Lugas dan Frasa Idiomatis
Frasa lugas adalah frasa yang memiliki maknanya masih lugas sebagai konstituen pembentukannya. Sementara frasa idiomatis merupakan frasa yang membentuk suatu idiom tertentu sehingga bersifat idiomaticbatau bisa diuraikan berdasarkan konstituen leksikal pembentukannya.

Referensi:
Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta : CV Karyono.
Veerhar, J.W.M. 1999. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Menurut Ramlan (1987:151) frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas unsur klausa.
Frasa dapat diklasifikasikan menurut

  1. Ada tidaknya konstituen inti
    -frasa endosentris (frasa yang memiliki konstituen inti) contoh : dosen semantik
    -frasa eksosentris (frasa yang komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya) contoh : Misalnya, frasa di rumah, yang terdiri atas komponen di dan komponen rumah. Secara keseluruhan atau secara utuh frasa ini dapat mengisi fungsi keterangan, misalnya dalam kalimat Dia belajar di rumah.
  2. Kompleksitas konstituen penyusunnya
    -frasa dasar (frasa yang konstituen pembentuknya sederhana, yaitu apabila berkonstruksi endosentris atributif atau eksosentris) contoh : buku semantik
    -frasa turunan (frasa yang mengalami penurunan karena ada penambahan kata atau frasa lain) contoh : spidol dan kapur tulis
  3. Maknanya (frasa lugas dan frasa idiomatic)
    Referensi
    Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta : CV Karyono.

Makna frasa dari pandangan Kridalaksana (1993:59) adalah gabungan kata, dua kata atau lebih, dengan rapat maupun renggang, yang sifatnya tidak berperan sebagai kata kerja atau predikatif.

Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dari kata tersebut yang tidak bercirikan klausa dan pada umumnya sebagai pembentuk klausa. Contohnya adalah frasa-frasa dalam kalimat (1) Saya sedang membaca artikel kesehatan. Dalam kalimat (1) terdapat dua frasa yakni sedang membaca dan artikel kesehatan.

Frasa dasar ialah frasa yang konstituen pembentuknya sederhana, yaitu apabila berkonstruksi endosentris atributif atau eksosentris, frasa tersebut hanya terdiri atas dua patah kata: contohnya buku sintaksis, & bahasa Indonesia.
Adapun apabila berkonstruksi endosentris koordinatif dapat terdiri atas dua, tiga, atau lebih dari tiga kata; misalnya: dosen, mahasiswa, dan karyawan.

Adapun frasa dikatakan sebagai frasa turunan jika frasa tersebut sudah mengalami penurunan yang disebabkan adanya penambahan kata atau frasa lain dalam frasa tersebut.
Misalnya : Spidol dan kapur tulis.
Kalimat tersebut terdapat dua frasa yaitu frasa kapur tulis (frasa endosentris atributif nominal), dan frasa spidol dan kapur tulis (frasa endosentris koordinatif).

Referensi:
Febriani, M. (2016). Pengertian dan Jenis Frasa. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Frasa dapat didefinisikan sebagai unit gramatikal yang lebih kecil dibandingkan klausa, terdiri dari dua kata atau lebih, tapi tidak mengandung unsur-unsur yang ada pada klausa (Trask, 1999:237). Setiap frasa, kalimat, dan klausa memiliki konstituen. Setiap frasa dalam kalimat dapat dibagi lebih lanjut menjadi konstituennya sendiri.
Contohnya pada kalimat “anak perempuan akan menari”, mengandung tiga bentuk kata, yaitu kata benda (anak perempuan), kata kerja modal (akan), dan kata kerja (menari). Analisis konstituen dari kalimat tersebut mengandung dua bagian, yaitu frasa kata benda (anak perempuan) dan frasa kata kerja (akan bernyanyi).
Frasa berdasarkan hubungan konstituennya dapat dibagi menjadi frasa eksosentrik dan endosentrik (Syariffudin, 2019:49).

  1. Frasa eksosentrik
    Frasa eksosentrik merupakan frasa yang memiliki konstruksi berbeda dengan unsur pembentuknya, yang berarti salah satu unsur dari frasa eksosentrik tidak dapat saling mengisi ketika dipisahkan.

Contohnya frasa “di sekolah” pada kalimat “Adi pramuka di sekolah”. Jika salah satu unsur dari frasa “di sekolah” dihilangkan, maka tidak menjadi unsur keterangan. Bila unsur “di” dihilangkan dan berubah menjadi “Adi pramuka sekolah”, maka maknanya akan berbeda atau tidak lagi sama.

  1. Frasa endosentrik
    Frasa endosentrik merupakan frasa yang memiliki distribusi setara, yang berarti ketika salah satu unsur dihilangkan, frasa tersebut tetap dapat digunakan.

Contohnya frasa “mobil listrik” pada kalimat “Edo mengendarai mobil listrik”. Jika salah satu unsurnya dihilangkan menjadi “Edo mengendarai mobil”, maka maknanya tidak akan tetap sama.

Referensi:
Syariffudin, K. (2019). Linguistik Umum. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Trask, R. L. (1999). Key concepts in language and linguistics. New York: Routledge.

Di dalam gramatikal (grammar) frasa merupakan salah satu konstituen (constituent) dari tataran (level) sintaksis. Atau dengan kata lain frasa merupakan bagian dari konstruksi sintaksis. Menurut Ramlan (1985), frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Yang dimaksud dengan tidak melampaui unsur klausa adalah unsur S, P, O, pelengkap dan keterangan.

Contoh: “Eka sedang membaca majalah di ruang tamu.”
Dimana dalam kalimat tersebut terdiri dari beberapa fungsi yaitu, Eka menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi P, majalah menduduki fungsi O dan di ruang tamu menduduki fungsi keterangan.

Referensi:
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dola, Abdullah. 2010. Tataran Sintaksis dalam Gramatika Bahasa Indonesia.

Menurut Alwi dkk, Konstituen yang terdiri atas dua kata atau lebih (khususnya yang mengandung satu kata yang terpenting yang diperluas dengan kata lain yang mengelaborasi kontribusinya terhadap kalimat) disebut frasa (2017: 32). Konstituen sendiri merupakan satuan penting pada suatu hal.

Frasa secara umum dapat diklasifikasikan pada tiga kriteria: (1) ada tidaknya konstiten inti, (2) kompleksitas konstiten penyusunnya, dan (3) maknanya.

Berdasarkan ada tidaknya konstituen ini, frasa dapat dibedakan menjadi frasa endosentris (yakni frasa yang memiliki konstituen inti), dan frasa eksosentris (yaitu frasa yang komponenya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya).

Sumber referensi:

Alwi, Hasan dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi ke-4. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Febriani, Meina. 2016. Pengertian dan Jenis Frasa. Diakses di laman http://blog.unnes.ac.id/meinafebri/2016/04/12/pengertian-dan-jenis-frasa/ pada 1 April 2022