Folklor Telaga Madirda

image

Telaga Madirda terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Telaga tersebut menjadi surga dan daya Tarik wisata alam baru yang mulai dikelola dengan baik oleh warga sekitar. Telaga Madirda merupakan kawasan yang terdapat banyak mata air. Kurang lebih ada enam titik mata air besar di tempat tersebut. Selain keindahan yang ditawarkan, Telaga Madirda memiliki cerita rakyat yang masih menjadi misteri sampai saat ini. Cerita rakyat tersebut tentang terjadinya Telaga Madirda, sering disebut dengan legenda.

Legenda Telaga Madirda begitu popular di masyarakat Berjo. Masyarakat menganggap Anjani, Sugriwa, dan Subali merupakan sosok yang dianggap dewa, makhluk yang memiliki kekuatan luar biasa yang tidak dimiliki manusia pada umumnya. Diceritakan merekalah yang menjadi penyebab terciptanya Telaga Madirda. Legenda tentang Sugriwa, Subali , dan Anjani termasuk legenda alam gaib dan legenda setempat.

Legenda alam gaib yaitu legenda yang berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Seperti efek yang ditimbulkan dari pengaruh aliran kepercayaan animism dan dinamisme. Hubungan dengan legenda alam gaib yang terkait dengan Cerita Rakyat Telaga Madirda adalah jika selesai melaksanakan Ngalap Berkah di Telaga Madirda pada hari selasa Kliwon atau Jumat Kliwon kemudian membawa air dari telaga Madirda, dipercaya air tersebut akan memberikan berkah pada mereka dan jika pada saat Ngalap Berkah khusyu’ dalam memanjatkan doa, maka seolah-olah mendapatkan wangsit atau wahyu dari dhanyang di Telaga Madirda.

Legenda setempat yaitu legenda tentang asal-usul suatu tempat yang berhubungan erat dengan nama suatu tempat. Contohnya cerita yang berkembang di telinga masyarakat berupa Cerita Rakyat telaga Madirda, asal sebuah dusun yang berasal dari cerita rakyat Telaga Madirda itu sendiri. Dusun Tlogo diambil namanya dari kata Telaga.

Ada dua versi cerita legenda Telaga Madirda, yaitu dari masyarakat setempat (dari juru kunci telaga) dan buku pewayangan. Versi masyarakat ceritanya sebagai berikut, pada suatu hari Sugriwa dan Subali melihat kakaknya yang bernama Dewi Anjani yang sedang bermain cupu. Dengan cupu itu, dapat melihat keindahan jagat raya. Sugriwa dan Subali ingin memiliki cupu tersebut. Mereka merasa iri kepada ayahnya yang bernama Resi Gotama karena hanya Dewi Anjani yang diberi cupu.

Resi Gotama memanggil Dewi Anjani karena tidak merasa memberi apapun kepada Dewi Anjani. Ternyata cupu itu adalah cupu manik Astagina yang hanya dimiliki dewa Surya. Resi Gotama menemui istrinya yang bernama Dewi Windardi untuk menanyakan perihal cupu tersebut. Dewi Windardi hanya diam. Resi Gotama tahu bahwa istrinya telah berselingkuh dengan dewa Surya. Dewi Windardi hanya dapat menangis dan menyesal. Karena marah, Resi Gotama mengutuk istrinya menjadi batu. Cupu yang menjadi rebutan tadi akhirnya dibuang oleh Resi Gotama. Cupu itu terbuang jauh dan terpisah antara badan dan tutupnya. Tutup cupu jatuh sehingga menjadi telaga Madirda.
Versi kedua dari sumber buku Wayang dan Budaya Jawa karya Suyamto. Dikisahkan di pertapaan Agrastina di daerah Gunung Sukendra, hidup seorang resi bernama Gotama beserta keluarganya. Atas jasa dan baktinya Resi dianugerahi seorang bidadari kahyangan bernama Dewi Windardi. Dari hasil perkawinan mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Dewi Anjani yang cantic jelita dan Guwarsa dan Guwarsi yang tampan rupawan.

Tahun berganti tahun, Dewi Windardi sering merasa kesepian karena bersuamikan seorang brahman yang banyak bertapa. Akhirnya sang Dewi tergoda panah asmara Bhatara Surya. Terjalinlah hubungan asmara secara rahasia yang sedemikian rapi sampai bertahun-tahun tidak diketahui oleh Resi Gotama maupun ketiga putranya.
Dewi Windardi memiliki sebuah pusaka Cupumanik Astagina pemberian kekasihnya Bhatara Surya. Cupu ini memiliki kesaktian luar biasa. Bila orang membuka Cupu pada mangkuk bagian dalamnya akan tampak gambaran swargaloka yang serba menakjubkan. Sedangkan pada tutup bagian lainnya dapat dilihat berbagai panorama menakjubkan yang ada di seluruh jagad raya.

Pada suatu hari ketika Dewi Windardi sedang asyik mengamati keindahan isi cupu tersebut, Dewi anjani memergoki dan merengek ingin meminjam cupu tersebut. Cupu itu dibawa Dewi Anjani dan dipamerkan kepada adik-adiknya. Cupu tersebut menjadi perebutan hingga terjadi pertengkaran. Anjani menangis dan melapor pada ibunya. Sedangkan Guwarsa dan Guwarsi menuduh ayahnya berbuat tidak adil karena menganak emaskan Dewi Anjani dan memberinya sebuah hadiah. Tuduhan kedua putranya ini membuat Resi Gotama sedih dan prihatin.

Resi Gotama meminta pertanggung jawaban Anjani dan Dewi Windradi. Anjani berterus terang bahwa benda itu diperoleh dan dipinjam dari ibunya. Sementara Dewi Windradi hanya diam. Sikap membisu Dewi Windradi membuat Resi Gotama marah dan mengutuk sang dewi menjadi patung batu.

Demi keadilan, Resi gotama melemparkan cupu tersebut ke udara. Siapapun yang menemukan benda tersebut nanti dialah pemiliknya. Maka Anjani, Guwarsa, dan Guwarsi segera berlari mengejar cupu tersebut.kemudian, cupu itu terpisah menjadi dua, bagian mangkuk jatuh ke tanah dan berubah wujud menjadi sebuah telaga bernama Nirmala, sedangkan tutupnya jatuh menjadi telaga Sumala.

Sementara itu, Anjani, dan kedua adiknya mengira cupu tersebut jatuh ke dalam telaga di tengah hutan itu. Menurut cerita, kutukan Resi Gotama untuk orang yang diliputi rasa serakah keduniawian bila tersentuh air telaga tersebut maka bagian tubuh yang mengenai air tersebut akan berubah menjadi wujud kera. Tanpa berpikir panjang, Guwarsa dan Guwarsi menceburkan diri dalam telaga itu, maka terkejutlah mereka tubuhnya berubah menjadi manusia kera. Sedangkan Anjani yang hanya membasuh mukanya, juga terkejut karena wajahnya menjadi berbulu seperti kera.Kemudian ketiganya menemui Resi Gotama dan meminta maaf. Anjani diperintahkan untuk bertapa di sebuah sungai, sedang Guwarsa dan Guwarsi bertapa di Gunung dan Hutan Sunyapringga.

DAFTAR REFERENSI
Mucharom. 2011. Skripsi berjudul Cerita Rakyat Telaga Madirda di Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah (Sebuah Tinjauan Folklor).Diarsipkan di perpus UNS.

1 Like